12

20 3 0
                                    

Rendi membawa rombongan kakaknya yang datang dari kota. Mereka sampai di rumah dengan nuansa jawa. Rumah model joglo yang memiliki lahan yang sangat luas. Di dalam area rumah utama ada beberapa rumah lagi di sekitar rumah utama.

Yogi

"Win, aku tidur di sini dulu yah. Cape banget nih" Kata selly.

"Iyah, ayo masuk yang. Jimi juga masuk yu" Suruh winda. Rendi membantuku dan jimi membawa barang barang dari bagasi.

"Bro gede banget rumah cewe lo, apa dia putri kerayon apa gimana sih?" Jimi.

"Ssttt diem jangan sembarangan ngomong" Omelku pada jimi.

"Ayo bang masuk ajah" Rendi menyuruhku dan jimi masuk.

Kami masuk ke dalam ruang tamu dan beristirahat sejenak di sana. Beberapa menit kemudian ada seorang wanita setengah baya yang memakai pakaian khas jawa menemui kami. Aku langsung berdiri dan menyuruh jimi berdiri juga.

"Duduk ajah nggak papa cah bagus" Ucap wanita itu.

"Makasih bu" Ucapku.

"Kalian temenya winda sama selly yah?"

"Iyah bu" Jawabku.

"Saya ibunya winda"

"Saya yogi bu dan ini jimi. Maaf bu kalau kadatangan kami mengganggu waktu istirahat ibu dan keluarga" Ucapku. Jimi hanya diam dan ikut menganggukan kepalanya.

"Ndak papa, ibu seneng rumah jadi rame. Nanti kalian ikut rendi buat istirahat dulu. Nanti ceritanya besok ajah kalian pasti cape" Kata ibunya winda.

"Makasih bu, duh jadi ngrepotin nih" Ucapku.

"Ren!!!! Rendi!!!"

"Nggh bu" Kata rendi sambil berjalan mendekati ibunya.

"Antar temenya mbak mu ke rumah samping biar mereka istirahat dulu" Suruh ibu.

"Nggh bu, mari bang" Kata rendi mengisyaratkan aku dan jimi untuk mengikutinya.

"Mari bu, kami permisi istirahat dulu" Kataku sambil menyalami tangan ibu winda.

Kami mengikuti rendi ke depan dan kamj di arahkan ke rumah kecil di samping rumah utama.

"Masuk bang, anggep ajah rumah sendiri" Kata rendi saat rumah itu di buka.

"Makasih yah ren" Ucapku.

"Sama sama bang, rendi masuk dulu yah. Kalau butuh apa apa tinggal mba winda ajah" Kata rendi sebelum keluar dari rumah yang aku tempati dengan jimi.

"Gila orang tua winda tajir banget bro" Celetuk jimi saat rendi sudah pergi.

"Duh gue jadi insekyur nih"

"Jangan dong, keluarga lo juga kaya. Jangan merendah dong gue jadi merasa kecil" Jimi.

"Lo emang bantet bro"

"Sialan lo, bukan badan gue tapi harga diri gue" Jimi.

"Nggak usah gitulah, kita berteman bukan cari siapa yang kaya. Harta cuman titipan sementara di dunia bro" Kataku.

"Ustad bersabda nih" Jimi.

"Udah ah, mendingan kita isturahat. Ini masih terlalu dini" Kataku.

"Iya juga, aku juga cape" Kata jimi.

Kami beristirahat sebentar sebelum adzan subuh berkumandang.

...
Aku tengah bersiap siap untuk sholat,
"Weh, jim, jim, bantet" Panggilku pada jimi yang masih molor.

That Guy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang