Bab 6

736 228 3
                                    

"Semua yang terjadi telah tertulis dalam takdir, teruslah berdo'a. Semoga takdir yang Allah tulis, sama dengan yang kita inginkan. Kalaupun tidak sama, semoga kita dapat ikhlas menerimanya."

(Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz)

♡♡♡

SELAMAT MEMBACA

♡♡♡



   Istana Emas The Adams
New York, USA.

   Dalam ruangan luas yang sepenuhnya berwarna hitam dengan lampu remang-remang, beberapa laki-laki sedang di pasung dengan keadaan wajah hingga tubuh penuh darah.

   Mereka mendapatkan siksaan pemukulan, cambukan secara membabi buta dari beberapa laki-laki yang berpakaian serba hitam, tanpa sedikitpun ada belas kasihan.

   Suara ringisan kesakitan keluar dari mulut para korban, tetapi mereka tidak akan meminta pengampunan untuk dihentikan, karena ini adalah resiko mereka yang harus ditanggung.

   "Sudah-sudah hentikan! Kalian bisa membuat mereka mati," perintah laki-laki yang dari tadi hanya diam saja melihat aksi Anak buahnya, "mereka akan mati hanya di tangan, Tuan Alexander!"

   Beberapa anggota itu menghentikan aksi mereka, laki-laki yang posisinya satu tingkat di atas anggota para penyiksa itu mendekat kearah salah satu korban.

   "Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz?" Laki-laki meneliti wajah dari Sheikh Ahmad.

   Dengan lemah Sheikh Ahmad mendongak, melihat laki-laki yang menyebut namanya. Tentu saja Sheikh Ahmad heran, mengapa laki-laki di depannya mengenalnya.

   "Ke-kenal uk-ukhuk s-say-saya?" tanya Sheikh Ahmad dengan terbata disertai batuk.

   Laki-laki itupun tersenyum menganggukkan kepala. "Tentu, anda sepupu dari King Alexander The Adams."

   Mendengar hal itu, beberapa anggota yang melakukan penyiksaan tadi langsung kaget. Tubuh mereka menegang, dengan susah payah meneguk ludah.

   "La-lalu, jika tahu sa-saya ini s-siapa, kenapa kami ha-rus disiksa?" Sheikh Ahmad menatap bingung laki-laki di depannya.

   "Karena ini merupakan peraturan, anda juga orang asing yang pertama kali menginjak Istana ini!" jawabnya ketus.

   Perkataan dari laki-laki itu benar, Sheikh Ahmad baru kali ini datang ke Istana Emas The Adams. Sehingga tidak salah, jika ia dianggap orang asing.

   Semua laki-laki berpakaian serba hitam keluar dari ruangan itu, beberapa ular king cobra juga keluar mengikuti Tuan mereka.

   Masing-masing satu tangkai mawar hitam terjatuh atau memang sengaja ditaruh, tepat di depan mereka yang saat ini terpasung.

   "Black Rose Devil," gumam Sheikh Ahmad.

   "She-sheikh," panggil Zayed lemah yang posisinya terpasung tepat di samping kanan Sheikh Ahmad.

   "Ma-maaf, ini s-semua salah sa-saya," kata Sheikh Ahmad dengan lirih.

   Perkataan dari Sheikh Ahmad tidak ada respon dari orang-orangnya, termasuk Zayed. Sheikh Ahmad merasa bersalah kepada bawahannya, seharusnya ia tidak nekat seperti ini.

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang