15. missed connection

485 48 0
                                    


Seungcheol lahir saat musim panas. Saat gugus bintang terlihat jelas di langit, dulu sekali sebelum pindah dari sini kata ibunya. Dan di atas rooftop sebuah gedung sekarang, Seungcheol sedang menengadah ke atas, berharap melihat gugus bintang seperti yang diceritakan ibunya. Tapi, tidak ada satu pun bintang yang bisa ia lihat di sana. Barangkali mereka malu, lalu bersembunyi karena kalah oleh kerlip lampu dan gedung-gedung pencakar langit di bawahnya. Seungcheol mendesah pelan, beralih memandangi jalanan kota yang ramai. Hari ini ulang tahunnya yang ke 31, dan seluruh dirinya mungkin sama seperti langit di atasnya. Gelap dan pekat.

Seungcheol ingin merokok, atau menenggak beberapa gelas bir agar segala hal rumit dalam kepalanya bisa hilang sejenak. Tapi kondisi dan situasi sekarang tidak mengizinkannya untuk melupa barang sebentar pun. Ia lelah, kusut dan kacau. Seolah semesta sedang berlomba untuk memperkeruh hidupnya yang sudah terlampau berantakan.

Seungcheol hendak berbalik untuk turun saat melihat seseorang keluar dari pintu. Adiknya berdiri di sana, tidak jadi mendekat karena melihat Seungcheol yang lebih dulu datang menghampiri.

"Aku dapat cuti minggu ini," kata Hansol.

Seungcheol tersenyum tipis, namun matanya memancarkan keletihan. Ia menepuk bahu adiknya, mengajaknya turun ke bawah.

***

Seungcheol sedang memperhatikan Hansol yang sedang membelai pipi sang ibu di dalam ruang ICU. Adiknya itu tadi langsung menyusulnya ke atas begitu sampai di rumah sakit. Sekarang ia bisa melihat bagaimana adiknya masih saja meneteskan air mata tiap kali berada di dekat ibu mereka yang masih tak kunjung sadarkan diri. Hansol yang diketahuinya jarang berekspresi dan cenderung dingin itu masih saja menangis sejak pertama kali melarikan ibunya ke rumah sakit.

Tidak ada seorang anak pun yang bisa tahan melihat orang terkasih mereka terbaring sakit. Kalaupun Seungcheol terlihat menahannya selama ini, itu hanya karena ia takut tidak bisa menjadi sosok kakak yang kuat untuk adiknya. Anak pertama yang kuat untuk ibunya.

Seungcheol menahan segalanya, meski seluruh dunianya sedang runtuh secara bersamaan dalam waktu singkat. Ia kemudian memutuskan untuk pergi ke ruang tunggu, membiarkan adiknya menyapa sang ibu.

Satu minggu lalu setelah ia pulang dari rumah Jeonghan, Hansol menghubunginya. Ini kali pertama ia mendengar Hansol menangis dan panik sejak mereka tumbuh dewasa. Suara isakan Hansol terdengar jelas di seberang sementara ucapannya kacau. Pikiran Seungcheol yang sudah terlalu kalut sebelumnya menjadi semakin tidak tenang, ditambah sedikit pengaruh alkohol yang mengaliri darahnya membuat ia tidak sabar menunggu adiknya bicara dengan jelas.

"Apa yang terjadi, bicaralah dengan jelas!" katanya nyaris membentak.

"Bunda ...."

Pikiran Seungcheol semakin keruh mendengar ibunya disebut. Pria itu menunggu selama Hansol masih kesulitan bicara karena isakannya. "Bunda pingsan."

Seungcheol tak perlu berpikir dua kali untuk memutuskan panggilan telepon itu dan berlari ke mobilnya. Ia bahkan tidak peduli bahwa ia menyetir dalam keadaan setengah mabuk. Pikirannya hanya dipenuhi ibunya, dan ia ketakutan sekarang.

Butuh waktu dua jam untuk sampai di kota tempat tinggal ibunya, dan Seungcheol bersyukur ia dengan aman sampai di sana meski pikirannya kacau. Ia juga beruntung tidak ada polisi yang berpatroli sebab ia benar-benar gelisah, takut apabila ditilang dan tidak bisa melanjutkan perjalanan karena menyetir dalam pengaruh alkohol. Begitu sampai, ia mengecek pesan Hansol dan langsung menuju tempat yang disebutkan.

Adiknya berdiri di lorong depan ruangan ICU, dan Seungcheol langsung berlari memeluknya. Wajah Hansol memerah, sehabis menangis. Ia langsung menjelaskan apa yang terjadi tanpa perlu menunggu Seungcheol bertanya atau melepas pelukannya. Katanya, ia menemukan ibunya sudah pingsan di dapur saat ia pulang dari kantor. Hansol tak berpikir untuk menelepon ambulans dan langsung menggendong ibunya ke dalam mobil untuk pergi ke rumah sakit.

FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang