2

235 41 8
                                    

Sengaja Jeongyeon pulang cepat hari ini. Selain lelah, jujur saja ia merindukan istrinya. Istri yang tak menginginkan hadirnya itu.

Hahahahahaha …”

Suara tawa terdengar jelas sesaat Jeongyeon masuk. Para maid tertunduk tak enak pada majikan menyambut kepulangan si kepala keluarga.

Sang istri tengah berduaan dengan lelaki lainnya lagi.

“Oh, kau sudah pulang? Tumben …” Sunggingan di sudut bibir menghiasi raut wajah sang istri.

Si lelaki random menundukan kepala, ia takut melihat sorot mata tajam Jeongyeon.

Seakan paham, sang istri pun bangkit berdiri mengajak lelaki random itu masuk ke kamarnya meninggalkan Jeongyeon yang menatap sendu ke arah sang istri.

“Maaf, Tuan. A…apa Tuan akan makan malam?”

“Hmm … Bawakan saja ke ruang kerjaku. Terima kasih.”

Tanpa menoleh, Jeongyeon berjalan menuju kamarnya untuk bebersih dan lalu menuju ruang kerjanya.

Sambil makan malam, sayup-sayup ia dengar gelak tawa istri dan lelakinya. Tidak keras tapi mampu menyakiti pendengaran hingga ke hatinya.

Ia membuang pandangan ketika melihat sang istri mengantar kepergian sang lelaki random itu.

"Ku pikir kau sudah tidur ..." Suara lembut nan dingin sang istri, Mina, ia berbicara dari pintu dengan setengah badan masuk kedalam.

"Hm ..."

"Tsk, sialan ..." Gumam Mina pelan lalu meninggalkan ruang kerja Jeongyeon.

.

Pagi kembali datang, hidup Jeongyeon sungguh tak beragam. Bangun pagi dengan istri nyelenehnya, dan pulang mendapati sang istri bersama lelaki muda random.

Dahinya mengernyit pagi ini tak mendapati Mina turun menyapa dengan kurang ajarnya seperti biasa.

“Nyonya pergi pagi-pagi sekali, Tuan.” Jelas sang maid, menyadari si kepala keluarga mencari keberadaan sang istri.

“Oh, baiklah. Aku sudah selesai. Terima kasih sajiannya.” Ia berdiri, mengambil tas yang dibawakan oleh maid. Miris … Harusnya istrinya kan yang melayaninya??

Merenung sepanjang perjalanan menuju kantor. Lamunan pecah kala menerima isi chat dari mertua untuk makan malam akhir minggu nanti. Helaan kasar nafas mampu mengambil atensi siapapun yang mendengarnya, termasuk Dahyun yang tengah mengemudikan mobil bosnya itu.

.

“Sore nanti ada pertemuan dengan Mr. Sid.” Ujar Nayeon.

Jeongyeon terlihat lelah dan memejamkan matanya bersandar pada kursi. Dengan inisiatifnya Nayeon mendekat dan memijit pelipis Jeongyeon.

Senyuman tipis muncul di sudut bibir Jeongyeon. Nayeon selalu tahu, bagaimana membuatnya rilex. Sungguh Nayeon adalah sahabat terbaiknya.

“Kau tahu, keluarga kami meminta makan malam bersama …” Ucap Jeongyeon dengan matanya yang masih terpejam.

“Hum … Setidaknya kalian makan malam bersama, kan?”

“Ya, dan ku yakin berakhir dengan amarah besar darinya lagi.”

Nayeon tersenyum tipis, “Kau sudah terbiasa kan??”

Tak ada jawaban, Jeongyeon telah tertidur.

.

“Kami tak sabar mendengar kabar bahagia dari kalian.” Mina berusaha menahan amarahnya. Senyuman palsu tak lupa ia berikan pada kedua belah keluarga.

“Nanti saja, kami masih mau menikmati kehidupan kami berdua sebelum sibuk dengan Jeongyeon dan Mina kecil nanti.” Teriris rasanya hati Jeongyeon harus mengucap kalimat dusta di hadapan keluarga mereka.

Dalam hati kecil Mina, tergoyah mendengar kata Jeongyeon dan Mina kecil Jeongyeon lontarkan.

Seperti malam sebelum-sebelumnya jika makan malam bersama, topik ‘cucu’ akan selalu diangkat tuan Yoo dan Myoui.

Tak butuh waktu lama, mereka selesai makan malam dan sekarang dalam perjalanan menuju kediaman mereka.

"Kau pintar bermain kata ..." Kekehan sinis keluar dari mulut Mina.

Jeongyeon tersenyum tipis, "Setidaknya itu menghentikan lontaran pertanyaan yang membuatmu emosi."

Mina terdiam sejenak lalu membuang pandangannya lagi keluar jendela mobil. Memandangi kerumunan orang-orang berlalu lalang.

Pandangannya terpaku pada seorang siswa perempuan yang jatuh lalu tak lama di tolong oleh siswa laki-laki yang kebetulan lewat.

Ia teringat akan kisahnya ketika ia masih SD, bermain ayunan lalu jatuh. Ia ditolong laki-laki sepantaran anak SMP dan sejak itu mereka sering bertemu di taman untuk bermain bersama. Hingga suatu hari laki-laki itu tak pernah datang lagi. Bahkan ia lupa wajah laki-laki itu. Ahh ... Cinta monyetnya.






















Jahat yak Minul ga nyangka gwehh

Tbc asik sih

Orange LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang