"Nge-print? Masih juga jam 8."
Aya hanya bisa berdehem guna merespon ucapan si OP warnet.
Hari itu—kayaknya Aya dikerjain lagi oleh Mba Dena—ia harus datang ke kantor jam 8 pagi karena hari ini ada klien penting dan Mba Dena belum menyiapkan dokumen untuk meeting dengan klien tersebut. Sudah pasti dia akan meminta Aya si anak magang untuk take over segala situasi genting.
Aya kesal, ia bahkan belum mencatok rambutnya.
"Mas, kira-kira sempet ga ya kalo saya beli sarapan dulu?" Tanya Aya dalam keadaan tengah membaringkan kepalanya di atas meja komputer.
"Sempat," balas si OP warnet—yang entah siapa namanya ini—kepada Aya.
"Mas udah sarapan belom? Mau nitip ngga? Saya mau beli lontong di depan."
"Nitip dah. Tapi rokok, bukan sarapan."
Lah bjir, sarapannya rokok, batin Aya.
Si OP warnet yang sedari tadi sibuk menge-print dokumen Aya, kini berjalan mendekati Aya sambil membawa uang tiga puluh ribu rupiah.
"Samsu 1 bungkus," katanya.
"Mas, masih pagi lho. Masa udah ngerokok aja," Aya memberi komentar.
"Ga afdol kalo ga ngudut cuy."
Aya menggeleng sejenak lalu bangkit dengan malas dari kursinya menuju keluar dari warnet.
"Oiya, Mas. Nama Mas siapa sih? Kemarin saya tanya di chat Mas ga bales."
"Kenapa nanyain?"
"Ya... nanya aja, Mas. Keknya saya bakal sering ke warnet Mas karena printer di kantor saya rusak mulu. Ngeselin deh pokoknya."
"Oh," balas si OP warnet singkat. Ia tampak menyunggingkan seberkas senyum dalam keadaan tubuh yang memunggungi Aya. Aya masih berdiri di depan pintu, menunggu laki-laki itu menyelesaikan ucapannya. "Gue pikir lo mau masukin nama gue sama nama lo ke kalkulator cinta. Untuk mengetes kecocokan."
"Idih!" Aya meloloskan kata itu dari mulutnya.
Ni OP warnet alay banget, anjir? Mana dia pake lo-gue lagi, pikir Aya.
Aya tak kuat jika harus mendengar lebih banyak bualan dari si OP warnet. Ia langsung bergegas meninggalkan warnet tersebut.
Namun sepanjang menunggu pesanan lontongnya dibuat, Aya tak bisa berhenti memikirkan kata-kata si OP warnet tadi. Menurutnya itu sungguh out of the box.
"Mba, ini lontongnya."
Aya menyambut plastik yang disodorkan ibu penjual lontong padanya. Sebagai balasan, Aya menyodorkan pula uang senilai sepuluh ribu rupiah kepada si ibu.
"Makasih ya, Bu," ucap Aya sambil tersenyum.
"Sama-sama, Mba. Oh iya, Mba ini pacarnya Mas Eja ya?"
Aya mengerutkan dahinya, berusaha mengingat-ingat siapa laki-laki bernama Eja di hidupnya. "Eja siapa, Bu?"
"Itu, Mas Eja yang jaga warnet. Belakangan saya lihat Mba keluar-masuk terus dari warnetnya."
"Ih, ngga, Bu. Saya cuma nge-print aja, he he he," ucap Aya sambil menahan kekesalan.
Bagaimana bisa ia menahan sumpah serapah di situasi oh shit man seperti saat ini?
Refal babi, menyalahkan mantan untuk segala kejadian buruk di kehidupan adalah jalan ninja Aya.
Aya berjalan cepat menuju warnet. Sesampainya di sana, ia melihat si OP warnet—yang ternyata bernama Eja itu—sudah dalam keadaan siap siaga di depan komputernya dengan bersenjatakan headset yang menutupi telinganya serta keyboard tempat jari-jemarinya bertengger.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Couple (from AU "cowokku")
RomanceAya bertekad memutus rantai kemiskinan keluarganya di dirinya dengan cara mencari pacar orang kaya. Namun dirinya justru terjebak hubungan mutualisme dengan Eja, si op warnet yang cuek.