13

16 3 0
                                    

Setelah pulang dari jogja, yogi memberikan kabar bahagia pada orang tuanya. Ibu yogi sangat bersyukur keluarga winda mau menerima kehadiran yogi sebagai calon menantu mereka. Yogi sama sekali belum memberitahukan pada winda mengenai rencana tunanganya.

Di kantor

"Yang habis pulang ini ikut aku yuk" Ajak yogi sambil menarik kursi kerjanya pada sisi winda.

"Ke mana?" Tanya winda.

"Ada deh, besok kan libur. Jadi mau yah pergi malam ini? Nanti aku jemput" Ucap yogi.

"Hhhmmm okelah, aku bilang selly dulu"

"Pergi ajah win, aku juga mau pergi sama jimi kok" Kata selly yang sepertinya mendengar percakapan winda dan yogi.

"Makasih yah sel" Winda.

"Nanti aku jemput yah" Yogi.

Winda
Aku sudah siap berdandan dan menyelesaikan make up ku. Aku belum tau nih yogi mau ngajak aku ke mana?

Tok tok tok

Pintu kamarku di ketuk dari luar oleh selly. Aku segera keluar dari kamarku.

"Tuh pangeranmu udah dateng" Ucap selly.

"Aku pergi dulu yah sel, kalau ada apa apa jangan lupa telfon" Ucapku pada selly.

"Iyah. Semangat bener yang mau kencan" Ledek selly.

Aku segera keluar dari rumah kontrakanku untuk menemui yogi yang berdiri di samping mobilnya.

"Udah siap tuan putri?" Tanya yogi.

"Udah, ayo" Kataku.

"Masuklah" Yogi membukakan pintu mobil untuku.

"Terima kasih yang" Ucapku.

Di perjalanan yogi masih belum mau memberi tahu kemanakah kita akan pergi.

Kami sampai di depan gedung bertingkat mirip dengan bangunan apartemen. Yogi menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam sana.

"Kok ke sini sih yang? Kita mau ngapain sih?" Tanyaku yang masih enggan di jawab oleh yogi.

Kami sampai di depan unit. Yogi membuka pintu itu dan membawaku masuk ke dalam sana. Ruangan itu begitu gelap membuatku takut dan bersembunyi di belakang yogi.

"Nggak usah takut" Ucap yogi.

"Gimana nggak takit, orang gelap gini" Kataku.

Yogi mencari saklar lampu dan menekanya. Seketika ruangan itu sedikit terang karena yang menyala adalah lilin portable yang tertata rapih membentuk sebuah jalan yang menuntun kami ke sebuah meja. Kami berjalan di antara lilin itu dan yogi mengarahkanku untuk duduk di kursi meja makan itu.

Dia berlutut di depanku sambil menunjukan kotak kecil bewarna merah yang isinya adalah cincin.

"Winda, aku tau aku bukan pria yang romantis seperti yang lainya. Aku masih banyak memiliki kekurangan sebagai pria yang ingin memiliki wanita sempurna sepertimu. Tapi aku memberanikan diri untuk memantapkan hatiku dan meminta ijin untuk berlabuh di hati kamu sebagai pelabuhan terakhir hati aku. Malam ini aku ingin melamarmu sebagai wanita terakhir di perjalanan cintaku. Jadi, maukah kamu menjadi istriku winda?" Yogi. Aku tidak bisa berkata kata lagi melihat lamaran yang menurutku sangat romantis ini. Mulutku seakan tercekat mendengar lamaran dari yogi.

"Maaf membuatmu terkejut, aku juga udah minta restu sama orang tua kamu kemarin, tanpa sepengetahuan kamu"

"Jadi kamu udah bilang sama ayah dan ibu juga yang?" Tanyaku kaget.

