Bab 11

579 182 0
                                    

"Cinta dari Allah tidak pernah salah, tetapi cara manusia mencintai terlalu berlebihan kepada yang belum halal, itu sangatlah salah."

(Sheikha Asiyah Al Hafidz/ Queen
The Adams)

♡♡♡

SELAMAT MEMBACA

♡♡♡



   Istana Emas The Adams
New York, USA.

   Beberapa anggota laki-laki Black Rose Devil, masing-masing membawa paksa beberapa laki-laki asing yang seminggu lalu memasuki kawasan The Adams.

   Mereka yang baru saja sembuh yang seharusnya butuh istirahat, harus kembali dibawa menuju Istana utama dengan sedikit paksaan.

   "Apa lagi sekarang, Sheikh?" tanya Zayed lirih.

   Zayed Al Hilal sudah pasrah apapun yang terjadi selama terus berada dekat dan, setia kepada Putra Mahkota Al Hafidz. Walaupun nyawa menjadi taruhannya.

   "Maaf..." jawab Sheikha Ahmad yang sungguh merasa bersalah.

   Mereka terus dibawa dengan cara terdorong dari belakang, memasuki pintu utama Istana yang begitu kokoh juga mewah terbuat dari emas.

   Masuk kedalam Istana kembali digiring menuju lift, mereka menaiki lift yang membawa ke menara tertinggi Istana.

   Bangunan menara yang setinggi 100 meter, di mana setiap lantai ada kamar yang diperuntukkan untuk tamu layaknya kamar hotel.

   Lift berhenti di lantai 21 teratas yang merupakan rooftop, pintu lift terbuka Sheikh Ahmad, Zayed dan juga lainnya didorong kuat jatuh kelantai.

   "Hei, sopankah begitu!" tegur seorang wanita berjubah hitam lengkap burqo.

   Sheikh Ahmad mengenali suara itu, ia mendongakkan kepala. Hingga bibirnya tersenyum melihat sang Bibi, yang tertutup kain hitam duduk di tengah antara dua orang laki-laki.

   Sepertinya anggota Black Rose Devil melupakan bahwa sekarang, Queen besar mereka yang tidak suka kekerasan telah kembali.

   "MAAF,QUEEN." Anggota Black Rose Devil sedikit membungkukan badan.

   "Kalian pergi!" perintah Sheikha Asiyah mengusir.

   Anggota yang membawa Sheikh Ahmad juga lainnya pergi, beberapa para pengawal dan para pelayan yang berdiri di sudut menara juga ikut pergi masuk lewat lift.

   "Duduklah." Ibrahim menatap satu persatu para laki-laki muda berperawakan Arab, untuk duduk di sofa yang telah tersedia.

   Sekitar 7 orang termasuk Sheikh Ahmad, duduk di sofa menghadap tiga Keluarga The Adams. Yaitu Ibrahim, Asiyah dan, Alexander.

   "Assalamu'alaikum," salam Sheikh Ahmad saat ia dan 6 orang lainnya sudah duduk.

   "Wa'alaikumsalam," jawab ketiga The Adams.

   "Apa kabar, Paman?" Sheikh Ahmad tersenyum menatap penuh arti Ibrahim.

   Laki-laki paruh baya itu tersenyum kearah keponakan Istrinya. "Alhamdulillah, ketika Allah masih memperikan saya kesempatan untuk berubah."

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang