part 6

174 24 21
                                    

Masih pagi tapi udah dikasi misi, gerutu Aya dalam hati sepanjang melalui koridor kantor.

Sial rasanya bahwa ia baru sampai di kantor setelah melewati hujan badai di luar sana—bahkan belum sempat mengeringkan dirinya—justru Mba Dena datang mendekat dan sontak membuat bibir Aya tercekat.


Misi pertama: tanya Kaisar sudah punya pacar atau belum.



Ini Mba Dena masuk neraka jalur undangan deh, gue yakin. Dia selalu menyulitkan orang teraniaya kayak gue, batin Aya.

Kaisar tampak berbincang dengan salah satu atasan Aya kala itu. Ia tampak ceria—bahkan sesekali ia terkekeh dan berusaha menutupi tawanya dengan telapak tangannya.

Kulitnya putih bersih, rambutnya bagus, he dresses very well, dan pastinya dia harum. Tipikal laki-laki yang biasa dimimpikan Aya saat membaca cerita fiksi di Wattpad.

"Aduh, gue harus basa-basi gimana dulu ya? Masa minta tanda tangan sih? Emang masih zaman apa minta tanda tangan seleb? Orang sekarang mah adanya minta foto bareng."

Seisi kantor tampak sibuk, mungkin karena hari itu adalah pemotretan pertama dengan Kaisar.

Dalam hati, Aya berpikir bahwa seharusnya dia juga ikut sibuk seperti yang lain, bukannya malah dijadikan pesuruh oleh Mda Dena dalam perjalanan kisah asmaranya.

"Woy!" Seseorang menepuk pundak Aya agak kasar dan saat Aya berbalik ternyata itu adalah Cassandra, teman Mba Dena yang tempo hari meminta Aya mengganti kopinya.

Aya meringis kesakitan sembari memegangi pundaknya, sementara Cassie—nama panggilan Cassandra—justru memberinya pandangan kebingungan.

"Lebay banget lo. Disentuh doang padahal," kata Cassie cuek.

'Pegang doang pegang doang, kepala bapak lo?!' Gerutu Aya dalam hati.

"Tolong lo ke warnet biasa dan print file gue dong. Printer divisi gue rusak deh keknya dan semua orang juga pada pake printer masing-masing. Gue ngga bisa minjem."

"Kan itu punya kamu , kenapa harus saya yang print?"

"Ya elah, lo belagu banget jadi anak magang. Gue juga punya andil dalam memberikan penilaian magang lo di sini. Asal lo tahu!"

Aya tak henti-hentinya mengumpat dalam hati. Namun ia hanya bisa tersenyum di depan Cassie sembari mengiyakan perintahnya. Aya akan magang di kantor itu selama 3 bulan. Ada waktu satu bulan lagi dan Aya akan segera terbebas dari mereka.

"Oh iya, sekalian beliin gue pulpen ya. Nih uangnya. Tuh ada lebihan dua belas ribu, buat lo aja," kata Cassie sebelum akhirnya dia melenggang pergi.

Aya berlalu ke meja kerjanya guna mengambil payung yang tadi dia pakai. Namun nyatanya payung hitam itu tidak ada di sana.

"Lah? Payung gue mana, kocak?" Aya melepaskan pertanyaan itu yang entah ditujukan kepada siapa.

"Eh, Aya," kata Rama, senior Aya yang duduk bersebelahan dengannya. "Payung lo dipinjem Agif. Dia mau beli kopi ke depan."

'Owalah, jancok. Kenapa ga izin dulu sih, tai?!' Batin Aya.

Aya tak mengatakan sepatah katapun kepada Rama, dengan tanpa menyembunyikan ekspresi kekesalannya, Aya melengos pergi dalam keadaan kesal bukan kepalang.

Di depan kantor, Aya tertegun melihat hujan yang semakin deras. There's no way— Aya akan berlari begitu saja menuju warnet, apalagi untuk file yang bukan punya dia.

"Masa kantor ini ga ada nyediain payung sih, anjir? Miskin banget," gerutu Aya sambil berdecak kesal. Ia memasukkan flashdisk milik Cassie ke dalam saku celananya bersamaan dengan ponsel miliknya. Ia memandangi hujan itu sambil melipat kedua tangannya di dada.

First Couple (from AU "cowokku")Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang