01. Perihal Mimpi

95 26 10
                                    

Halo everyone! Salam kenal dari penulis yang sulit untuk mengekspresikan diri dalam menyapa kalian yang telah mampir ke tempat ini. Yang pasti saya cuma bisa bilang 'Happy Reading!'

Simpel kan? Tapi tidak sesimpel kisah percintaannya:>

So, tanpa bertele-tele lagi karna aku tau kalian juga ga bakal baca bagian sambutan ini, jadi langsung aja deh ya to the point ke kisahnya.

Jangan lupa untuk jejaknya sebagai apresiasi, ya!

Happy Reading

*
*
*
-o0o-

"Saya terima nikah dan kawinnya Kanaya Arunika binti Irham Firdaus dengan mas kawin yang telah disebutkan dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillah...."

Setelah doa, Naya yang tadinya duduk di belakang Irham kini dituntun untuk duduk di samping suaminya. Kedua mempelai tersebut menandatangani surat pernikahan dan saling menyematkan cincin.

Sepanjang rangkaian acara ijab kabul tersebut, Naya tidak mengangkat pandangannya sama sekali. Dia hanya menunduk, mencoba mencerna apa yang telah terjadi barusan.

Naya merasakan sebuah tangan menyentuh pucuk kepalanya dan dia hanya bisa diam. Ternyata itu adalah tangan suaminya yang kini tengah membacakan doa untuknya. Setelah selesai, suaminya memegang kepalanya lalu berniat untuk mencium kening Naya.

"Assalamu'alaikum, bidadariku."

Mendengar itu, Naya langsung mengangkat wajahnya untuk menatap laki-laki yang kini sah menjadi suaminya. Tetapi perempuan itu tidak bisa melihat wajah suaminya dengan jelas.

Perlahan, semuanya menjadi kabur. Ia merasa aneh dan penglihatannya mulai menggelap, menghilangkan semua yang tadi sempat tertangkap oleh pandangannya membuat perempuan itu mengerjapkan matanya sebelum tenggelam ke dalam kegelapan.

Dengan gelisah dan keterkejutan, Naya membuka matanya. Dia menatap sekeliling sambil mengerjapkan matanya berulang kali. Setelahnya, perempuan itu mengambil posisi duduk sambil mengusap wajahnya.

"Ternyata cuma mimpi," gumamnya. "Tapi kenapa rasanya aneh? Semua terasa bener-bener nyata terjadi."

***

"Eh Mbak Naya, gimana kabarnya, Mbak? Udah lama banget ga berkunjung ke sini," kata petugas perpustakaan ramah.

"Iya, Mbak. Tugas kuliah belakangan ini bener-bener banyak," balas Naya.

"Semangat ya, Mbak. Semoga dimudahkan segala urusannya," kata petugas itu.

"Aamiin. Makasih, Mbak," balas Naya tersenyum.

Setelah selesai menangani buku-buku yang akan dibawa oleh Naya, perempuan itu segera menyerahkannya. "Ini, Mbak."

"Makasih ya, Mbak. Saya duluan."

"Iya, Mbak. Hati-hati," kata petugas itu.

Naya pun meninggalkan perpustakaan umum tersebut. Dia kemudian melangkah dengan cepat untuk mencari masjid terdekat berhubung waktu Zuhur akan segera tiba.

Takdir Cinta [ON HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang