POV: Aya.
Eja, pacar tampan nan baik hati milikku itu begitu baik sebab memesankan tiket kereta untuk Mama dan adikku, Nadya, di saat aku lupa memesankan. Aku terlalu sibuk mengurus pemberkasan untuk yudisium dan wisuda serta mengurusi tetek bengek baju serta riasan yang akan kupakai di hari wisuda.
Aku ingat sore jam 6, Mama dan Nadya tiba di pintu apartemenku saat aku tengah memanaskan lauk pagi untuk kumakan di malam hari. Mama bilang dia kangen. Mama memang selalu memelukku saat aku pulang ke rumah, namun itu adalah pelukan pertama dari Mama yang kudapat dari perantauan. Sebab ini pertama kalinya Mama dan Nadya datang melihat kabarku di perantauan, di hari menjelang wisuda. Ah, akhirnya aku-dengan bantuan pacarku yang wangi itu-bisa membawa Mama melihat dunia lain selain di kota kecil kami.
Lalu siang itu, untung saja aku memakai maskara waterproof, sebab aku menangis saat naik ke podium dan membiarkan rektorat memindahkan tali pada topi togaku. Aku berjalan membawa ijazahku menuruni tangga podium dan air mataku semakin deras lantaran melihat Mama dan Nadya melambaikan tangan mereka sambil tersenyum padaku.
Lulus kuliah adalah kebahagiaan pertama bagi anak sulung perempuan sepertiku. Mungkin setelah ini aku akan dibuat pusing lagi dengan masalah mencari pekerjaan, namun lupakan saja itu dulu. Berhasil melewati neraka bernama "Strata 1" ini adalah prestasi terbaikku selama hidup.
"Mama!"
Mirip seperti aku di usia 7 tahun yang senang bukan main saat dijeput Mama di TK, bedanya kini aku berlari ke arah Mama tepat setelah acara wisuda S1-ku selesai.
"Selamat ya, Mba. Kuat-kuat ya, anak Mama. Akhirnya yang dicita-citakan tercapai satu persatu," kata Mama sambil mengelus punggungku.
Lalu adikku, Nadya, juga ikut memelukku. She is like my bestfriend, cekcok iya, berantem iya, tapi dia yang paling tahu aku. Aku senang punya adik seperti Nadya-walaupun dia cepat bosan dan seenak hatinya saja mau switch career seminggu sekali padahal masih SMA.
"Mba, langsung siapin berkas ya. Daftar CPNS," ujar Mama yang langsung membuat dadaku terasa panas-aku akan meledak! Kenapa orang tua sangat terobsesi dengan CPNS sih?
"Kalo PNS kan enak. Hidup santai dan gaji udah pasti tetap jalan," Mama melanjutkan ucapannya.
"Gamau," aku mencicit sembari memiringkan kepalaku untuk bersandar pada bahu Nadya.
"Mba masih muda. Mama pun dulu gitu, optimis. Tapi zaman makin maju dan negara kita makin dungu... jadi Mama belajar realistis."
Buset, khotbah sore.
Orang-orang banyak yang berfoto dengan keluarga mereka-ya, aku juga punya kok. Ada Mama dan Nadya. Tapi mereka punya papa, aku tidak. Ha ha ha, my lost?
"Pacarmu mana, Mba?" Tanya Nadya yang membuatku tersadar dan langsung menoleh padanya.
Lalu aku melihat lagi ke sekeliling guna memastikan bahwa pacarku bernama Eja itu benar-benar tidak ada di sana. Ah, rindunya.
"Lagi ada urusan, Nad," kujawab begitu saja biar cepat selesai. Soalnya pacarku yang ganteng itu juga tak mengabariku. Tidak, kalau tak ada kabar begini maka dia tidaklah ganteng di mataku.
"Mas Eja beneran op warnet ya, Mba?" Tanya Nadia lagi tatkala Mama mulai sibuk mengajak kami mengantri untuk berfoto di papan bunga utama.
"Hm, gitulah. Kenapa sih, nanya mulu?"
"Mba kan udah S1. Mas Eja baik sih, tapi bukannya harus cari yang setara?
Dan saat itu aku hanya bisa tersenyum seperti Ipin.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Couple (from AU "cowokku")
RomansaAya bertekad memutus rantai kemiskinan keluarganya di dirinya dengan cara mencari pacar orang kaya. Namun dirinya justru terjebak hubungan mutualisme dengan Eja, si op warnet yang cuek.