"Hehehehe maaf sayang, aku bikin kejutan ini untuk kamu. Aku juga mau tunjukin ke orang tua kamu kalau aku beneran mau meminang kamu sayang"

"Ya ampun mas, aku nggak nyangka kamu bisa lakuin semua ini buat aku. Aku nggak bisa berkata kata lagi mas. Aku terkejut dengan semua kejutan yang kamu siapin"

"Kamu suka?"

"Wanita mana yang nggak suka kalau pacarnya kasih kejutan seperti ini"

"Jadi, kamu mau menerima lamaranku?"

"Aku mau mas. Terima kasih sudah memilihku sebagai pelabuhan terakhir kamu. Sebenarnya, aku nggak merasa sempurna seperti yang kamu katakan. Kita sama sama memiliki kekurangan dan kita bisa saling melengkapi dan menutupi kekurangan kita masing masing. Jadi jangan merendahkan diri kamu mas" Ucapku.

"Iyah sayang. Maafkan aku, aku memang merasa kalau kamu terlalu sempurna buat aku. Aku mencintaimu winda"

"Aku juga mencintaimu mas yogi"

Mas yogi memasangkan cincin di jari manisku dan kami saling berpelukan.

"Ayo kita makan, kamu pasti lapar kan?" Tanya mas yogi.

"Iya nih mas, kamu masak sendiri?" Tanyaku.

"Iya dong, spesial buat wanita paling spesial"

"Makasih mas"

"Sama sama sayang"

"Oh iyah mas, ini apartemen siapa?" Tanyaku yang penasaran.

"Ini miliku, aku biasanya ke sini kalau banyak kerjaan. Soalnya kalau di rumah pasti di gangguin rexy terus"

"Oh gituh. Ngomong ngomong masakan kamu enak juga mas" Pujiku.

"Alhamdulillah, nggak sia sia aku nonton acara masak di youtube"

"Jadi ini masakan pertama kamu mas?"

"Iyah sayang. Tapi enak kan?"

"Lah!!! Jadi aku kelinci percobaan dong"

"Tapi aku jamin nggak bakalan sakit perut kok"

"Hahahahaha bercanda mas. Tapi serius ini enak loh"

"Makasih pujianya sayang. Kalau enak habisin yah"

"Pastinya"
...

Yogi

Setelah acara lamaran kecil dan makan malam bersama, kami duduk berdua di balkon apartemenku. Aku merangkulnya ke dalam pelukanku sambil melihat langit malam yang penuh dengan bintang.

"Mas, gimana respon ibu dan ayah aku waktu kamu minta restu mereka?" Tanya nya.

"Mereka seneng karena anak perempuanya akhirnya punya pacar juga. Mereka takut kamu bakalan jomblo seumur hidup kamu"

"Masa sih???"

"Iyah, apalagi ibu kamu. Beliau seneng banget dengernya"

"Dih sampe segitunya banget sih"

"Mereka juga bilang. Kalau mereka menunggu keputusanmu menentukan pilihan mau meneruskan usaha mereka atau terus di jakarta"

"Ah masalah itu? Aku juga ingin membeicarakanya denganmu mas. Sepertinya aku harus kembali ke jogja dan meneruskan usaha ayah dan ibu. Aku udah mikirin ini dan lebih baik aku kembali ke sana"

"Itu bagus, ayah dan ibu kamu pasti seneng dengernya" Kataku.

"Tapi_ bagaimana dengan kita?"

"Kita akan baik baik saja. Kita bisa berhubungan lewat Vc atau telfon biasa. Aku nggak masalah sayang, aku juga harus dukung keputusan kamu juga"

"Makasih mas, aku bakalan bilang dulu sama bu rena"

"Temen temen pasti sedih, kamu udah bilang sama selly?" Tanyaku.

"Belum sih, aku baru bilang sama kamu ajah"

"Mendingan kamu bilang selly, jadi dia bisa siap siap di tinggal sama kamu"

"Iya deh, nanti aku bilang sama dia"

...

🐱💙🐿

That Guy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang