Suara-suara tangis terdengar samar. Ia berdiri diantara keluarga dan wanita-wanita terkasihnya.
"Apa aku sudah mati?" Gumam Jeongyeon pada dirinya sendiri. Ia melihat dirinya di depan cermin. Rapih, seperti biasanya ia berangkat ke kantor.
"Jeong ... Hiks ..." Nayeon terlihat lemah bersandar pada tembok. Air mata kering dan basah menghiasi wajah cantiknya.
"Nayeon ..."
"Oppa!! Mianhae! Oppaaa!!" Mina berteriak tanpa henti memukul-mukul dirinya sendiri. Wajahnya tak kalah redup terhiasi air mata.
"Kau pembunuh!" Teriak sang adik sepupu, Tzuyu kala melihat Mina berteriak menangis.
"Tidak tahu malu! Pergi kau!!!" Tzuyu menarik pakaian Mina menjauh dari sana.
"Sayang, sudahh. Hiks." Jihyo berusaha menenagkan Tzuyu. Tak ingin orang-orang memandang aneh pada Tzuyu.
Jeongyeon memandang lirih orang-orang disekitarnya. Linglung tak paham ada apa sebenarnya.
"Oppa ... Oppa bagaimana dengan anak kita. Hiksss." Jeongyeon terkejut, ia seketika lupa bahwa Mina tengah hamil anaknya.
"Mina ... Nayeon."
"Sudah?" Sebuah suara muncul dari belakang. Secepat kilat Jeongyeon menoleh mendapati sosok perempuan berbaju putih dengan blazer coklat.
"Kau ... Siapa?"
"Aku? Kau tidak perlu tahu. Sekarang, kau pilih. Ikut denganku, atau tetap disini."
"Aku ..." Jeongyeon menoleh menatap sekilas pada semua orang yang ia sayangi.
"Aku ikut denganmu." Dengan berat hati ia melangkah menyusul wanita misterius itu menuju cahaya terang diujung lorong.
.
Tiiiiit!
"Hahhh!" Jeongyeon terbangun.
"Akh!" Rasa sakit menjalar keseluruh tubuhnya.
Penampakan khas ruang ICU menghiasi penglihatannya yang setengah sadar.
Tak lama segerombolan perawat dan dokter masuk.
"Pasien sadar. Keadaan vital membaik."
"Syukurlah. Hubungi keluarganya."
Setelah serangkaian pengecekan, dokter menyimpulkan bahwa Jeongyeon telah stabil.
Didepan ruangan sudah berkumpul semua orang termasuk Mina. Mina benar terpukul dan berjanji pada keluarga Yoo bahwa ia akan pergi selamanya dari Jeongyeon. Namun ia minta agar diizinkan bertemu Jeongyeon untuk terakhir kalinya.
"Kalian bisa mengunjunginya satu persatu."
Mina masuk kedalam ruangan. Hatinya sakit melihat Jeongyeon begitu rapuh.
"Jeong oppa ..." Lirihnya.
Jeongyeon menoleh ," M...Mina ..." Tangannya terangkat meminta Mina genggam. Dengan cepat Mina mendekat dan menggenggam tangannya.
"Oppa, mianhae. Hiks ..." Ia menciumi dan membawa tangan mantan suaminya itu ke pipinya.
"Mina ... A...aku masih mencintaimu." Tangis Mina pecah.
"Maafkan aku, maafkan semua yang telah ku lakukan padamu."
Jeongyeon mengangguk lemah,"Nayeon, panggilkan Nayeon ..."
Mina mengangguk cepat dan bergegas keluar memanggil Nayeon. Tak lama Nayeon datang.
Mina menelan pil pahit kala melihat Jeongyeon menggenggam lemah tangan Nayeon.
"Jeong oppa, Nayeon. Aku ... Aku pamit."
"Ja...jangan." Pinta Jeongyeon. Mina sedikit terkejut. Begitu juga Nayeon.
Jeongyeon membentangkan tangan kirinya yang kosong meminta Mina untuk menggenggamnya.
Jeongyeon memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya kembali.
"Aku minta maaf kepada kalian berdua ..." Ucapnya dengan suara lemah.
"Aku pria paling brengsek di dunia ini bisa-bisanya mencintai kalian berdua dalam satu waktu. Sungguh aku...aku minta maaf." Ucapnya sedikit terengah. Mina dan Nayeon saling menatap sekilas lalu membuang pandangan mereka.
"Arkh ..." Kembali Jeongyeon merintih.
"Oppa .. gwenchana?"
"Maafkan aku ..."
Titt!
Suara EKG kian melemah, perlahan Jeongyeon menutup matanya.
"Ada apa ini??! Jeong! Bangun, buka matamu sayang. Hikss ..." Nayeon berusaha membangunkan Jeongyeon.
"Oppa ku mohon, tetap sadar." Ucap Mina panik sembari menekan tombol memanggil dokter dan perawat.
Mereka berdua sungguh kebingungan, sebentar tadi dokter mengatakan bahwa keadaan Jeongyeon telah stabil. Tapi sekarang??
"Mohon anda berdua bisa keluar."
Mina dan Nayeon berjalan keluar disambut isai tangis dan tanda tanya dari keluarga mereka.
Nah metong aja kali ya besties readers q
Kan tbc gajadi End😭😭😭🗿
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange Lily
Fanfiction"Sebuket lily oranye, untukmu." "Lily oranye??" "Ya, hadiah terakhir untukmu." || frrdwrt Twice Fanfiction ©️ Januari 2024