Menjadi mahasiswa sibuk tak pernah ada di bucket list kehidupan Winter. Sore ini ia sedang berada di studio tari milik Jake dan malam nanti ia harus berlatih untuk pentas akhir tahun. Sesungguhnya tubuh Winter memang cukup kuat untuk menahan segala aral rintangan hidup ini, hanya saja ekspresi wajah, cara berjalan, dan segala gerak tubuh lainnya sudah tercetak untuk mengambil peran manusia darah rendah.
"eh Win, sini.." panggil Jake dari kejauhan dengan tangannya yang mengayun.
Winter pun langsung berlari kecil menghampiri Jake. Pemuda itu ternyata memberi sebuah kaos latihan untuk Winter karena memang hanya gadis yang rambutnya sudah mulai luntur itu yang belum memilikinya.
"wah thanks ya.." ucap Winter tulus. Ia senang sekali dengan perhatian sederhana yang diberikan oleh Jake.
Jake membalas dengan senyum, dan telapak tangannya yang besar itu mengusap lembut kepala Winter sambil sedikit mengacak-acak rambutnya.
Winter bergeming saat mendapat perlakuan itu. Antara suka dan tak suka, ia hanya mampu terdiam. Ada perasaan aneh yang mengusiknya saat ini. Ia curiga apakah Jake ini menyukainya atau memang melakukan hal-hal semacam ini ke semua orang. Masalahnya tidak hanya itu, ketika latihan ekstrem itu selesai, Jake duduk di sebelah Winter dan mulai melakukan sentuhan-sentuhan lain seperti mencubit pipi gembul Winter atau sekadar menepuh paha Winter ketika tertawa.
Hal semacam ini Winter akui memang tidak asing ia terima. Tapi Jake? sudah berapa lama ia mengenalnya? Dan sudah sejauh apa mereka berteman? Ada sesuatu yang mengganggu Winter, mungkin rasa risi?
Perasaan yang mulai mengganggu itu pelan-pelan dibuang. Winter sedang ingin menjadi gadis yang cuek dan tidak pedulian. Ia sudah pusing dengan satu orang yang selalu berputar-putar di kepalanya, tak mau menambah lagi.
Latihan dengan Jake selesai, pertunjukan digelar sebentar lagi. Winter yakin ia akan sukses, melihat bagaimana metode latihannya selama ini yang cukup keras meski dalam waktu yang singkat.
Matahari sudah tenggelam lebih dari satu jam yang lalu. Winter kini berpindah lokasi untuk melangsungkan kegiatan yang lain, yaitu latihan untuk pentas akhir tahun di rumah Ryujin. Semua teman-temannya sudah berkumpul. Tak ketinggalan sang pemusik, Mark yang juga ada di sana.
"kalo dari gue, untuk adegan yang awal pake instrumen tradisional, nah setelahnya akan diisi pake noise aja si paling.." jelas Mark seraya membuka laptop, menunjukan hasil eskperimen musiknya.
Mereka semua duduk di lantai beralas karpet ruang tengah rumah Ryujin yang sebesar lapangan bola. Winter menikmati musik, kepalanya mengangguk-angguk pelan. Mark cukup jenius rupanya. Perhatian semua gadis-gadis itu hanya tertuju pada musik. Ekspektasi mereka terpenuhi dengan karya milik Mark. Tak terkecuali Ryujin yang mulai memuji Mark tanpa henti.
"Ryujin.." panggil seseorang, semua pandangan tertuju padanya, "ada tamu" lanjutnya dan segera meninggalkan mereka
"oh iya.." ucap Ryujin, kemudian berdiri. Meninggalkan teman-temannya untuk menyapa seseorang yang ada di depan pintu. Yang lain hanya memperhatikan dari jauh.
Seorang gadis yang tampat tak asing bagi Winter, diajak masuk oleh Ryujin. Gadis itu memeluk Ryujin sebentar, kemudian sang pemilik rumah berkata, "duduk dulu ya, bentar.. lagi latian"
Winter yakin ia tak salah lihat. Ketika yang lain kembali fokus pada latihan, pikirannya justru diganggu dengan kehadiran gadis cantik dengan mata indah dan bibir mungil yang lucu itu. Wajahnya sedikit galak, namun manis seperti anak kecil. Winter menerka-nerka lagi apakah mereka pernah bertemu sebelumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/313967403-288-k630273.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WRONG Graduation (WinRina/JiMinjeong)
FanfictionKelulusan adalah malapetaka bagi Winter. Dewi fortuna tak berpihak padanya sedikitpun.. Namun, dewi yang lain muncul, memperindah dan mempersuram perasaannya secara bersamaan.. It's a simple story, you kiss me, i fall for you.. written in Bahasa Ind...