Bagian XIX "Ill-advised"

2K 182 21
                                    

Warn! Words/SC/Mature/21+

***

"Yang Mulia lagi sibuk, Wonwoo. Kamu tidak boleh masuk ke sana!"

Wonwoo berhenti dan menoleh ke arah Irrene. "Aku muridnya... Perintahnya tidak berlaku untukku."

Wanita itu hanya melihat ke arahnya tampak terlihat jelas ia tertekan, jadi Wonwoo merasa kasihan padanya. "Aku akan memberitahunya kalau ini bukan salah kamu, kok."

Kegelisahan di wajah Irrene tampak berkurang. Wanita itu mengangguk, menatapnya dengan pandangan teduh. "Aku senang kamu baik-baik saja, Wonwoo. Master-mu tampak sangat khawatir."

Wonwoo menatap Irrene dengan tatapan skeptis dan berjalan menuju pintu, memancarkan rasa kepercayaan diri yang sebenarnya tidak ia rasakan.

Sudah empat hari sejak terakhir kali ia melihat Master-nya.

Beberapa hari pertama Wonwoo mencoba merasionalisasi ketidakhadiran Mingyu. Wonwoo mengatakan pada dirinya sendiri jika Mingyu mungkin saja sedang sibuk memikirkan bagaimana caranya agar bisa memenuhi kesepakatannya dengan para pemberontak atau bagaimana caranya agar tidak. Wonwoo berkata pada dirinya sendiri kalau Mingyu mungkin sangat dibutuhkan di biara, akan sangat melelahkan untuk melakukan perjalanan bolak-balik antara biara dan High Hronthar.

Namun, tak ada gunanya menyangkal itu lagi: Master-nya kini jelas-jelas sedang menghindarinya, dan tak perlu seorang jenius untuk menebak alasannya. Wonwoo ingin mengatakan kalau sikapnya itu membuat Wonwoo jengkel dan kesal, tapi ada perasaan sesak di dadanya yang tak bisa dijelaskan dengan mudah.

Wonwoo pun memasuki ruang kantor, bertekad untuk bersikap senormal mungkin. Wonwoo pasti terkutuk kalau Wonwoo membiarkan perlakuan ini menunjukkan jika penghindaran yang Mingyu berikan sangat mengganggunya.

Ruangan kantornya besar namun sangat sederhana. Wonwoo jarang berada di sini sejak ia mulai menjauhkan diri dari Master-nya, dan Wonwoo tanpa sadar menyadari jika ruangan ini masih belum memiliki barang-barang pribadi milik Mingyu meskipun pria itu telah menjadi Grandmaster selama lebih dari setahun.

Master-nya sedang duduk di belakang meja besar yang terlihat seperti sudah setua biara, pandangannya fokus pada hologram di depannya. Wonwoo hanya berhasil melihat sekilas sebuah planet yang tak dikenalnya sebelum Mingyu akhirnya mematikan hologram itu.

Mingyu mengangkat pandangannya dan menatapnya dengan tenang, ekspresinya sulit dibaca. "Aku lihat tugas magangmu sudah selesai." Celetuknya. Terasa aneh, pria itu malah tidak terlihat kesal.

Wonwoo memiringkan kepalanya ke samping, mempertimbangkan tindakannya. Ada beberapa cara yang bisa ia lakukan, tapi... Wonwoo sudah lelah dengan semua permainan ini. Lelah berpura-pura. Lelah melakukan hal yang cerdas.

Jadi Wonwoo mengitari meja, kemudian mengangkang di pangkuan Mingyu, dan berkata, "Let's fuck, Master."

Wonwoo dapat melihat rahang Mingyu mengencang dan matanya menggelap. "Wonwoo... Aku pikir kau mengerti jika apa yang terjadi kemarin sebuah kesalahan."

"Tentu, aku mengerti, kok." Balas Wonwoo sambil membenamkan jari jemarinya di rambut sang Master. Wonwoo tertawa kecil. "Aku tahu persis betapa tidak bijaksananya kejadian kemarin." Wonwoo menyapukan bibirnya di sepanjang garis rahang Mingyu yang tegas, menggigil karena kontras antara bibirnya yang lembut dan bulu halus sang Master. Wonwoo tak tahu mengapa itu membuatnya sangat bergairah, tapi Wonwoo sudah merasa basah dan lengket, penisnya kini tengah menegang di celananya. Wonwoo menggigit rahang Mingyu, merasakan otot-otot kuat Master-nya menegang di bawahnya, melawannya. Sialan, bau badannya sangat enak. "Ayo kita lakukan saja..." Wonwoo merengek di telinga Mingyu, "Kumohon, Master. Kamu tahu kalau kamu juga menginginkannya. Kamu sudah menginginkan ini selama bertahun-tahun. Kita sudah melakukannya sekali. Sekali, dua kali— apa bedanya? Aku sudah sangat siap untukmu. Aku siap basah untukmu. "

[✓] Prince's Master (MEANIE Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang