Bagian XI "The Grandmaster"

2.1K 190 9
                                    

Warn! Words/Mastrubate/Smut/21+

***

SUNGGUH aneh, betapa berbeda pandangan orang-orang terhadap Wonwoo setelah ia kini menjadi murid dari seorang Grandmaster.

Wonwoo merasa lega saat akhirnya ia bisa meninggalkan sayap publik High Hronthar dan memasuki bagian kastil yang lebih tenang. Sebagian dari dirinya berharap untuk terserang rasa panik dengan kenangan buruk semalam, nyatanya tidak ada. Wonwoo tetap tenang. Ia tersenyum kecil, sangat lega. Wonwoo belum pernah menerima penyembuhan dari mind healer tingkat lanjut, dan senang rasanya mengetahui seberapa efektif cara itu. Master-nya pasti sudah bangun lebih pagi, menyembuhkan celah-celah dalam jiwa Wonwoo. Karena Wonwoo merasa hangat di setelah kejadian kala itu.

Ia tidak mengetuk pintu ketika sampai di kantor utama yang dipandu oleh ikatan mental mereka.

Mingyu tengah berdiri di dekat jendela, pandangannya yang tak bisa melihat tertuju pada pegunungan.

Pria itu tengah mengenakan jubah putih yang tebal. Jubah khusus untuk seorang Grandmaster.

"Putih bukan warna kamu, Master." Celetuk Wonwoo.

Master-nya seketika menoleh.

Baiklah, mungkin Wonwoo sedikit berbohong: Mingyu terlihat sangat tampan. Pria itu selalu terlihat tampan, namun jubah putih yang dipadukan dengan rambut hitam legam miliknya membuat warna cokelat di matanya serta alisnya yang senada menjadi sangat indah. Mingyu membiarkan rambutnya berantakan, alih-alih menariknya ke belakang di tengkuknya, namun itu sama sekali tidak melembutkan wajahnya, matanya yang tajam dan rahangnya yang tegas mendominasi wajahnya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Mingyu, mempelajarinya dengan ekspresi yang sulit terbaca.

Wonwoo hanya mengangkat bahu. "Aku baik-baik saja," ujarnya dengan jujur. "...kenapa kamu memanggil aku? Aku pikir kamu akan sangat sibuk hari ini."

"Aku memang sibuk. Sebenarnya, aku akan berangkat ke biara. Kebaktian akan diadakan di sana."

Kebaktian. Benar. Kematian dari High Adept adalah masalah besar. Para anggota Dewan Calluvian kemungkinan besar semua akan hadir.

"Apa kamu mau aku ikut denganmu?" Wonwoo berkata dengan suara yang paling netral, berharap bukan karena itu Mingyu memanggilnya. Menghadiri upacara pemakaman orang yang secara tidak sengaja telah ia bunuh bukanlah hal yang menyenangkan baginya.

"Tidak perlu."

Wonwoo berusaha untuk tak terlihat terlalu lega, namun dari tatapan panjang yang diberikan Mingyu pada Wonwoo, ia tak bisa membodohi siapa pun.

Untungnya, pada saat itu alat komunikasi Mingyu berbunyi.

Pria itu segera menjawab, masih sambil menatap Wonwoo.

"...aku akan segera tiba, Irrene. Sampaikan permintaan maafku pada First Queen jika beliau tiba sebelum aku. Ada beberapa hal tak terduga yang harus ditangani."

"Siapa Irrene?" Tanya Wonwoo.

Mingyu mematikan alat itu. "Seorang pelayan," jawabnya. "...sekretarisku, lebih tepatnya."

"Kamu punya sekretaris sekarang?"

"Tentu saja." Jawab Mingyu. "Salah satu kelemahan menjadi seorang Grandmaster kini aku harus menghabiskan banyak waktu di biara, dan bertemu dengan berbagai anggota Dewan Calluvian. Seorang sekretaris diperlukan untuk mencatat janji temuku dan memberikan penjelasan tentang ketidakhadiranku jika aku tidak bisa hadir di sana."

"Hmm..." Balas Wonwoo sambil berjalan ke jendela dan melihat pemandangan indah di bawah. "Kalau kamu tidak mau aku menemanimu, untuk apa kamu memanggilku?"

[✓] Prince's Master (MEANIE Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang