Tim 11

456 44 7
                                    

Kembali lagi dengan chapter terbaru. Seperti biasa vote dulu baru baca. Jangan lupa komen, biar perlu di semua paragraf yang ada, wkwk.

Happy reading


Pelatihan hari pertama berakhir. Semua tim kembali ke pintu masuk hutan. Banyak yang mendapatkan bendera, tapi ada juga yang tidak mendapatkan bendera sama sekali.

"Ayo lihat hasilnya," ujar Jennie. Renjun mengangguk. Dirinya kemudian mengeluarkan sihirnya untuk melihat peringkat tim mereka.

"Peringkat 3," ujar Renjun.

"Siapa yang kedua?" tanya Jeno.

"tim 9," Jeno tersenyum sambil melipat tangannya di depan dada. Itu tim Haechan, sepupunya itu berhasil ternyata.

"Siapa yang pertama?" kini giliran Karina yang bertanya.

"Tim 11," ujar Renjun. "Tim 11? Mereka yang mana?" tanya Jennie.

"Itu," Karina menunjuk dengan dagunya ke arah 5 orang yang terlihat santai dengan candaan mereka.

"Wah," Jennie tak bisa menutup kekagumannya.

"Memang tidak bisa di ragukan," ujar Renjun. "Kau tau mereka?" tanya Jennie ke arah Renjun.

"Ya. Tentu saja aku tau. Seorang peri memiliki banyak informasi tentang para kesatria," ujar Renjun.

"Kau tau, gadis berambut pirang dengan poni itu, namanya Lisa. Dia dikenal dengan gerakan gesitnya dalam bertarung. Sementara gadis di sebelahnya yang terlihat lugu itu, namanya Kim Minju. Walaupun wajahnya terlihat lugu, jangan salah. Dia juga sangat ahli dalam memanah. Tapi dia dari bangsa manusia,"

"Lalu, pria yang memiliki mata tajam itu. Namanya Hyunjin. Dia keturunan Naga. Tapi, dia pemain ulung. Jangan dekat dengannya, dia genit," Renjun berkata sambil menampilkan wajah tidak sukanya. Dia memang beberapa kali bertemu dengan Hyunjin dan pria itu sangat genit.

"Sementara yang satunya lagi, mukanya agak mirip Jeno. Hanya saja, wajahnya lebih lebar, namanya Erick. Dia keturunan Naga, aku tidak tau banyak tentang dia. Yang ku tau, dia baru saja datang ke akademik," lanjut Renjun.

"Yang terakhir, Mingyu. Dia ketua mereka, yang ku tau dia adalah anak dari salah satu Mentri di wilayah Naga. Anaknya agak sedikit sombong, tapi dia tidak seburuk itu," jelas Renjun. Karina dan Jeno sama menepuk tangan mereka perlahan.

"Kau hebat sekali," kedua orang itu sama-sama mengangkat jempol pada Renjun. Pria manis itu hanya berdehem pelan.

"Biasa saja," ujarnya, sambil mencoba terlihat biasa saja. Karina dan Jeno terkekeh melihat itu.

"Mereka terlihat kuat, apa nanti kita akan menang?" tanya Jennie, mulai lagi dengan pikiran negatifnya.

"Tenang saja, selagi kita bisa. Kita akan tetap bertahan," ujar Jaemin menenangkan Jennie. Gadis itu mengangguk mengiyakan.

"Jangan terlalu ambisius, asal kita bisa pulang dengan selamat itu sudah bagus," sahut Jeno. Jaemin menoleh ke arah Jeno yang kini menatapnya. Pria itu mengerutkan keningnya. Kenapa Jeno melihatnya seperti itu?

"Hei, ayo kita kembali ke akademik," ajak Jennie. Yang lain mengangguk. Mereka berlima kemudian berjalan kembali ke akademik. Di perjalanan, mereka tidak sengaja bertemu dengan Minhyung dan tim nya.

"Haechan," Haechan menoleh begitu namanya di panggil. Dia tersenyum ke arah Jeno sambil melambaikan tangannya.

Jeno tersenyum sambil berjalan mendekat ke tempat Haechan berdiri. Tangannya terangkat mengusap kepala Haechan.

"Wah, hebat sekali kau. Berada di peringkat kedua," puji Jeno. Kepala Haechan sedikit tertunduk saat Jeno mengusapnya.

"Hei, aku biasa saja. Yang hebat teman-teman setim ku," ujar Haechan. Jeno berhenti mengusap kepala Haechan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dragon [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang