Bab 20

629 160 6
                                    

"Membeli sesuatu yang haram untuk digunakan memang tidak diperbolehkan, tetapi bagaimana ketika membeli barang haram untuk dimusnahkan?"

(Sheikh Ahmad bin Abdul Azis Al Hafidz)

♡♡♡

SELAMAT MEMBACA

♡♡♡




   Di ruangan tamu rijal, ada Alexander The Adams yang sedang duduk saling berhadapan dengan Sheikh Ahmad.

   "Berapa banyak uang yang sudah Istana Mutiara keluarkan, untuk membeli semua barang haram dari organisasiku?" Alexander tersenyum remeh menatap Sheikh Ahmad.

   Sheikh Ahmad tersenyum menatap Abang sepupu sekaligus sepersusuannya, atau juga akan menjadi Abang iparnya.

   "Hmm, berapa, ya?" Sheikh Ahmad mengambil tablet miliknya, yang ada di atas meja ruang tamu.

   Tertulis nominal yang sangat banyak di sana, selama lebih dari 17 tahun keluarga inti Al Hafidz membeli semua jenis barang-barang haram dari organisasi gelap.

   "Tentu sangat banyak bukan?" tanya Alexander memasang senyum smirk.

   "Ya, setidaknya membuat Abang semakin kaya." Sheikh Ahmad menampakkan layar tablet di hadapan wajah Alexander.

   Alexander hanya menatap datar nominal yang cukup banyak, ia menyingkirkan tablet dari hadapannya menatap Sheikh Ahmad menyeringai. "Saya telah salah, ternyata yang terlihat agamis tidak benar-benar seagamis yang dipikirkan."

   Senyum di wajah Sheikh Ahmad sama sekali belum pudar, ia langsung berdiri dan berjalan. Hal itu membuat Alexander menaikkan alisnya bingung.

   "Ikutlah aku, Bang." Sheikh Ahmad menghentikan langkah, tanpa berbalik badan. "Akan aku tunjukkan, apa tujuan kami membeli barang haram darimu."

   Alexander langsung berdiri, ia penasaran dengan orang-orang di Istana Mutiara yang mengomsumsi narkoba hingga minuman keras, yang sangat dilarang di Negara dan dalam agama.

   Keduanya terus berjalan beriringan, tanpa membuka suara. Di depan mereka ada seorang perempuan berniqob, yang berjalan kearah mereka dengan membawa koper.

   "Kamu akan berangkat sekarang, Syaima?" Sheikh Ahmad berhenti berjalan, berdiri berhadapan dengan Sheikha Syaima.

   "Na'am, Akhuya." Sheikha Syaima menganggukkan kepala, sampai membuat kaca mata minesnya lepas.

   Kaca mata itu ditanggap oleh Alexander, ia melihat mata dari Syaima yang pertama kali bertemu berwarna hitam, yang sekarang sudah berubah menjadi warna coklat.

   Alexander pertama kali bertemu Syaima saat turun dari pesawat, ia juga sudah sempat berkenalan dengan Sheikha Syaima yang katanya, juga merupakan Adik sepersesuannya.

   "Terima kasih, Abang Alex." Sheikha Syaima mengambil kaca mata dari tangan Alexander.

   "Kenapa kamu pakai kacamata?" Sheikh Ahmad menatap Sheikha Syaima yang matanya telah berwarna coklat, dengan kaca mata minus di atas niqob.

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang