Bagian XXXIII "Home"

2.4K 176 9
                                    

Calluvian Society Gossip

— —

PANGERAN WONWOO: AKU MERINDUKAN RUMAHKU

Terjadi sebuah kejadian yang tak terduga, Pangeran Wonwoo dari Klan Agung Kelima tak ingin menjadi seorang pangeran. Dibesarkan oleh para ahli pikiran dari High Hronthar, sang Pangeran pun dilaporkan merasa lebih betah tinggal di biara yang keras dari pada tinggal di istana mewah milik saudaranya.

"Aku sangat mencintai Kakakku, dan aku sangat bersyukur kalau kami sudah saling menemukan satu sama lain," ujar Pangeran Wonwoo. "Tapi Ordo telah menjadi rumahku sejak aku berusia tiga tahun, dan aku sangat berterima kasih kepada saudara laki-lakiku yang mengizinkanku untuk kembali ke kehidupan yang biasa aku jalani. Ambisi terbesarku kini menjadi seorang ahli pikiran bersertifikat dari Ordo, tapi itu tidak berarti aku akan berhenti menjadi saudara dan Adik dari Dokyeom. Aku selalu mendukungnya dalam segala hal."

Saat ditanya tentang rumor jahat yang telah menyebar baru-baru ini terkait hubungan High Adept dan dirinya, Pangeran Wonwoo hanya tertawa. "Aku rasa aku tahu dari mana sumber rumor itu berasal. Kemungkinan salah satu inisiat yang ingin menjadi murid dari Master Mingyu dan sangat kecewa ketika Master lebih memilih aku. Aku tidak menyalahkan mereka. Kalau aku jadi mereka aku pasti merasa iri dan kecewa juga."

Ketika ditanya apakah ia akan berhenti berpartisipasi dalam acara-acara sosial nanti, ekspresi Pangeran Wonwoo tampak menjadi serius. "Aku kira itu tergantung pada seberapa sibuknya aku nanti dengan studiku sebagai seorang apprentice. Kalau aku punya waktu luang, aku tidak melihat alasan mengapa aku tidak akan menghadiri acara sosial. Bagaimanapun juga, aku masih seorang pangeran."

Benar sekali!

Kami di Calluvian Society Gossip mendoakan Pangeran Wonwoo agar sukses selalu di jalan yang dipilihnya!

***

Udara pagi hari terasa segar dan sedikit dingin, diselimuti oleh bau dari hutan tua, pegunungan, dan rumah.

Wonwoo menarik napas dalam-dalam dan perlahan menghembuskannya, bahunya rileks saat ia menatap High Hronthar yang terletak di lembah gunung. Kota itu tampak magis dilihat dari kejauhan, lampu-lampu kuning meneranginya dengan meriah.

Ia tersenyum sendu, membayangkan para inisiat muda yang bergegas menuju kelas pagi mereka saat ini, dengan kondisi masih mengantuk dan emosional. Wonwoo juga pernah menjadi salah satu dari mereka. Rasanya seperti baru seumur jagung.

Sebuah tangan yang kuat menarik bahunya pelan. "Dingin sekali, Wonwoo. Kita seharusnya mendarat lebih dekat ke kota. Dan kamu seharusnya pakai jubah."

Wonwoo menggeleng pelan sambil tersenyum. "Kenapa aku perlu jubah kalau aku punya kamu?"

Mingyu menghela napasnya, desahan panjang yang sama sekali tak meyakinkan Wonwoo. Mingyu tak serius merasa kesal; Wonwoo akan langsung bisa merasakannya melalui ikatan mereka kalau memang Mingyu kesal.

Mingyu menarik Wonwoo lebih dekat dan mendekapnya ke dadanya dan menyampirkan jubahnya yang tebal ke tubuh mereka berdua.

Wonwoo tersenyum hangat, bersandar pada tubuhnya, menghirup aroma familiar dari Master-nya dan merasa sangat hangat nan bahagia saat ia menatap High Hronthar di kejauhan. Ikatan mental mereka kini berdenyut dengan kepuasan-kebenaran-memiliki-mendamba-milikku, pelukan Mingyu terasa nyta di sekelilingnya yang kokoh dan terasa sangat aman. Wonwoo bisa tinggal di sini selamanya, dalam pelukan pria ini.

"Aku mencintaimu, Master." Ucap Wonwoo lirih. Ia tak berharap untuk mendengarnya kembali; Wonwoo hanya merasa sangat bahagia hingga ia harus mengatakannya.

Pelukan Mingyu di sekelilingnya mengencang hingga hampir terasa sakit.

Wonwoo dapat merasakan jika kini Master-nya membenamkan wajahnya di atas kepalanya dan menarik napasnya dalam-dalam. "Aku pikir tidak akan salah kalau aku menolak mengatakan balik perasaan sentimen itu."

"Menyebalkan sekali, sih." Dengus Wonwoo, pandangannya menjadi kabur. Ia menyeringai, menatap Mingyu. "Suatu hari nanti aku akan membuatmu mengucapkan kata menjijikkan itu, Master."

Mata cokelat gelap Mingyu seakan tersenyum padanya. "Kita lihat saja nanti," ujarnya, dan menciumnya.

Sudutnya terasa canggung, bibir Mingyu dingin, dan udaranya terlalu dingin, tapi ciuman itu menghangatkan Wonwoo sampai ke jari-jari kakinya.

Ketika mereka akhirnya berhasil melepaskan ciuman itu, Wonwoo dapat merasa kesemutan di sekujur tubuhnya, rasa panas yang tak asing lagi tepat di perut bagian bawahnya.

Mingyu menatapnya sejenak, tatapannya terpaku. Kemudian ia meraih tangannya dan menarik Wonwoo berjalan ke arah kastil. "Kita sudah cukup lama berkeliaran di sini. Ayo kita pulang, Wonu."

Tersenyum, Wonwoo menautkan jari jemari mereka dan membiarkan Master-nya menariknya menuju rumah mereka.

Hingga akhirnya, matahari mulai meninggi.

[✓] Prince's Master (MEANIE Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang