Hujan {10}

1.5K 133 5
                                    

Mark berjalan keluar meninggalkan kamar nya, dia bosan terus-terusan ada di kamar tanpa melakukan apapun. Ini sudah hari ke-empat dia di rawat di rumah sakit, Mark sebenarnya ingin pulang tapi karena sifat keras kepala papa dan kedua adiknya yang mengatakan jika dia harus di rawat di rumah sakit selama seminggu.

Berakhir membuat dirinya harus benar-benar ada di rumah sakit, oh ayolah dia sudah baik-baik saja tapi papa dan kedua adiknya saja yang terlalu berlebihan dengan dirinya.

Karena tidak tau ingin kemana akhirnya Mark memutuskan untuk jalan ke taman rumah sakit, yah hitung-hitung mencari suasana baru karena hanya taman rumah sakit yang sering di kunjungi oleh orang-orang.

Mark duduk di salah satu bangku rumah sakit, ia akhirnya bisa menghirup udara segar dan tidak bau obat-obatan lagi.

Mata Mark menatap para orang tua yang tengah bermain atau bercanda dengan anak-anak mereka, tiba-tiba hati Mark merasakan sakit begitu melihat seorang anak laki-laki yang di beri kecupan di pipi nya oleh sang ibu.

Mark tersenyum miris melihat pemandangan itu, dia juga ingin seperti itu tapi sepertinya tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi.

"Mereka menggemaskan bukan?" Ucap seseorang tiba-tiba.

"Oh astaga!" Ujar Mark kaget.

Dia hanya terkekeh melihat Mark yang kaget karena ulah nya. "Halo, maaf jika aku membuat mu kaget" Ucap nya.

"Tidak apa-apa, salah ku juga karena sudah melamun"

"Bolehkah aku duduk di sebelah mu?" Tanya nya untuk meminta izin.

"Tentu, silahkan saja" Jawab Mark.

"Hei nak, siapa nama mu? Aku Taeyong dan kau?"

"Minhyung"

Taeyong lalu duduk di sebelah Mark sambil mengangguk, tak ada perbincangan di antara kedua orang tersebut. Mark yang hanya fokus pada pemandangan miris yang ada di depan nya dengan Taeyong menatap Mark dengan tatapan sendu.

Dia menatap mata Mark yang penuh kesedihan seperti mata Eric, mata Mark benar-benar menunjukkan rasa iri dan kesedihan yang bercampur aduk membuat diri nya ikut merasa sedih.

"Maaf jika pertanyaan ku akan menyinggung mu tapi apakah kau iri dengan anak-anak itu?" Ucap nya.

Mark menoleh dan memandang Taeyong yang duduk di sebelah nya, bagaimana dia tau? Pikir Mark.

"Salahkah jika aku iri dengan anak-anak itu?" Ujar Mark tiba-tiba.

Taeyong tersenyum menanggapi Mark. "Tentu saja salah, Tuhan tidak memperbolehkan kita memiliki rasa iri pada sesama umat nya"

"Lalu aku harus bagaimana?" Tanya Mark.

Taeyong tersenyum. "Kenapa tidak minta pada ibu mu? Aku yakin dia pasti akan memberikan nya" Ujar Taeyong.

"Tapi sayang sekali, Tuhan terlalu mencintai nya sampai membawa nya pergi dari dunia ini" Celetuk Mark santai.

Taeyong tertegun mendengar Mark yang begitu santai mengatakan hal semudah itu seperti tak ada rasa sedih di dalam nya, Taeyong menatap Mark sedih sekarang dia merasa bersalah.

"Maafkan aku, aku tidak tau" Ucap Taeyong tulus.

"Tak apa, aku tidak masalah"

Setelah itu tak ada lagi pembicaraan di antara Mark dan Taeyong, keduanya hanya diam dengan pikiran masing-masing.

"Hei, bisakah aku bertanya?" Celetuk Mark tiba-tiba.

Déjà vu.

Taeyong tersenyum dia sedikit merasakan Déjà vu pada Mark.

Rain {Jaeyong Fam's}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang