"Oppa ..." Mina menyapa dengan lembut. Jeongyeon masih tertidur pulas di sampingnya. Ia menggeliat mendapati sentuhan-sentuhan lembut di lengannya.
Perlahan Jeongyeon membuka mata.
"Hah!" Ia terkejut melihat wajah Mina yanh begitu dekat. Kembali terkejut kala melihat ia dan Mina tidak berbusana sama sekali.
"Jeongie ..."
"A...apa yang terjadi??" Terakhir ia ingat, ia pulang dari tempat Nayeon. Mina telah menunggunya di hotel untuk makan malam bersama.
"Oppa lupa?? Malam tadi sangat luar biasa. Aku sangat bahagia." Mina mendekat dan bersandar di dada polos Jeongyeon.
Jeongyeon terlihat stress. Bisa-bisanya ia melakukan dengan Mina ketika Nayeon tengah mengandung anaknya. Walau terbesit rasa senang karena ya, dia memang masih mencintai Mina.
"Kenapa ini bisa terjadi?" Jeongyeon menjambak rambutnya sendiri.
"Wae?" Mina kebingungan melihat Jeongyeon turun tergesa dari tempat tidur kamar hotel saksi percumbuan keduanya malam tadi.
"Oppa ... Ah, sshhh ..." Mina merasa nyeri kala ingin menyusul Jeongyeon yang sudah berjalan menuju pintu.
Jeongyeon menoleh, "Maafkan aku Mina." Lalu ia kembali berlari.
Mina menangis kecewa. Ia menduga bahwa hal ini akan terjadi. Bagaimana tidak? Ia menaruh obat rangsang dan tidur di dalam minuman Jeongyeon dan tentu itu membuat Jeongyeon tidak mengingat semuanya.
.
2 bulan, Mina tidak bisa menemukan Jeongyeon. Ia tengah mengandung hasil perbuatannya malam itu bersama Jeongyeon. Ia belum memberitahu orang tuanya dan keluarga Jeongyeon.
Menyembunyikan sebaik mungkin, itu yang ada dipikirannya. Orang suruhannya terus mencari keberadaan Jeongyeon. Media juga bingung kemana sosok ceo muda itu pergi.
"Nona, kami sudah temukan tuan Jeongyeon. Ini ..." Kumpulan foto-foto di berikan kepada Mina.
Mina geram, matanya memancarkan sinar kemarahan. Jeongyeon terlihat bahagia bersama Nayeon.
"Dimana ini? Bawa aku kesana!"
"Mereka berada di Namwon. Dijaga ketat oleh bodyguard sehingga tidak terekspos media."
"Sialan!!"
Mina menggebrak meja dan sebelah tangannya mengelus perut yang masih datar.
.
"Pelan-pelan!!" Ucap Jeongyeon lembut sambil menggenggam jemari Nayeon. Mereka tengah menikmati suasana sore hari di luar hotel.
Dalam waktu dekat mereka akan menikah. Secara sederhana saja dan sudah di ketahui keluarga mereka.
"Uhm, aku mau makan kalguksu."
"Jinjja? Kau baru saja makan bibimbap." Ledek Jeongyeon.
"Jangan salahkan aku! Salahkan anakmu!"
Jeongyeon tersenyum geli melihat Nayeon menggemaskan. Senyumnya hilang ketika tak sengaja sekelinat melihat bayangan Mina.
"Mungkin karena aku kepikiran tadi malam." Ucap Jeongyeon dalam hati. Segera ia tepiskan dan kembali membawa Nayeon menuju restoran.
Sesampainya disana, tak perlu waktu lama, pesanan Nayeon tiba.
"Makanlah, pelan-pelan jangan tersedak."
"Ne ..." Nayeon makan dengan lahap dan sesekali menyodorkan sesuap untuk Jeongyeon.
Tidak terlalu banyak orang saat ini. Tidak seperti biasanya.
Brak!
Pintu restoran dibuka kasar, sontak Nayeon dan Jeongyeon menoleh ke arah suara.
"Mina?" Bisik Jeongyeon. Nayeon cukup terkejut melihat kehadiran Mina.
"Oppa ..." Wajah Mina penuh amarah, memerah dan menangis.
"Mina ... Kau, kenapa bisa disini??"
Mina tertawa sinis, "Wae? Terkejut?" Jeongyeon menelan kasar ludahnya.
Mina melirik tak suka pada perut Nayeon yang sudah membuncit dan tercetak di baju yang ia kenakan.
"Aku mau oppa kembali padaku! Dan kau! Kau harus mati bersama anakmu!!" Teriak Mina.
"Mina!! Jaga ucapanmu." Balas Nayeon. Kali ini ia tidak mau menyerah begitu saja.
"Mina ... Pergilah, jangan ganggu kami."
"Apa!? Pergi? Oppa. Kau lupa dengan yang kita lakukan malam itu?" Mina mendekat, mengusap dada Jeongyeon membuat laki-laki itu tidak berkutik.
"Aku hamil, Jeong. Anakmu, anak kita." Ucap Mina senang dan bahagia.
Nayeon terkejut, menatap tak percaya pada Jeongyeon. Laki-laki yang mendatanginya menangis, memintanya hidup bersamanya, laki-laki yang akan ia nikahi segera.
"Tidak Nay, tidak, ini semua diluar rencana."
"Kau brengsek!" Nayeon mengambil tasnya dan berjalan cepat keluar restoran.
"Mina ... Apa yang kau lakukan!?"
"Wae? Kau masih mencintaiku!! Malam itu kau terus mengatakan kau mencintaiku! Kenapa? Kenapa kau meninggalkan aku!?"
Jeongyeon menjambak kasar rambutnya sendiri. Ia tahu ia salah. Jujur hatinya, telah dimiliki Nayeon dan Mina.
"Tapi tidak begini Mina ... Argg!" Jeongyeon berlari hendak menyusul Nayeon.
Mina berusaha mencegah namun gagal. Segera ia mengambil hp dan menelfon orang suruhannya.
"Cepat lakukan!!"
.
Nayeon berjalan cepat ke hotel yang ia tinggali dengan Jeongyeon. Jujur ia tahu jika Jeongyeon masih mencintai Mina tapi ia tak menyangka akhirnya begini.
"Nayeon!!" Ia mendengar teriakan Jeongyeon namun tidak menggubrisnya.
"Nayeon!!!! Awas!!!"
Bum!!
Dengan sekejap, semua seakan memburam, pendengarannya berdengung.
Ia terbaring setelah jatuh mendaoat dorongan kasar. Ia menoleh kearah suara keras tadi.
Air matanya luruh, tertatih mendekati tubuh laki-laki yang telah bersimbah darah. Kemeja biru langit yang laki-laki itu kenakan kini telah berubah penuh warna merah tua.
Di sisi lain, tak kalah raut wajah Mina, tekejut hebat melihat sang pria tercinta dibanjiri darah segar. Terbaring tengkurap di bawah badan mobil box besar.
"Tidak!! Oppa!!"
"Jeongyeon!!"
Nahkan gw blg apa, mati aja dah 🙏🏼😭😭😭
Tbc 16eps kaliya biar kaya Qot
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange Lily
Fanfiction"Sebuket lily oranye, untukmu." "Lily oranye??" "Ya, hadiah terakhir untukmu." || frrdwrt Twice Fanfiction ©️ Januari 2024