Bagian II "Unwanted"

3.1K 232 4
                                    

Eleven Years Later

"Konsentrasi, tekad, kemauan: itu kunci utama untuk menguasai telekinesis." Jelas Master Acolyte Ferev. "Tidak semua dari kalian akan berhasil di kelas saya. Bahkan, sebagian besar dari kalian tidak akan berhasil. Mayoritas telepati tidak memiliki bakat dalam bidang ini. Memanipulasi objek fisik adalah salah satu kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai oleh seorang ahli pikiran. Bahkan, jika kalian tidak punya bakat alami untuk itu, telekinesis bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari hanya dengan belajar."

Wonwoo membiarkan suara instrukturnya memudar ke benaknya saat ia menatap, dengan gentar, batu di atas meja yang ia gunakan bersama Inisiat Woozi. Wonwoo mencoba mengabaikan seringai puas di wajah anak laki-laki itu.

"Kau terlihat takut, Wonwoo. Tapi sekali lagi, aku juga akan takut, jika aku sama menyedihkannya denganmu."

Wonwoo mengatupkan rahangnya dan tak membalasnya. Woozi seorang bajingan yang sangat menyukai keangkuhannya sendiri. Mengabaikannya jelas respon terbaik.

Tapi ia benar, bukan?

Wonwoo mencoba menyingkirkan pikiran itu, tapi ia tak bisa melakukannya. Selama sebelas tahun terakhir, Wonwoo telah mencoba untuk menjadi lebih baik dalam studinya, ia telah berusaha keras, namun ia menonjol di antara teman-temannya karena alasan yang salah: Wonwoo terlalu emosional, terlalu temperamental, terlalu tidak disiplin. Meskipun Wonwoo telah belajar perlindungan diri, ia masih rentan terhadap emosi orang lain yang kuat. Wonwoo juga sangat buruk dalam bermeditasi dan menjernihkan pikirannya, itulah mengapa alasan utama ia sangat biasa-biasa saja dalam setiap mata pelajaran yang mereka pelajari di Aula Inisiat sejauh ini.

Wonwoo tahu jika ia mengecewakan. Semua instrukturnya telah menyiratkannya berkali-kali. Bahkan ketika mereka tidak mengatakan apa pun, Wonwoo sering kali dapat menangkap emosi dan pikiran mereka secara dalam.

Potensi yang sia-sia.

Tidak ada gunanya menjadi seorang telepati Kelas 5 jika kau tidak bisa cukup disiplin untuk menerapkannya pada dirimu sendiri.

Mereka semua salah. Wonwoo sudah melatih dirinya. Masalahnya, itu semua belum berhasil. Telepati yang ia miliki terlalu tidak menentu, sulit dikendalikan, dan cenderung merefleksikan kondisi emosionalnya dari pasa pikiran rasionalnya. Wonwoo tahu jika masalahnya berasal dari ketidakmampuannya dalam bermeditasi dengan benar dan mengatur pikirannya. Itu salah satu dalil pertama yang mereka pelajari sebagai inisiat: pikiran yang tenang dan teratur adalah persyaratan untuk menguasai seni pikiran. Namun, ada terlalu banyak suara di kepala Wonwoo. Tak peduli seberapa keras ia berusaha, Wonwoo sulit menghilangkan kebisingan itu, sehingga ia tetap kurang di semua kelasnya, bahkan lebih buruk.

Wonwoo tak punya alasan untuk berpikir jika telekinesis akan berbeda.

"Tidak cukup hanya dengan membayangkan menggenggam batu di depanmu," lanjut Master Ferev. "...telekinesis tidak bekerja seperti itu. Kalian harus bisa merasakannya, merasakan udara di sekitarnya, dengan cara yang sama seperti diajari untuk meregangkan indera kalian untuk merasakan orang lain. Kalian harus bisa merasakannya. Ya, itu benda mati, tapi masih mungkin untuk merasakannya — dan memanipulasinya jika kalian memiliki bakat untuk itu. Sekarang mulailah."

Terdengar gumaman ketidakpuasan.

Tak seperti teman-temannya, Wonwoo tak terganggu dengan instruksi yang belum jelas. Ia selalu melakukan yang lebih baik ketika Wonwoo bisa melakukannya sendiri. Aturan dan instruksi yang ketat sangat menyesakkan.

Dengan hati-hati Wonwoo meregangkan otot-ototnya dan meringis, mencoba membendung emosi teman-temannya.

"Kau terlihat sembelit... Jangan sakiti dirimu sendiri."

[✓] Prince's Master (MEANIE Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang