12

193 40 15
                                    

Sejak malam itu, Jeongyeon dan Nayeon tidak pernah terpisah sekalipun. Kedua keluarga senang melihat kelanjutan hubungan mereka berdua.

Namun dibalik itu semua, Jeongyeon terpikirkan mantan istrinya. Sejak hari di rooftop saat itu, Mina tidak pernah menampakan dirinya lagi. Seperti hilang ditelan bumi.

Sejujurnya ada sedikit rasa rindu, namun Jeongyeon menepikan itu semua. Rasanya curang kalau dia masih memikirkan mantan istrinya itu.

"Jagi ..." Nayeon menangkup kedua pipi Jeongyeon yang termenung memandang keluar jendela kantornya.

"Hm? Mian, kapan kau masuk?"

"Baru saja dan aku memanggilmu. Ada apa?" Nayeon sedikit khawatir.

Jeongyeon menghela nafasnya dan berbalik mengambil minuman di kulkas pribadinya.

"Tidak ada apa-apa. Jam berapa ini ... Oh, jam 11, apa kita makan siang diluar??"

Nayeon tersenyum tipis, " Kita ada janji dengan Tzuyu untuk membahas bisnis sambil makan siang. Kau lupa?"

"Mian ... Astaga ..." Gumam Jeongyeon.

Nayeom beralih merapihkan barang-barang Jeongyeon. Tak sengaja melihat isi laci yang terbuka sedikit. Sebuah frame foto berisi foto Jeongyeon dan Mina di hari pernikahan mereka.

Menggelitik dan sakit. Begitu rasa yang dirasakan Nayeon saat ini. Segera ia menutup dan melanjutkan membereskan keperluan Jeongyeon.

Jeongyeon menatap Nayeon lalu kemudian mendekat dan mendekapnya dari belakang.

"I love you." Ia mengecup bahu Nayeon dan menghirup rakus aroma tubuh Nayeon

"Me too ... Shh, Jeong."

"Mian ..." Jeongyeon menyengir bodoh.

.

Mereka tiba di tempat perjanjian dengan Tzuyu. Tak lama kemudia Tzuyu datang dengan Jihyo.

"Apa kabar nuna? Hyung ..."

"Baik ... Jihyo sudah lama tak bertemu. Semakin cantik saja."

"Aish, janhan menggodanya di depanku." Ucap Tzuyu berakting kesal mengikuti permainan Jeongyeon.

"Jeong ..." Ucap Nayeon. Jeongyeon terkekeh.

"Baiklah-baiklah. Ayo kita selesaikan lalu berbincang-bincang."

Setelah masalah kerjaan selesai, mereka makan siang dan berbincang kecil.

"Kapan kalian akan menikah?" Tanya Jeongyeon.

"1 bulan lagi. Sebelum gaunku tidak muat." Jawab Jihyo membuat Jeongyeon melongo menatap Tzuyu sedangkan pria tinggi itu menyengir bodoh.

"Ck ... Kau ini."

Drrt!

Ponsel Jeongyeon diatas meja bergetar. Nama Tuan Myoui muncul di layar. Ia menoleh menatap Nayeon dan Nayeon mengangguk sembari tersenyum.

"Angkatlah."

Jeongyeon mengangkat dan menerima telfon itu.

"Hallo, papa."

"...."

"A... apa??" Raut wajah Jeongyeon berubah drastis.

Sontak Nayeon, Jihyo, dan Tzuyy penasaran dengan apa yang terjadi.

Jeongyeon menutup telfon dan berdiri dengan tiba-tiba.

"Jeong?"

"Mian ..." Ia berlari menginggalkan ketiga orang lainnya dengan kebingungan.

"Sebaiknya kita ikuti. Aku akan telfon supir untuk segera siap di lobi." Ucap Tzuyu.

.

Jeongyeon berkendara dengan cepat menuju rumah sakit. Ya, tumah sakit. Mantan mertuanya mengabari jika Mina masuk OR siang itu.

"Papa ..."

"Jeong ..." Kedua orang tua Mina berdiri. Terlihat mata nyonya Myoui sembab.

"Apa yang terjadi??" Dimata Jeongyeon, Mina adalah wanita kuat, arogan, dan ya ... bukan wanita lemah.

"Ada satu pria acaknya, menyerang Mina. Pria itu tidak terima dipermainkan dan memeras Mina. Aku sudah membereskan itu namun sayang tadi pagi, pria itu tiba-tiba menghampiri Mina dan menusuknya 2 kali."

Kaki Jeongyeon melemas.

"Jeong ... Oh, paman, bibi." Sapa Nayeon diikuti Jihyo dan Tzuyu yang berjalam perlahan karena Jihyo hamil muda.

"Nayeon-si." Nayeon mengangguk.

Mereka semua menunggu di depan OR selama hampir 4 jam ketika lampu kamar oprasi mati dan salah satu dokter yang ikut menangani keluar.

"Beruntung lukanya tidak fatal dan mengenai sedikit organ dalam pasien. Ia kehilangan cukup banyak darah, jadi sementara kemungkina pasien tidak akan cepat sadar karena tubuhnya butuh pemulihan besar."

Tak berapa lama, ranjang Mina di dorong keluar menuju kamar VVIP yang telah di sediakan.

Nayeon menatap Jeongyeon yang dengan fokus menatap Mina yang memejamkan matanya. Tangannya menggenggam sebelah tangan Mina yang tidak ada infusnya.

Hati Nayeon sedikit perih. Menyadari itu, Tzuyu pun menghampiri Jeongyeon.

"Hyung, sebaiknya kau pulang. Sudah malam, Nayeon nuna pasti lelah."

Jeongyeon tersadar dan merutuki dirinya,"Ah iya ..."

.

"Maafkan aku seakan melupakan kehadiranmu."

"Gwencana. Mina butuh kekuatan dan kau salah satunya. Aku tidak masalah, Jeong."

Jeongyeon mengambil dan menggenggam tangan Nayeon, tak lupa mengecup sayang punggung tangan Nayeon. Mengusap lembut dengan ibu jarinya.

"Tetap saja, maafkan aku, hm?" Mohon Jeongyeon dengan mata puppy nya.

Nayeon tak kuasa menahan kegemasan pada kekasihnya itu.

"Neee ..." Pipi Jeongyeon pun di cubit gemas olehnya.























Kok kagak end end nih😭
Kaga jadi mati dah Jeongnya. Sayang cuy, ganteng, kaya, idaman wanita, idola boty😭🗿

Tbc

Orange LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang