III. Irina dan Inara

1.4K 128 208
                                    

🖤🖤🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🖤🖤🖤

Pagi-pagi sekali, Alfred dan Caroline bergegas mengajak Irina dan Inara ikut mereka menuju bandara. Kakak beradik itu tidak tahu menahu akan dibawa kemana, sedangkan Alfred dan Caroline sudah mengirimkan surat izin ke kampus dimana tempat Irina dan Inara berkuliah.

Di surat itu tertulis, bahwa keduanya tidak dapat berhadir dikarenakan akan mengunjungi kerabat yang berada di Chicago. Untuk itu, mereka mengajukan surat izin selama beberapa hari.

Jalanan lumayan sepi ketika mobil Alfred menembus jalan menuju bandara. Meskipun sudah pukul tiga pagi, kondisi jalanan tidak terlalu sepi. Masih ada kendaraan yang berlalu lalang meskipun dapat terhitung jari.

Irina dan Inara yang duduk di kursi belakang masih mengantuk. Bahkan, Inara sudah tertidur. Meskipun sudah mandi pagi-pagi sekali, mereka berdua tetap merasakan kantuk yang luar biasa.

Karena terlanjur mengantuk, Irina pun menyusul Inara yang tidur. Perjalanan menuju bandara lumayan jauh, setidaknya memakan waktu setengah jam. Maka dari itu, Irina punya waktu untuk tidur sejenak.

Meskipun suasana di mobil sepi, namun, Caroline melihat sesekali Alfred melirik Irina melalui spion di depan. Caroline tidak salah, karena Alfred benar-benar melirik Irina terus.

Irina berada di kursi sebelah kiri, yang otomatis gadis itu berada di belakang Caroline. Sedangkan Inara berada di kursi sebelah kanan yaitu tepat di belakangnya.

Jika Alfred memperhatikan Inara, mengapa tatapannya ke sebelah kiri, bukannya sebelah kanan?

"Dia tidak akan mati karena menikahi Iblis itu, Pa," Caroline menenangkan Alfred seakan tahu isi pikiran suaminya itu. "Dia akan menjadi tumbal pengantin, bukan tumbal sungguhan yang akan disakiti. Malah siapa tahu hidupnya akan lebih enak dari kita,"

Caroline tampak bersikap acuh, berbeda dengan Alfred yang kepikiran. Meskipun Alfred sering mengabaikan Irina, namun, hati kecil pria itu tentunya menyayangi Irina.

Dia yang paling bahagia ketika tangisan pertama Irina ke dunia terdengar. Dia juga yang paling bahagia ketika anak kembarnya lahir ke dunia dengan selamat.

Tetapi, lagi-lagi ego Alfred lebih tinggi dari kasih sayangnya. Ia kembali menatap lurus jalanan, sedikit melajukan mobilnya agar cepat sampai di bandara.

🖤🖤🖤

Setelah setengah jam, mereka pun akhirnya sampai di National Ronald Reagan Washington Airport. Meskipun jam penerbangan sudah mepet, namun Alfred tetap memaksa membeli jajanan terlebih dahulu untuk anak-anak dan istrinya agar tidak kelaparan di pesawat.

Meskipun mereka akan mendapatkan jatah makan, tapi Alfred bersikeras membeli jajanan lain karena takut makanan pesawat tidak sedap di lidah mereka.

EXSUPERARE INFERNUM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang