Yin dan Yang

386 43 7
                                    

Vote dan komennya juseyo 🛐

Happy reading

"Lee Haechan, bangun." Jeno menggoyang tubuh Haechan dengan kencang. Jujur saja dia sudah lelah, apalagi bukan sekali dia mencoba membangunkan sepupunya yang sedang simulasi meninggal ini.

"Yak! Lee Haechan!" Jeno berteriak dengan kencang tepat di telinga Haechan.

"Kebakaran!!!" Haechan terbangun dengan wajah kaget. Jeno menatap tajam Haechan.

"Jeno, ada kebakaran. Cepat lari," Haechan sudah turun dari tempat tidurnya dan berniat lari.

"Kau gila?" mendengar ucapan Jeno, Haechan perlahan mendudukkan dirinya di atas kasur.

"Ternyata tidak kebakaran." ujar Haechan.

"Hei, sudah jam berapa?" tanya Haechan. Jeno menoleh ke arah Haechan yang asik menguap.

"Setengah 8 pagi." Mendengar ucapan Jeno, Haechan langsung melotot.

"Yak! Kenapa tidak membangunkan ku!" teriak Haechan sambil berlari pergi mandi.

"Aku sudah membangunkan dari tadi! Dasar besar!" cibir Jeno.

"Ayo bisa mendengar mu sialan!" teriak Haechan balik.

***

"Apa kita akan terlambat? Ini hari pertama pelatihan. Ugh, aku tidak mau di hukum di hari pertama pelatihan." dumel Haechan sambil bersiap dengan pakaiannya.

"Hei, Lee Haechan. Lihat jam," ujar Jeno. Haechan mengerutkan keningnya lalu kembali ke arah jam. Matanya melotot sempurna.

"Lee Jeno! Kau mau mati?" teriak Haechan. Pasalnya, jam masih menunjukan pukul 7 pagi. Sementara kelas di mulai pukul 8 pagi. Haechan sampai berpikir mungkin mereka tidak sempat sarapan dan akan di hukum karena terlambat di hari pertama. Tapi ternyata, sepupunya itu membohonginya.

"Lagipula kau tidur seperti simulasi meninggal. Kalau aku tidak membangunkan mu sekarang, kau akan terlambat untuk sarapan dan pelatihan." jelas Jeno sebelum di lempar dengan batal. Haechan perlahan menurunkan bantal yang ada di tangannya dan di lempar kembali ke kasur.

"Huh, setidaknya kau benar." Haechan duduk di atas kasur.

"Semalam kau tidur jam berapa?" tanya Haechan sambil melihat Jeno yang entah sedang apa sedari tadi.

"Cukup awal." ujar Jeno. Haechan menganggukkan kepalanya.

"Ayo pergi sarapan." ajak Jeno. Akhirnya keduanya segera pergi untuk sarapan bersama para siswa lainnya.

.
.
.

"Menurutmu, bagaimana pelatihan itu?" tanya Haechan yang berjalan di sebelah Jeno. Keduanya berjalan menuju aula untuk pengumuman pelatihan.

"Aku tidak tau," jawab Jeno santai. Matanya terus memandang ke depan yang ramai dengan para calon kesatria.

"Aku sangat gugup, takut membuat kesalahan di hari pertama." Haechan mengutarakan perasaan gugupnya.

"Kau akan baik-baik saja Haechan. Kau kan pintar." ujar Jeno. Haechan yang mendengar itu perlahan merasa agak tenang. Ya, dia cukup pintar. Maka dari itu, dia tidak boleh takut.

Keduanya berjalan cepat memasuki aula yang akan di gunakan untuk pemberitahuan selanjutnya.

"Selamat datang," suara itu membuat seluruh siswa menoleh ke depan. Itu sang raja. Dengan cepat, semuanya menunduk memberikan penghormatan.

"Menunduk Jeno," Haechan menarik Jeno menunduk saat sepupunya itu malah berdiri mematung.

"Itu Raja?" bisik Jeno. Haechan mengangguk.

Dragon [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang