5

243 50 23
                                    

Sikap dan sifat Mina semakin tak terkontrol. Bahkan ditengah kegiatan sehari-harinya bergonta-ganti laki-laki pun, dia masih mengganggu Tzuyu.

Hal itu terdengar sampai ketelinga Jeongyeon karena Jihyo merasa sangat terganggu dan mencurahkan semua ceritanya kepada Nayeon.

"Hari ini dia mengirimi Tzuyu makanan." Ucap Nayeon sembari membaca chat masuk dari Jihyo.

Jeongyeon tersenyum sedih, tak pernah ia mendapat masakan sang istri maupun dibelikan makanan. Ada sedikit iri dan marah dalam dirinya namun ia tepiskan mengingat malam terakhir yang ia lakukan pada istrinya.

Dia lelaki pertama yang menyentuh istrinya ...

"Hmm ..." Deheman menjadi respon yang Nayeon dapat.

Nayeon mendekat dan mengusap bahu Jeongyeon menyalurkan rasa ibanya.

Cklek!

"Jeong...yeon."

"Appa ..."

"Tuan Yoo."

Nayeon menjauh dan membungkuk memberi hormat pada Tuan Yoo yang datang.

"Hm, bisakah tinggalkan kami berdua, Nayeon?"

"Ye, samchon." Nayeon memang memanggil tuan Yoo samchon karena permintaan tuan Yoo sendiri. Awalnya bahkan tuan Yoo meminta Nayeon memanggilnya appa.

Tuan Yoo tersenyum tipis melihat Nayeon berjalan keluar.

"Ada apa, appa?"

"Ini mengenai dirimu dan Mina."

"Maksud appa? Kenapa dengan kami?"

Tuan Yoo mendudukan dirinya di sofa dan tersenyum tipis.

"Appa tahu semuanya, Jeongyeon. Rumah tanggamu, kelakuan istrimu ... Kenapa kau bertahan? Jika karena perusahaan appa dan Myoui ... Tolong jangan."

"Appa ... Ak...aku mencintainya."

Tuan Yoo memejam erat matanya mendengar jawaban sang putra.

"Kau hanya pemberi cinta tanpa timbal balik Jeong, apa kau mampu bertahan lama? Bukalah mata dan hatimu. Ada diluar sana yang mungkin menunggumu dan sanggup memberikan cinta yang besar padamu."

"Appa ..."

"Pikirkanlah, appa tak akan tinggal diam. Tak mungkin appa bertahan memiliki menantu seperti dia." Tuan Yoo berdiri dan keluar dari ruangan Jeongyeon.

Ia melihat Nayeon tengah duduk di kursinya.

"Nayeon, ayo ikut aku makan siang."

"Tapi samchon ..."

"Jeongyeon tidak masalah dan ini permintaan imo. Apa kau mau menolaknya?"

"Baik, samchon."

.

"Hai oppa ..."

"H...hai nu... Mina." Tzuyu terkejut karena Mina mendatangi Tzuyu yang sedang berada di salah satu kafe miliknya.

"Bagaimana makan siang yang ku kirimkan? Enak?"

"E...enak. Gomawo."

Tanpa di persilahkan, Mina masuk kedalam ruangan Tzuyu. Melihat-lihat, matanya tertuju pada kumpulan foto di lemari.

"Itu oppa? Siapa itu?"

"Kau tak tahu? Itu Jeongyeon hyung."

Alis Mina menyatu, sekelibat ingatan muncul namun ia tak mempermasalahkan itu.

"Oh ..." Kembali ia menyusuri ruangan Tzuyu hingga netranya kembali tertuju pada setumpuk kotak makan yang sudah bersih ia senang makanan yang ia kirim di santap habis Tzuyu.

"Sayang!! Oh, Mina." Sambut Jihyo dengan senyum sinisnya dan dibalas senyum plasu juga oleh Mina.

"Kau baru datang ya? Oh ya, makanannya terima kasih ya untung aku dan Tzuyu belum membeli makanan tadi kalau tidak mubazir bisa-bisa makanan darimu kami beri ke karyawan."

Keringat dingin mengucur dari dahi Tzuyu. Sudut bibir Mina terangkat.

"Ah, ya aku kira Tzuyu sibuk tak sempat membeli makanan karena dari kemarin aku sulit menghubungi Tzuyu." Jawab Mina tak ayal membuat Jihyo sedikit geram.

"Uhm, kami mau pergi fitting, mungkin sebaiknya kau pulang." Ucap Jihyo.

Mina menatap tak suka, ia melirik sekilas pada Tzuyu yang tersenyum pasrah.

"Begitukah? Kapan pernikahan kalian? Hm, kurang 4 bulan lagi ya?"

"Ya ... sekitar 4 bulan lagi, Mina." Kini Tzuyu yang menjawab.

Mina mengangguk-angguk, "Baiklah, aku pergi."

.

Setelah Mina pergi, Jihyo menatap dingin tunangannya itu.

"Sayang, jangan menatapku begitu." Tzuyu mendekat dan memeluk erat tubuh Jihyo yang lebih pendek darinya. Pelukannya begitu erat karena Tzuyu merasa sangat nyaman memeluk tunangannya.

"Tzu, jangan tergoda Mina ya ... Huf, aku kasihan dengan Jeong oppa."

"Hmm ... Aku tak tahu kenapa, tapi sejujurnya aku tak ingat masa kecil ku. Dia bilang aku sering menemaninya bermain di taman ... Dan umur kami juga, dia lebih tua dariku." Tzuyu menyandarkan dagunya di pucuk kepala Jihyo.

"Entahlah, ayo kita berangkat. Jalanan agak macet."

"Sebentar, 5 menit aku ingin memelukmu sayang." Ucap Tzuyu gemas.

Jihyo tersenyum malu dan membenamkan wajahnya di dada Tzuyu.

















Lampu ijo dari tuan Yoo buat Nayeon sih

Tbc

Orange LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang