Ahmad sedang memberikan pakan hewan-hewan ternaknya, maksudnya hewan ternak milik mereka bersama.
Laki-laki tampan tersebut mengajak kambing dan domba puluhan ekor, menaiki gunung yang sedikit memiliki rumput.
Musim panas seperti sekarang, membuat banyak rumput tidak tumbuh. Jika ada, itu hanya rumput yang dapat bertahan hidup di musim panas.
Dirasa hewan-hewan sudah cukup memakannya, ia memandu kambing dan domba untuk mengikutinya, di tangannya ada sebuah tongkat panjang.
Di sisi lain.
Tepatnya di tenda, 3 wanita sedang memasak makanan untuk mereka dan suami mereka.
Memasak tidak memakai kompor gas, melainkan menggunakan kayu. Menggiling bumbu masakan menggunakan batu, tidak memakai blender.
Tenda mereka tinggal tidak mempunyai akses listrik, sebab mereka tinggal berpindah-pindah. Sehingga dapat merepotkan pemerintah.
Ketiganya saling bekerja sama satu sama lain. Aisha membuat adonan roti yang dilebarkan, Asiyah membuat menggiling bumbunya dan, Rania yang menjaga tungku api.
Rania memasukkan roti kedalam panggangan tanah liat, Asiyah menumis masakan yang akan dimakan bersama roti.
Aisha mendekati Mama mertuanya. "Ma, biar Aisha bantu."
Rania tersenyum menatap menantunya. "Tidak usah, Nak. Kamu duduk saja."
"Baiklah." Aisha tidak duduk, ia kembali berjalan mendekati Mamanya.
"Ma, biar Aisha yang masak," pinta Aisha memohon.
"Jangan, Nak. Kamu istirahat saja," tolak Asiyah dengan tersenyum.
Bibir Aisha mengerucut, ia kesal selalu ditolak. Seperti yang diminta oleh kedua Mamanya, Aisha berjalan menuju kamar untuk istirahat.
Namun, sebelum Aisha masuk kedalam kamar. Aisha merasakan pusing sangat, tidak lama tubuhnya langsung ambruk kelantai, Aisha pingsan.
"Asiyah. Kemana perginya, Aisha?" Rania menyusun roti di atas meja.
Asiyah juga ikut masakannya yang telah masak di sana. "Mungkin di kamar, Kak."
"YA RABB, AISHA!"
Teriakan panik dari Ibrahim, membuat kedua wanita paruh baya tersebut langsung berlari kearah suara.
Sampai di sana mereka kaget, melihat Aisha yang tidak sadarkan diri dalam gendongan Ibrahim.
Ibrahim menidurkan Putrinya di atas sebuah sofa lantai. "Apa yang terjadi kepada, Putriku?"
"Kami tidak tahu, Zauji." Asiyah duduk di sebalah Aisha.
"Assalamu'alaikum," salam Abdul Azis.
"Wa'alaikumsalam," jawab mereka serentak.
"Aisha, kenapa?" tanya Abdul Azis kaget melihat menantunya yang memejamkan mata.
Tidak lama, Aisha membuka mata. Ia melihat kedua orang tuanya dan mertuanya yang khawatir.
"Nak, apa yang kami rasakan?" tanya Rania mengebu-gebu.
"Pusing, badan Aisha lemas dan, mual." Aisha langsung berdiri dengan cepat, berlari menuju hamman (kamar mandi).
"Apa kita punya pemikiran yang sama?" tanya Ibrahim kepada semuanya.
Semuanya menganggukkan kepala, senyuman menghiasi wajah 4 paruh baya tersebut.
"Sebentar." Asiyah mengambil sesuatu dalam sebuah kotak yang ada di sana.
"Ini, coba Kak Rania suruh Aisha memakainya." Asiyah menyerahkan 3 kotak yang berisi tespek keadaan Kakak iparnya.
Rania berjalan menuju hamman, ia masuk kedalam. Melihat menantunya yang terduduk lemas di lantai.
"Nak, coba kamu tes sesuatu." Rania menyerahkan ketiga tespek tersebut kepada menantunya.
Aisha menatap kaget kepada mertuanya, tentu saja Aisha tahu benda apa itu.
"Ambillah." Rania memberikan ketangan menantunya.
Aisha menatap ragu tespek di tangannya. "Kalau negatif bagaimana, Ma?"
"Kami tetap menerimanya." Rania mengusap sayang pucuk kepala sang menantu.
Aisha menampung air seni dalam sebuah cawan, ia mencelupkan ketiga sekaligus tespek kedalamnya.
Menunggu beberapa menit, hingga Aisha mengambil ketiga tespek tersebut. Ia berjalan keluar hamman, di luar sudah ada orang tua dan mertuanya.
Aisha menampakkan ketiga tespek itu kepada Mama dan Mama mertuanya, kedua wanita paruh baya tersebut langsung terpekik bahagia.
"Selamat, sayang." Rania dan Aisiyah serentak memeluk tubuh Aisha.
"Aku hamil," ucap Aisha dengan terharu.
"Ada apa? Kenapa semuanya ada di sini?" Ahmad menatap bingung seluruh keluarganya, yang berdiri di depan pintu hamman.
"Alfa mabruk, Putraku." Abdul Azis memeluk tubuh Ahmad yang kebingungan.
"Kamu akan segera menjadi seorang ayah, Nak." Ibrahim mengusap pundak Ahmad.
Sesaat Ahmad terdiam, ia menatap Istrinya yang tersenyum bahagia. Ia mulai mendekati sang istri, langsung memeluknya.
"Syukran, syukran ya ghali," ucap Ahmad terisak dalam pelukan Istrinya.
"Syukran ya rabb," kata Aisha membalas pelukan suaminya.
Tamat : Jum'at, 28 juni, 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz (End)
AcakSpin off BLACK ROSE DEVIL (The Adams) Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz, telah dijodohkan dengan sepupu dari pihak sang Ayah dari masih dalam kandungan saat ia telah berusia 8 tahun. Sheikh Ahmad telah mencintai jodohnya, walaupun masih dalam...