9

253 44 12
                                    

Dahyun tengah minum di sebuah bar langganan milik sahabatnya.

"Galau?" Tanya si bartender, Chaeyoung. Sahabatnya sejak kuliah.

"Mungkin? Entahlah ..." Kembali Dahyun menegak minuman memabukan itu.

"Dengan nuna itu?" Tanya Chaeyoung, pandangannya tertuju pada wanita yang baru datang, "Ah ... Lebih baik kau dengan dia saja tuh." Ia menunjuk dengan bibirnya.

Dahyun menoleh ... "Momo ..." Bisiknya lalu kembali memalingkan wajahnya.

"Lihat, dia menuju kemari."

"Hai, Chaeyoung, dan ... Dahyun." Dahyun hanya menyunggingkan sudut bibirnya dan kembali fokus pada minumannya.

Chaeyoung merasa aura kecanggunan, "Aku tinggal ya ...". Meninggalkan 2 orang yang pernah jadi sepasang kekasih di meja bar.

"Apa kabarmu?" Tanya Momo sambil memperhatikan Dahyun dari ujung kepala hingga kaki.

"Baik."

"Pembohong ..."

"Jangan sok tahu."

"Tentu tahu, kelingkingmu naik." Dahyun mencebik kesal. Jika ia berbohong pasti kelingkingnya naik. Salah satu hal yang tak mungkin Momo lupakan ... Itu terlaly unik dan lucu.

"Aish ..."

"Jangan minum lagi ..." Bujuk Momo. Ia tahu sampai mana mantannya itu kuat menghadapi akdar alkohol tinggi.

Dahyun tak merespon, Momo memilih menuju lantai dansa. Menikmati alunan musik, menggoyangkan tubuhnya kesana kemari.

Dahyun melirik tak suka, entahlah. Pertemuan pertama setelah beberapa lama. Bukan tak suka melihat Momo, jujur ia rindu dan terkesima melihat perubahan Momo.

Ia tak suka dengan pria yang meliuk-liuk dibelakang Momo. Tangan pria itu ingin ia patahkan saat menyentuh pinggang ramping mantannya itu.

Kakinya bergerak dengan sendirinya menarik Momo dari kerumunan itu.

Disinilah sekarang mereka berdua diatas tempat tidur Dahyun setelah melakukan hal tak terduga.

"Aku merasa ini mimpi. Mendengarmu berkali-kali mengucapkan kata cinta ... Mungkin besok kau lupa." Lirih Momo sambil menatap wajah Dahyun yang tertidur. Sungguh wajahnya seperti bayi, menggemaskan.

"Maafkan aku meninggalkanmu. Dan maaf, hanya berani meminta maaf saat kau tidur."

"Aku memaafkanmu." Dahyun membuka mata menatap Momo.

"Dan aku tak akan lupa ... dengan apa yang kita lakukan malam ini."

Momo menatap polos wajah Dahyun membuat Dahyun terkekeh dan beralih mencium bibir Momo. Menyalurkan kerinduan dan hasrat yang masih menggebu.

.

"Tanda tangani." Suara Tuan Myoui mengagetkan Mina yang tengah duduk diruang kerjanya. Ya, dia diminta sang ayah untuk bekerja seperti sebelum ia menikah.

Kejam? Mungkin. Tapi itu adalah cara yang tuan Myoui mau tak mau pilih, mengingat tingkah putrinya selama menikah. Dan tentu untuk mendistraksi pikiran Mina yang setidaknya terbagi.

"Papa ..."

"Cepat tanda tangani surat perceraianmu ini." Sesungguhnya ia tak tega, apalagi melihat anaknya yang baru mencoba bangkit dari keterpurukan.

"Aku tidak mau!" Sifat menyebalkannya masih ada.

"Mina ... papa mohon. Ini juga permintaan mertuamu." Air mata Mina kembali keluar. Apakah sudah tak ada kesempatan? Bahkan mertuanya menginginkan ia berpisah dengan Jeongyeon.

"Papa ... Hiks, bantu aku papa, aku tidak mau."

"Kenapa sekarang kau tidak mau, Mina? Selama ini kau tersiksa dengan pernikahan itu kan? Hingga kau menyiksa perasaan suamimu. Sekarang ia melepasmu, harusnya kau bahagia." Ucapan tuan Myoui begitu menusuk hati Mina.

"Tolonglah, nak. Papa minta tolong." Mina sungguh tak tega. Hatinya semakin perih, sakit apalagi melihat wajah ayahnha.

Dengan tangan bergetar, ia menandatangani surat perceraiannya yang sudah di tanda tangani Jeongyeon.

.

"Nayeon, temani eomma ya." Pinta nyonya Yoo. Ia akan pergi arisan dengan teman-temannya.

"Tapi eomm, apa tidak masalah?" Nyonya Yoo tersenyum teduh. "Kenapa harus masalah?"

"Nanti mereka bertanya macam-macam pada eomma dan aku tidak ingin eomma merasa terterkan." Jawab Nayeon khawatir jika kehadirannya menemani nyonya Yoo justru membuat suasana tidak nyaman.

"Nayeon, ini sudah 2 bulan sejak perceraian Jeongyeon dan Mina. Semua orang sudah tahu. Jadi kalau eomma membawa wanita muda, tidak akan masalah. Kecuali eomma mengenalkanmu sebagai calon menantu." Nyonya Yoo tertawa terbahak.

Sedangkan Nayeon tengah menahan degup jantungnua yang memacu cepat. 'Menantu' ... Rasanya tidak mungkin!

"Eomma ..." Respon Nayeon menanggapi godaan nyonya Yoo.

"Ada apa ini? Eomma? Tidak bilang akan datang." Jeongyeon baru saja datang setelah sebelumnya pergi gym.

"Terserah eomma, lagi pula eomma mengunjungi putri eomma." Goda nyonya Yoo.

"Putri??" Bingung Jeongyeon yang berjalan menuju meja kerjanya.

"Ck, eomma pergi dulu. Dan eomma pinjam Nayeon ya besok malam. Jangan berikan pekerjaan menumpuk padanya!!" Ancam nyonya Yoo.

"Heh?? Arraso." Jawab Jeongyeon yang masih kebingungan.

Tak lama kemudian nyonya Yoo pergi.

"Kau ingin makan siang apa?" Tawar Nayeon.

"Hmm ... Tidak usah beli. Kita makan diluar saja." Jawab Jeongyeon yang tengah fokus membaca beberapa dokumen.

"Baiklah aku akan bilang pada Dahyun juga."

"Kita, Nayeon ... K I T A. Aku dan kamu." Jeongyeon mendongak dan tersenyum pada Nayeon.

"O...oh, B...baiklah. Aku keluar d...dulu." Jeongyeon terkekeh gemas melihat reaksi Nayeon.






















Karam sih fix udah🥹😭😭

Tbc lah ya gak tau kapan😭

Orange LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang