pingsan

1.2K 180 10
                                    

"kenapa kamu tidak pernah memberitahu ayah kalau bisa bawa mobil?" ucap freen melihat anaknya fokus menyetir

"ayah tidak pernah bertanya" ucap namo

"ayah kira kamu hanya bisa bawa motor" ucap freen

"jika kamu bisa membawa mobil kenapa tidak pernah memakai mobil ayah?" ucap freen

"untuk apa?" ucap namo

"untuk apapun sesuka kamu" ucap freen

"kamu sudah punya SIM?" ucap freen

"aku tidak akan mengambil pekerjaan sebagai supir taksi jika aku belum punya SIM" ucap namo

"benar juga" ucap freen

"kenapa argonya tidak di hidupkan?" ucap freen saat melihat argo taksi anaknya mati

"untuk apa aku menghidupkannya?" ucap namo melirik ayahnya, dia sedang tidak membawa penumpang untuk apa di hidupkan pikirnya.

"kamu sedang mengantar ayah pulang, kamu harus menghidupkan argonya" ucap freen

"tidak perlu, aku mengantarkan ayah bukan penumpang" ucap nam

"tidak bisa seperti itu, kamu lagi kerja, jadi hidupkan saja argonya" ucap freen

"tidak mau" ucap namo

"tidak ada taksi gratis, hidupkan saja, nanti ayah bayar" ucap freen

"tidak mau, aku sedang mengantarkan ayah pulang bukan lagi berkerja" ucap namo

"berhenti membicarakan argo taksi, atau aku turunkan di sini?" ucap namo melirik ayahnya

"kenapa tidak mau menghidupkannya?" ucap freen

"sudah aku bilang, aku sedang mengantar ayah pulang bukan lagi berkerja, ayah bukan penumpang, ayah itu ayahku, tidak mungkin aku mengambil bayaran dari ayah" ucap namo menjelaskan

"ayah itu ayahku" gumam freen tersenyum mendengar apa yang di katakan anaknya

"baiklah biarkan argonya mati saja" ucap freen dengan senyumnya

"iya, memang seharunya seperti itu" ucap namo, masa mengantarkan ayahnya pulang di samakan dengan membawa penumpang pikirnya.

"terimakasih" ucap freen tersenyum

"iya" ucap namo mengangguk

"kenapa tiba-tiba menjadi supir taksi?" ucap freen melihat anaknya

"tidak ada alasan" ucap namo

"iya, tapi dari banyaknya pekerjaan kenapa supir taksi?" ucap freen

"tidak ada alasan khusus, aku melakukan pekerjaan apapun" ucap namo

"aku menyukai ketika mereka tersenyum dan berterimakasih padaku saat aku mengantarkan mereka ke tempat tujuannya" ucap namo

"aku juga bisa melihat berbagai macam orang yang berbeda setiap harinya" ucap namo

"itu menyenangkan" ucap namo

"se-menyenangkan itu?" ucap freen

"iya" ucap namo mengangguk

"boleh ayah bertanya?" ucap freen, di angguki namo.

"kamu benar tidak mau kuliah?" ucap freen

"tidak tau, aku tidak pernah berpikir untuk kuliah, dari kecil aku hanya ingin bisa melakukan apapun sendiri" ucap namo

jika di tanya apa cita-citanya namo akan menjawab tidak tau, menurutnya cita-cita tidak berlaku untuknya, sedari kecil dia hanya ingin bisa melakukan apapun sendiri tanpa merepotkan orang lain.

Life Together. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang