🔴 : BAB 01

3K 181 7
                                    

'Red Circle'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Red Circle'

***
















Suara ketukan pintu terdengar membuat Beomgyu yang sedang menyetrika pakaian berlari kecil.

Pintu reyot terbuka dan wajah Beomgyu langsung menegang saat tau siapa yang datang.

"Hai, Beomgyu. Dimana si brengsek itu?"

Beberapa orang berbadan besar berdiri di depan rumah kumuhnya, kedua tangan Beomgyu langsung saling meremat. "Dia belum pulang." Ucapnya kecil.

Bugh!

Pintu rumahnya di pukul sampai hampir copot.

"Sialan! Mau main-main rupanya!" Tatapan mata mereka langsung tertuju pada sosok Beomgyu yang berdiri tegang di depan pintu. "Dimana dia menyimpan uangnya?" Tanyanya.

Beomgyu langsung menggeleng. "Aku tidak tau."

Rambut pirangnya ditarik kencang memaksa Beomgyu agar melihat mereka, melihat seberapa menakutkan mereka dengan badan besar penuh dengan tato dan tindikan telinga.

"Bilang kepada si keparat jika lusa nanti aku akan kembali kesini. Jika uangnya belum ada maka bersiap-siaplah untuk katakan selamat tinggal pada dunia."

Melihat kepergian mereka membuat Beomgyu menghembuskan napas lega, menutup pintu reyot itu lalu masuk kedalam untuk melanjutkan pekerjaannya seperti tidak pernah terjadi apapun.

Sudah terbiasa, kejadian itu sudah sering terjadi bahkan Beomgyu pernah hampir mati. Mereka adalah para penjudi yang menagih uang.

"Beomgyu."

Kepala pirang itu menoleh kecil, saat mendapati sosok itu yang datang Beomgyu kembali sibuk berkutat dengan baju seragamnya.

"Beomgyu!"

"Ada apa, Ayah?"

"Apa ada yang datang?" Tanyanya.

"Ada..dia menagih uang dan meninggalkan pesan mengerikan. Jika Ayah memiliki uang, lebih baik bayar karena aku tidak ingin kehilangan Ayah."

"Anakku yang manis." Kepala Beomgyu di usap pelan. "Tapi sayangnya Ayah tidak memiliki uang."

Mendengar itu membuat Beomgyu mengulum bibir. "Mereka akan kembali lusa Ayah.. bagaimana bisa Ayah tidak ada uang sepeserpun?" Ucapnya dengan suara bergetar.

Agaknya dia sangat takut kehilangan sang Ayah.

Ayah nya duduk dengan lelah di karpet usang. "Lihat wajah Ayah, Beomgyu."

Beomgyu segera menatap wajah Ayah nya, terdapat beberapa luka keunguan di sudut bibir dan pipi.

Mulut Beomgyu terbuka. "Ayah..jangan bilang--"

"Ya! Ayah gagal merampok dan berakhir di pukuli warga." Ayah berteriak lumayan nyaring membuat Beomgyu memejamkan mata.

Beomgyu menunduk dengan kedua tangan saling meremat gelisah, sekelebat ide muncul di otaknya membuat Beomgyu langsung berdiri dengan semangat, dia menatap Ayah dengan senyum lebar. "Aku akan meminjam uang pada Paman Jhon." Ujarnya.

Beomgyu bahkan belum sempat melangkah namun Ayah langsung menariknya dengan kencang dan menjatuhkan tubuh anaknya sampai membentur setrikaan yang masih panas.

Beomgyu berteriak nyaring saat tangannya melepuh. "Arghh..perih,"

Surai pirangnya di tarik kencang oleh sang Ayah. "Ayah, apa-apaan!?" Beomgyu menatap Ayahnya bingung.

"Jangan gila, Beomgyu! Sebejat-bejatnya aku sebagai seorang Ayah, aku tidak akan rela kau di tiduri oleh si brengsek Jhon!" Ayah berteriak nyaring di depan wajah Beomgyu, setelahnya dia menyeret anaknya agar masuk ke kamar kecil.

"Jangan keluar dari kamar." Ucapnya sebelum menutup pintu dan menulikan telinganya saat mendengar sang anak menyerukan namanya dari dalam.

"Ayah..Ayah!"

"Ayah! Jangan pergi, Ayah!"

Di dalam kamar Beomgyu menangis, meringkuk di sudut dengan wajah sembab. Takut, Beomgyu takut Ayah nya mati.

Ketakutan itu membuat tubuhnya bergetar serta suara tangis yang semakin besar. Beomgyu rela melakukan apapun asal Ayahnya hidup..dia tanpa Ayahnya lebih baik mati.

Beomgyu punya ketakutan mendalam saat ditinggalkan, rasa sesak menghantui hatinya saat Ayah pergi tanpa memberi tahu tujuannya.

* * *
R E D C I R C E L E
* * *
.
.

Mengawali hari dengan suram sudah biasa bagi Beomgyu, keluar dari rumah dusunnya dengan langkah lesu karena kurang makan.

Lapar namun bisa apa? Di rumah tidak ada makanan apapun. Hanya tersisa nasi basi tiga hari lalu yang sudah mengering.

Kaki kurusnya melangkah melewati beberapa perokok dan pemakai obat di sepanjang gang rumahnya, saat sudah di depan gang Beomgyu menyipitkan mata karena matahari sangat terik. Rumah dusunnya sama sekali tidak terkena cahaya matahari membuat kulit Beomgyu begitu putih.

Hari ini dia berniat mengunjungi ruko besar di persimpangan jalan, untuk apa? Tentu untuk mencari makan, bukan makanan yang layak di konsumsi karena Beomgyu hanya akan mengacak-acak tempat sampah seperti kucing.

Tidak ada uang dan caranya bertahan hidup ya harus seperti ini.

"Beom.. Beomgyu."

Langkahnya terhenti saat suara asing memanggilnya, menoleh kebelakang kedua mata Beomgyu langsung menyipit karena mendapati orang asing yang memanggil namanya.

"Siapa?"

"Aku Kakakmu, Beomgyu. Ayo pulang."

Sungguh, hidup Beomgyu sudah sulit namun apa lagi ini?!

[To be continued]

**Vote dan comment!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**
Vote dan comment!!

Red Circle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang