Misi Pertama

305 38 2
                                    

Vote dan komennya juseyo

Happy reading


Seperti janji kemarin, hari ini tim 5 sudah berkumpul di taman Akademik menunggu Taeyong datang.

"Dimana Jeno?" tanya Jaemin saat tidak melihat laki-laki itu di sana.

"Aku di sini," ujar Jeno sambil berjalan santai ke arah Jaemin dan yang lainnya. Mereka melihat bagaimana Jeno dengan santainya berjalan menuju ke arah mereka.

"Kau tau ini jam berapa?" tanya Jaemin sambil menaikan sebelah alisnya.

"Lagipula, guru Taeyong belum datang. Jadi aku tidak terlambat kan?" tanya Jeno.

"Aku sudah datang dari tadi Jeno. Lebih dulu sebelum kalian datang." mereka berlima menoleh ke arah suara. Di sana, Taeyong berjalan mendekat ke arah mereka.

"Tidak disiplin di hari pertama." ujar Taeyong sambil menatap ke arah Jeno. Jeno hanya menunduk, merutuki dirinya sendiri.

"Maaf guru," ucap Jeno. Taeyong mengangguk maklum.

"Tidak perlu tegang begitu. Jadi, bagaimana kalian sudah mendapatkan jawabannya?" tanya Taeyong sambil menatap mereka berlima.

"Menjadi kesatria itu sebuah keharusan." Jaemin lebih dulu menyuarakan pendapatnya.

"Negeri Ethermoor sudah mengalami masa sulit karena peperangan bertahun-tahun lalu. Untuk mengantisipasi peperangan kembali terjadi, bukankah kita harus menjadi Kesatria?" Jaemin menoleh ke arah teman-teman setimnya.

"Siapa bilang? Tidak perlu menjadi kesatria untuk melindungi diri dan negeri ini. Kesatria hanya Lebel bahwa kau menjadi salah satu kepercayaan kerajaan." Jeno bersuara dari samping. Laki-laki itu bersandar di sebuah pohon sambil menatap ke arah Jaemin.

"Apa maksudmu?" tanya Jaemin.

"Menjadi kesatria bukan sebuah keharusan.  Bahkan jika kau hanya orang biasa tapi memiliki kemampuan-"

"Tidak semua orang memiliki bakat. Mungkin kau memilikinya, tapi bagaimana dengan yang lain? Karena itu lah, pelatihan kesatria sangat berguna untuk menyetarakan semua." ujar Jaemin. Jeno menaikan senyum miringnya sambil menatap Jaemin.

"Kau berbicara soal kesetaraan seolah-olah selama ini bangsa Manusia berada di antara kalian bangsa Naga dan Peri." ujar Jeno dengan nada datarnya. Mereka semua yang berada di sana langsung terdiam.

"Kau-"

"Dalam hidup masa lalu, yang kuat lah yang akan menang dan di anggap pemimpin. Tapi jangan menutup mata, bahwa peperangan itu terjadi karna keangkuhan kalian para pemimpin." ujar Jeno. Jaemin mengepalkan tangannya hingga guratan merah terlihat jelas pada leher putihnya.

Semuanya terdiam, mendengar bagaimana dua laki-laki itu menyuarakan pendapatnya dengan suasana yang agak dingin.

Karina tersenyum. Dia kemudian berdiri dari duduknya. "Bukankah itu berarti, kita sebagai kesatria baru harus bisa mengubah struktur itu?" Mereka kini menoleh pada Karina yang berdiri dari duduknya.

"Yang kuatlah yang menang dan pantas menjadi pemimpin." ucap Karina tertahan. Dia perlahan melihat ke arah teman-temannya.

"Bukankah itu tugas kita sebagai calon kesatria baru? Bukankah itu yang di harapkan oleh akademik?" Renjun menatap Karina dengan kerutan di dahinya.

"Setelah aku pikir-pikir, dahulu ketiga bangsa tidak pernah benar-benar bekerja dalam lingkup yang sama. Walaupun kita sama-sama berjuang melindungi negeri ini, bukankah itu karena kita harus melindungi rumah kita?" Renjun kini menyuarakan pendapatnya. Memang benar, dahulu ketiga bangsa tidak benar-benar berkerja untuk bersama.

Dragon [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang