Jeongyeon berada di kediaman Yoo sedang makan malam bersama orang tua serta Jihyo dan Tzuyu.
"Kemana Nayeon? Kenapa tidak datang bersamamu, nak?" Tanya sang ibu.
Jeongyeon mengehela nafasnya, "Ada ... Ada sedikit masalah." Dia kembali melanjutkan makan malamnya.
Nyonya Yoo dan Tuan Yoo saling melempar pandang. Tzuyu mendapat kode tatapan dari Jihyo pun langsung berdiri pamit untuk menelfon Nayeon.
"Nuna? Nuna dimana?"
"Ah, Tzuyu mian, aku sedang tidak enak badan. Maaf tidak bisa datang."
"Nuna sakit? Apa butuh sesuatu? Istirahatlah yang cukup, nuna. Kalau begitu sampai jumpa."
"Nde, gomawo Tzuyu-ya."
Tzuyu kembali ke ruang makan dan mendapati semua orang menatap dirinya kecualo Jeongyeon yang pikirannya entah kemana.
"Nuna sakit."
Citt!
"Apa?? Sakit?!" Jeongyeon bergegas berdiri.
"Aku permisi." Buru-buru dia berlari keluar rumah.
"Anak itu ... Sudah ku duga." Ucap sang ayah.
"Aku turut senang, samchon." Ucap Tzuyu sembari memandangi kepergian hyungnya.
.
Tak butuh waktu lama karena keadaan lalu lintas yang sudah tidak padat, Jeongyeon sampai di kediaman Nayeon.
Gelap, hanya lampu dapur saja yang menyala. Ia berjalan menuju kamar Nayeon.
Pandangannya meneduh kala melihat Nayeon tertidur dengan kompres instant di dahinya. Jeongyeon mendekat, namun matanya menyipit kala melihat foto dirinya dan Nayeon dipajang di nakas.
"Ck, kau ..." Ia membelai rambut Nayeon, merapihkanya, agar semakin menampakkan kecantikan alami sahabatnya itu.
"Je ..." Nayeon mengigau namun tak lama membuka matanya.
"Jeongyeon? Apa aku berhalusinasi??" Ucapnya lemah.
"Tidak ... Ini aku." Ucap Jeongyeon lembut.
"Tidurlah lagi." Nayeon tak menolak dan kembali tidur.
Dengan berani, Jeongyeon ikut tidur disebelah Nayeon. Memeluknya dari belakang. Tangan Nayeon reflek menggenggam tangan Jeongyeon yang melingkar di perutnya. Jantung Jeongyeon berdegup cepat dan tak lama kemudian ia ikut tertidur.
Pagi harinya Nayeon terbangun perlahan, ia merasa tubuhnya berat. Matanya membulat sempurna kala melihat sosok laki-laki yang ia cintai berada di hadapannya.
Kini posisinya adalah Nayeon memeluk Jeongyeon dan tentu tangan Jeongyeon menjadi bantalannya.
"Sudah bangun?"
Nayeon mendongak. Mata mereka bertemu.
"Ke... kenapa kau disini??"
"Kau sakit, aku khawatir. Jadi aku kesini."
Pipi Nayeon memanas mendengar betapa pedulinya Jeongyeon padanya. Namun kesenangan itu hanya sebentar saja kala mengingat kemarin Jeongyeon dan Mina berduaan di rooftop kantor.
"Hei ..." Jeongyeon menyentuh dagu Nayeon dan perlahan menaikannya untuk menatapnya.
Jeongyeon memajukan wajahnya membuat Nayeon kian gugup. Bermaksud mencium bibir Nayeon namun buru-buru Nayeon menutup dan mendorong wajah Jeongyeon.
Ia bergegas berdiri dan berlari ke kamar mandi meninggalkan Jeongyeon yang terpaku dan malu.
"Apa dia tidak suka??" Gumam Jeongyeon. Sementara Nayeon menutup wajahnya menganalisa apalah ini mimpi.
"Jeongyeon bodoh! Aku belum gosok gigi!!" Gerutunya.
Tak lama kemudian ia keluar dan melihat Jeongyeon tengah berbaring dan menepuk sisi kasur agar Nayeon kembali bergabung.
Perlahan dengan gugup Nayeon berbaring. Dan sontak terkejut kala Jeongyeon mencium bibirnya. Jeongyeon menggigit bibir atas Nayeon karena tak mendapat balasan.
Nayeon terbawa suasana dan membalas ciuman Jeongyeon. Ciuman mereka semakin dalam, semakin penuh gelora. Hingga akhirnya sampai pada tahap saling menghangatkan diri di pagi buta itu.
.
"Nayeon ..."
"Hmmm ..."
Jeongyeon duduk bersandar pada kepala kasur dan Nayeon menyandarkan tubuhnya di tubuh Jeongyeon. Tanpa ada yang menghalangi.
"Ayo menikah."
Sontak Nayeon menegapkan tubuhnya dan berbalik menatap Jeongyeon.
"Hah? Apa...apa aku tak salah dengar?? Bukankah kau mencintai Mina, Jeong? Jika menikah karena ingin bertanggung jawab, tidak usah, Jeong."
Jeongyeon menangkup kedua pipi chubby Nayeon.
"Sekarang hati dan pikiranku tengah bertuju padamu. Aku sudah menutup masa laluku, Nayeon. Maafkan aku tak pernah menyadari perasaanmu. Izinkan aku, memperbaiki semuanya."
"Jeong ..." Air mata mengalir deras di wajah Nayeon. Jeongyeon membawa Nayeon ke dalam pelukkannya dan memeluknya erat.
Pagi itu, menjadi awal baru bagi Jeongyeon.
End aja ya? Gimana minul anjr😭🙏🏼🫶🏻🤟🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange Lily
Fanfiction"Sebuket lily oranye, untukmu." "Lily oranye??" "Ya, hadiah terakhir untukmu." || frrdwrt Twice Fanfiction ©️ Januari 2024