Bab 15

577 157 0
                                    

"Harta dan kekuasaan merupakan titipan sementara dari Allah, jika harta dan kekuasaan belum dapat mampu membantu orang-orang lemah, setidaknya jangan ikut menambah untuk menindas mereka."

(Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz)

♡♡♡

SELAMAT MEMBACA

♡♡♡




   "Kita tidak jadi membangun proyek kita di sana," kata Sheikh Ahmad tiba-tiba.

   Semua laki-laki dalam ruangan meeting termasuk Sheikh Alkahfi dan Sheikh Althaf menatap Sheikh Ahmad, dengan pandangan kaget yang tidak bisa ditutupi.

   "Kenapa, Sheikh?" tanya Sheikh Alkahfi.

   Jika di luar Istana, meskipun Saudara mereka tetap memanggil Ayah atau Abang tertua dengan sebutan 'Sheikh'. Apalagi di depan orang lain, yang merupakan orang luar.

   "Seharusnya yang tanya 'kenapa' itu, saya Sheikh Alkahfi." Sheikh Ahmad serius menatap Adiknya. "Kenapa kalian semua sangat lalai? Tidak memastikan semuanya."

   Mereka di ruangan meeting tersebut melihat satu sama lain, tidak paham maksud dari perkataan dari pemimpin tertinggi mereka.

   "Tempat yang akan kita bangun proyek, merupakan rumah tetap bagi salah satu Suku," jelas Sheikh Ahmad.

   Mendengar penjelasan Sheikh Ahmad, membuat wajah mereka semua kaget.

   "Apakah kita akan mengusir mereka yang sudah lama tinggal di sana?" lanjut Sheikh Ahmad bertanya.

   "LAA SHEIKH!" Semuanya serentak menggelengkan kepala.

   "Tapi, orang kita bayar untuk mengecek lokasinya mengatakan, tidak ada penduduk di sana," sambung Sheikh Althaf.

   Sheikh Althaf menampakkan sebuah map, yang di dalamnya merupakan surat tanah yang sudah dibeli oleh perusahaan. "Lalu bagaimana dengan surat tanah ini?"

   "Itulah masalahnya Sheikh Althaf, warga di sana itu masih hidup seperti jaman dulu. Mereka tidak memiliki akses modern, termasuk tidak memiliki surat-suarat berharga seperti di jaman sekarang.

   "Bahkan mereka bisa saja dianggap sebagai pemukim ilegal, hanya karena tidak memiliki identitas yang tercatat di Kerajaan. Padahal mereka termasuk suku asli, yang sudah berabad-abad lalu telah bermukim di sana," jelas Sheikh Turki bin Mansur Al Hafidz.

   Semuanya mendengar penjelasan dari Sheikh Turki bin Mansur Al Hafidz dengan seksama, mereka menganggukkan-anggukan kepala.

   "Sheikh, kerugian yang kita alami sangat besar, ditambah lagi dengan kepercayaan para investor terhadap kita," ujar salah laki-laki.

   "Begini Saudara-saudaraku, kerugian dalam bentuk materi atau kepercayaan sebagian manusia hilang terhadap kita, belum seberapa besar dengan pertanggung jawab kita di hadapan Allah saat kita semua dibangkitkan.

   "Jangan hanya karena kita memiliki harta dan kekuasaan yang Allah titipkan sementara, menjadikan kita sebagai orang-orang sombong dan serakah yang akan menindas kaum yang lemah.

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang