I. Sang Perantara

1.9K 146 244
                                    

🖤🖤🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖤🖤🖤

Usai makan malam, Alfred menepati janjinya pada Caroline tadi siang. Ia kini membawa Caroline dan Inara ikut menemui orang yang akan menjadi jalan keluar untuk masalah mereka.

Jalan untuk menuju tempat orang itu tidak dekat. Mereka harus melewati kuburan, hutan rimbun, dan jalanan sepi yang membuat bulu kuduk berdiri.

Lokasi menuju rumah orang yang Alfred tahu benar-benar privat, tersembunyi, dan cukup sulit untuk di akses.

"Sebenarnya kita mau kemana, Ma?" Inara meringsek dan mendekati orang tuanya yang duduk di kursi depan mobil, sedangkan dirinya duduk sendiri di kursi belakang. Jalanan yang sepi dan seram membuat Inara ketakutan.

"Kita mau menemui orang yang bisa menyelamatkan harta kita," jawab Caroline memandang sekilas Inara.

"Mama sudah menemukan orang untuk menjual Irina? Dimana, Ma? Kenapa tidak kita ajak saja Irina untuk ikut juga? Kalian malah membiarkannya beribadah di Gereja. Dasar, manusia sok suci!" Inara mencibir kesal.

"Anak bodoh!" Hardik Alfred sambil menatap tajam Inara lewat spion di tengah mobil. "Jangan selalu memojokkan Irina. Meskipun dia bodoh, jangan lupakan fakta bahwa dia adalah Kakakmu, kembaranmu. Lagi pula, kita bukan ingin menjualnya. Papa dan Mama memang sudah menemukan jalan keluar masalah kita, tapi itu bukan berarti kami menjual Irina."

Inara semakin kesal karena jawaban sang ayah. Kedua aslinya hampir menyatu saking kesalnya. "Papa jahat! Papa selalu membela Irina. Apa istimewanya dia? Irina hanya gadis bodoh yang kebetulan satu rahim denganku. Jika bisa memilih pun, aku tidak mau berbagi rahim dengannya!"

Menyadari suasana yang sedikit keos karena pertengkaran kecil Alfred dan Inara, Caroline langsung menjadi penengah agar pertengkaran tidak berlanjut.

"Sst, sudah, sudah!" Caroline mengisyaratkan untuk diam. "Calm down, sayang. Tidak perlu marah-marah seperti itu. Kita akan tetap kaya meskipun tidak menjual Irina. Bahkan, kita akan lebih-lebih-lebih kaya,"

Senyum Caroline membuat Inara percaya dan menenangkan dirinya. Gadis itu kini diam, bersandar pada kursi mobil dan bersedekap dengan wajah malas.

🖤🖤🖤

Setelah satu setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di tujuan. Sebuah rumah besar dengan nuansa hitam dan gelap kini berada di depan mereka.

Inara menganga melihat rumah itu. Ia tidak menyangka ini benar-benar ada di dunia nyata. Inara pikir, hanya di film-film dan cerita yang ia baca saja ada bangunan yang berdiri di tengah hutan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EXSUPERARE INFERNUM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang