16. Kedatangan Dua Bungsu

12 5 1
                                    

Happy Reading!

*
*
*
-o0o-

Tepat satu bulan tujuh hari Naya tinggal di rumah mertuanya, kabar baik menghampiri keluarga itu.

"Kapan sampainya, Mi?" tanya Faisal pada Anisa.

"Sebentar lagi, Bi. Tadi sudah di perjalanan menuju kemari," balas Anisa.

Naya ikut tersenyum melihat betapa antusiasnya Anisa untuk menyambut kepulangan putra bungsunya di saat hari libur seperti ini.

"Abi sama Umi keliatan seneng banget, tapi Mas kok mukanya kayak berat gitu?" tanya Naya. "Mas gak kangen sama adeknya Mas?"

"Bukan gitu, Sayang. Sebenernya Mas seneng karna Zidan pulang, tapi kepulangannya bikin Mas harus upgrade kesabaran Mas."

"Memangnya kenapa, Mas?"

"Zidan itu selalu sensi kalau ngomong sama Mas, bawaannya pengen marah terus, lebih-lebih perempuan tau."

"Emang iya, Mas?"

"Iya, Sayang. Ibaratnya Mas dan Zidan itu air dan minyak yang gak bisa nyatu tanpa bantuan Umi sebagai penghubung."

"Aku baru tau."

Ucapan salam dari luar membuat Anisa semakin tersenyum. Mereka kemudian menuju ke ruang tamu untuk menyambut si bungsu itu.

"Umi, Abi," kata Zidan sambil mencium tangan kedua orangtuanya. "Alhamdulillah akhirnya Zidan sampai juga di rumah," lanjutnya.

Ashraff sengaja berdehem kecil, membuat Zidan meliriknya sinis. "Apa sih, Bang?"

"Salim." Ashraff mengulurkan tangannya.

Dengan malas, Zidan menerima uluran tangan itu dan menyalimnya. Kemudian pandangannya tertuju pada perempuan di samping Ashraff yang tidak dikenalinya.

"Gadhul Bashar!"

"Iya, Bang, iya," kata Zidan langsung mengalihkan perhatiannya. "Tapi---"

"Istri Abang," potong Ashraff cepat.

"Oh istri." Beberapa detik kemudian, Zidan terkejut lalu segera berdiri di hadapan Naya. "M-maaf, Mbak. Zidan gak kenal sama kakak ipar sendiri. Salam kenal, Mbak, ini Zidan, anak bungsu kesayangan di sini," lanjutnya.

"Naya."

"Maaf banget, Mbak, Zidan gak kenal karna kebetulan acara pernikahan Mbak kemarin, Zidan gak hadir karna masih fokus kuliah," jelas Zidan. "Abisnya Bang Ashraff tiba-tiba segala. Tiga hari lagi mau acara baru kabari Zidan, Mbak."

"Gak papa, Zidan," kata Naya maklum.

"Abang lupa, Dan."

"Abang memang sering lupa kalau sama Zidan," sahut Zidan kesal.

Faisal dan Anisa hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah anak-anaknya. Sejak kecil, selalu ada perdebatan di antara Zidan dan Ashraff. Memang benar jika keduanya ibarat air dan minyak.

Takdir Cinta [ON HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang