Bab 21

531 150 6
                                    

"Aku masih mencintaimu Aisha, meskipun belakangan ini namamu tidak lagi kusebutkan, sebab Allah lebih tahu hati dari hambanya."

(Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz)

♡♡♡

"Cinta dan do'amu cukup kuat Sheikh, sampai-sampai aku selalu memimpikan menjadi istrimu."

(Princess Aisha binti Ibrahim The Adams)

♡♡♡

SELAMAT MEMBACA

♡♡♡




   Di dalam Istana Mutiara Al Hafidz, di bagian ruangan lapang yang luas berdiri 6 anggota keluarga inti Al Hafidz. Mereka berdiri menyambut kedatangan Adik perempuan dari kepala keluarga Al Hafidz.

   "Jangan gugup, Abanna," goda Sheikh Alkahfi kepada Sheikh Ahmad dengan siulan di akhir."

   "Astagfirullah, Alkahfi apa yang kamu lakukan?" Sheikh Ahmad menatap tajam sang Adik.

   "Apa?" Sheikh Alkahfi menatap bingung sang Abang.

   Sheikh Ahmad menghela napas, ia tersenyum kearah sang Adik. "Siulanmu yang salah."

   "Maksudnya?" tanya Sheikh Alkahfi yang belum mengerti, yang salah akan siulannya tadi.

   "Siulan itu dilarang dalam islam, sebab siulan dan tepuk tangan menyerupai dengan ibadah orang-orang kafir jahiliyah di Ka'bah pada zaman dulu, Alkahfi.

   "Wa mā kāna ṣalātuhum 'indal-baiti illā mukā'aw wa taṣdiyah, fa żụqul-'ażāba bimā kuntum takfurụn.

   "Artinya, Sholat mereka di sekitar Baitullah tidak lain hanyalah siulan dan tepuk tangan. Maka, rasakanlah azab ini karena kamu selalu kufur. Potongan dari Surah Al-Anfal ayat 35," jelas Sheikh Ahmad.

   Ketiga Adik dari Sheikh Ahmad menganggukkan kepala mengerti. Tapi, Sheikha Aljalila kembali membuka suara bertanya, "kalau siulannya tidak untuk ibadah, bagaimana?"

   "Tetap haram, menurut Ulama kita yaitu Syeikh Abdul Azis," jawab Sheikh Ahmad tersenyum.

   Pintu Istana utama terbuka, membuat ketiga Saudara tersebut langsung menatap sepenuhnya kedepan.

   Masuklah seorang laki-laki paruh baya, di sampingnya ada seorang wanita berjubah hitam lengkap burqo.
Di tengah antara kedua paruh baya sedikit belakang, ada seorang gadis berpakaian hitam dengan niqob, berjalan menatap lantai.

   "Assalamualaikum," salam mereka serentak.

   "Wa'alaikumsalam," jawab keluarga Al Hafidz berbarengan pula.

   Terjadilah adegan saling memeluk satu sama lain melepas kerinduan, kecuali Sheikh Ahmad dan Sheikh Alkahfi yang tidak melakukannya dengan Adik sepupu mereka, yaitu Aisha The Adams.

   "Ayo, masuk dulu," suruh Sheikh Abdul Azis mempersilahkan Adik, Adik ipar dan, keponakan.

   Merekapun berjalan menuju ruangan tamu biasa seperti di Negara-negara lain, yaitu ruang tamu yang tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan.

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang