1

475 48 14
                                    

“Se… Selamat datang, T…tuan …” Ucap seorang maid sesaat Jeongyeon tiba dirumah.

Perjalanan dinas 4 hari membuatnya baru menginjakan kakinya dirumah.

“Terima kasih, tolong bersihkan isi koperku.” Tunjuk Jeongyeon pada koper yang setia berdiri di belakangnya.

Ia tersenyum tipis menyadari kegugupan para maidnya.

Sudah biasa … Ia sadar betul itu.

Kakinya melangkah menuju kamar pribadinya. Kamar yang ia tiduri sendirian, tanpa sang istri di sampingnya.

Langkah kakinya semakin berat ketika sayup mendengar desahan nakal … Desahan nakal sang istri.

“Oh … Hmm …”

Semakin jelas Jeongyeon mendengarnya. Pintu kamar sang istri sepertinya sengaja dibuka, buktinya Jeongyeon dapat melihat pergumulan sang istri dengan lelaki entah dari mana datangnya.

Lagi-lagi …

Sudah biasa.

Smirk nakal sang istri muncul ketika melihat sosok Jeongyeon di depan pintu melihatnya asik bergumul.

Tak butuh waktu lama, Jeongyeon membuang pandangannya dan kembali berjalan menuju kamarnya.

“Berhenti, aku sudah tidak mood. Pergilah!” Ucap sang istri mengusir laki-laki yang tengah mencumbunya itu.

“Hah??”

“Pergi sebelum ku panggil security!!” Intonasi tegas dan dingin membuag bulu kuduk lelaki itu merinding.

Segera ia pungut pakaiannya dan pergi dari rumah besar itu.

.

Setelah membersihkan diri, Jeongyeon duduk termenung di balkon kamarnya sembari menggenggam segelas whisky.

2 tahun menikah, melihat sifat dan sikap istrinya yang seperti itu.

Sudah biasa …

Pernikahan yang didasari perjodohan bisnis. Namun jangan salah, Jeongyeon telah menyukai istrinya itu jauh, jauh sebelum perjodohan itu dilakukan.

Semua begitu cepat, jalannya mulus ketika ia tahu akan menikahi wanita pujaannya itu. Namun sayang, nyatanya sang wanita tak suka itu, ia membenci itu. Membenci pernikahan suci yang terjadi diantara mereka.

Jeongyeon tak bisa berbuat apa-apa. Ia sangat mencintai istrinya. Tak mungkin juga ia beberkan kelakuan sang istri. Mau taruh dimana muka istri dan keluarga mereka?

Biarlah semua menjadi rahasia, antara orang-orang yang berada disana.

“Haah …” Helaan nafas berat terdengar sendu di tengah malam dingin ini.

Kembali ia teguk whisky dingin di tangan.

Kepalanya mengadah ke langit dengan mata terpejam.

Sesungguhnya ia lelah, sangat lelah dengan pernikahan seperti ini. Tapi lagi-lagi …

Cinta …

.

“Pagi semua …” Langkah cepat menuruni anak tangga, pakaian tipis berbalut kimono membuat siapa saja disana menundukkan kepala tak berani melihat sang nyonya rumah …

“Oh, suamiku sudah dirumah rupanya …” Sambutan palsu, ia lontarkan melihat sang suami tengah duduk menikmati sarapan sup pereda mabuk pagi ini.

Jeongyeon tersenyum, “Apa yang akan kau lakukan hari ini?” Tanpa beban, ia bertanya pada sang istri. Seperti hari-hari sebelumnya selama 2 tahun ini.

“Uhm, shopping, jalan-jalan.”

Jeongyeon mengangguk, ia sangat tahu kegiatan sang istri selama ini. Namun, tak ada salahnya kan pura-pura bertanya? Hanya untuk, setidaknya ada percakapan antara mereka.

“Aku berangkat.”

“Ya, pergi sana.” Lagi, kembali sang istri pada sikap tengilnya merespon Jeongyeon.

.

Tangannya mengepal, mendapat laporan jika sang istri tengah berjalan di mall bersama laki-laki random.

Selama ini, tak pernah istrinya terlihat diluaran sana berjalan-jalan seenak jidat dengan lelaki random.

“Bungkam semua media, jangan sampai keluar berita tentang ini.” Titah Jeongyeon pada sekretaris sekaligus sahabatnya, Nayeon.

“Baik, Jeong. Aku akan urus semuanya.” Nayeon undur diri dan menghampiri Dahyun, tangan kanannya.

“Tolong atur semua agar tidak ada berita tentang ini. Berbahaya kalau sampai pada tuan besar tahu kehidupan rumah tangga Jeongyeon.” Ucap Nayeon pada Dahyun.

Kembali keruangan, Jeongyeon begitu sakit hati. Serapat-rapatnya ia tutup, tapi sang istri malah 'mengumbar' semuanya seenaknya.

“Sampai kapanpun aku tak bisa membencimu. Kenapa Tuhan?? Kenapa aku tak bisa melepasnya saja??” Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sakit.

Nayeon melihatnya, ia sedih, tak kuat melihat kesedihan yang Jeongyeon dapatkan selama ini. Rasanya Jeongyeon tak pantas menerima itu semua.

Mungkin harusnya Jeongyeon bersamanya. Jika bersamanya, pasti Jeongyeon bahagia dengan semua cinta kasih yang akan Nayeon berikan.

“Kenapa tak bisa sedikit saja kau membuka hatimu untukku? Menerima takdir kita??" Lirihnya membuat siapa saja yang mendengar pasti kasihan padanya.






















Durhaka km sayang

Tbc

Aseli gweh gamut moga gak gw unpub 😭🤟🏻

Orange LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang