Hujan {21}

1K 93 6
                                    

Taeyong diam memandang Jaehyun yang tengah sibuk kesana kemari berjalan di tempat yang sama dengan bergumam tak jelas, ia menghela nafas pelan menata Jaehyun lelah.

“Jae, apa yang kamu lakukan? sudah lebih dari 15 menit kamu seperti itu terus, kemari lah ayo kita tidur ini sudah larut” ujar Taeyong lelah.

Jaehyun menoleh menatap Taeyong sambil mengangguk patuh, ia berjalan perlahan menghampiri Taeyong yang tengah bersandar di atas kasur besar nya. Jaehyun naik perlahan ke atas dan ikut duduk bersandar ke dashboard besar itu.

hening menimpa keduanya, tidak ada pembicaraan yang keluar bahkan deru nafas keduanya bisa terdengar karena suasana yang begitu sepi.

“Jae/Tae” sahut keduanya bersamaan.

Taeyong dan Jaehyun saling menatap kemudian keduanya tertawa entah bagian mana nya yang lucu tapi keduanya malah tertawa seakan-akan suasana canggung yang keduanya ciptaan tadi tidak pernah ada.

namun tak berapa lama tawa itu mulai memudar secara perlahan, suasana sepi kembali menimpa kedua nya hingga beberapa menit tidak ada pembicaraan sama sekali yang keduanya lakukan.

Jaehyun menghela nafas. “Tae, maaf jika masa lalu ku dan anak-anak membuatmu terbebani. aku tau kamu merasa terbebani begitu mendengar masa lalu kami bukan?” ucap Jaehyun tiba-tiba.

Taeyong diam, ia menatap Jaehyun yang tersenyum kecut ke arah nya. jujur Taeyong sendiri tidak tau harus merespon apa tapi yang di katakan Jaehyun barusan itu salah, ia tidak terbebani sama sekali dirinya hanya terkejut dan tidak tau harus memberi respon seperti apa.

“aku tidak terbebani, aku hanya terkejut. aku benar-benar tidak tau jika masa lalu anak-anak dan dirimu separah itu bahkan sampai menimbulkan sisi lain mereka” sahut Taeyong pelan.

“aku paham, itu kenapa anak-anak sangat waspada pada orang baru. mereka terlalu takut akan respon orang-orang dan trauma yang ada membuat ketiganya membenci semua orang” timpal Jaehyun.

“Jae, aku tidak perduli dengan masa lalu mu dan anak-anak karena bagi ku jika kalian bisa menerima diri ku dan Sungchan itu sudah lebih dari cukup” ujar Taeyong pelan.

keheningan menimpa keduanya kembali, baik Taeyong dan Jaehyun lebih memilih bungkam setelah pembicaraan barusan. suasana hening membuat detak jarum jam yang bergerak terdengar seiring berjalan nya waktu, jam sudah menunjukkan pukul 1 malam yang artinya sudah lewat tengah malam namun rasa kantuk belum juga menimpa keduanya.

“Jae, bisakah kamu dan anak-anak menerima masa lalu ku dan Sungchan?” tanya Taeyong tiba-tiba, Jaehyun tersenyum tipis ia lalu menarik lengan kecil Taeyong untuk di genggam erat.

“kami menerima, Tae. baik aku atau anak-anak pasti akan menerima diri mu dan Sungchan seperti yang kalian lakukan pada kami” ujar Jaehyun lembut.

Taeyong tersenyum mendengar itu, dirinya memandang sendu ke arah Jaehyun yang kini sudah tersenyum pada nya seolah-olah mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.

“aku belum pernah menikah sama sekali, Jae. Sungchan bukan lah anak hasil pernikahan, di hadir karena kesalahan ku sendiri” lirih Taeyong pelan.

Jaehyun bungkam, ia tidak tau harus merespon bagaimana karena ia sendiri tau apa yang di maksud Taeyong barusan bahkan dengan kata lain ia mengerti mengapa Eric begitu marah saat Sungchan di ejek seperti itu.

“karena kebodohan ku lah Sungchan bisa hadir di dunia ini, aku benar-benar hancur begitu mengetahui fakta jika aku hamil waktu itu bahkan aku hampir membunuh Sungchan dengan tangan ku sendiri waktu dia masih di dalam kandungan” lanjut Taeyong pelan.

Rain {Jaeyong Fam's}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang