2. Don't You Dare!

536 47 6
                                    

"my first kiss.."

--

Kilauan cahaya perlahan menyusup ke dalam kamar melewati celah jendela. Sang surya telah menunjukkan eksistensinya. Dua tubuh konsisten terlelap di tempat terpisah, sementara satu orang berada di kamar mandi, mengusap kasar wajahnya yang basah.

Winter berulang kali menyadarkan raganya setelah tidur kurang nyenyak semalam. Tarik napas, buang napas. Itulah aktivitas Winter di dalam sana. Jantungnya masih belum berdetak normal. Sejak semalam ia gusar akibat serangan mendadak yang tak terduga dari Karina. Winter merutuki dirinya yang tak bisa ambil sikap tegas, dengan mendorong tubuh Karina, misalnya.

Semua pikiran tentang gadis yang masih terlelap itu perlahan ia buang. Ia bersumpah tidak mau mengingat itu lagi. Lagi pula, sudah dipastikan Karina tidak mengingat apapun karena malam itu mabuk berat.

Tapi, nampaknya semua itu akan sulit. Pada setiap langkah seperti saat ia keluar dari kamar mandi, Winter disuguhi pemandangan cantik sosok Karina di atas tempat tidur. Mata terpejam, rambut sedikit berantakan. Tak luput, pandangan Winter jatuh pada bibir semanis anggur itu. Winter pun mendesah kesal, "fuck.. inget lagi".

Tak henti-hentinya mulut Winter bergumam mengutuk dirinya sendiri. Ia melangkah dengan berjinjit untuk mengurangi kebisingin. Keluar kamar untuk menghirup udara segar. Tangan ia rentangkan lebar-lebar. Mata terpejam, udara dihirup. Begitu segar, sedikit memberi penerangan pada dirinya, ya walaupun tidak terlalu terang. Paling tidak, saat ia tidak melihat wajah Karina, ia akan lupa. Tunggu!

Winter membuka mata seketika. Tangan dijatuhkan. Sebuah kesadaran mengalir ke seluruh tubuhnya, "gue ngomongin cewek dari semalem?!"

Apa yang tidak ia sadari dari semalam sampai saat ini adalah, semua pikirannya berpusat pada Karina, yang mana seorang gadis alias perempuan. Dan tidak memakan waktu lama bagi Winter untuk menyadari bahwa yang ia adu bibirnya adalah perempuan, sama seperti dirinya.

"Shit.. kok gak kerasa"

"Win?"

Winter menoleh kaget. Pundaknya naik dan kaku. Takut sedari tadi gumamannya didengar.

"Lagi ngapain si" Seulgi berjalan ke luar dengan rambut mengembang bak singa dan mengucek mata. Tak ada yang bisa Winter lakukan selain bersikap seolah-olah sedang berolah raga, "engga, ini apa.. lagi stretching".

Tanpa bertanya, Seulgi berdiri di sampingnya dan mengikuti apa yang sedang Winter lakukan. Satu hal yang membuat Winter senang dengan Seulgi adalah, kakaknya itu tak pernah sedikitpun merasa aneh atau 'kepo' pada sesuatu hal yang Winter lakukan alias tidak memiliki rasa curiga sama sekali.

Mereka berdua berdiri bersama meregangkan badan sambil sesekali menguap. Winter yang masih gugup mencoba bersikap tenang ketika beberapa kali Seulgi bertanya mereka mau sarapan apa, walau ini sudah siang. Entahlah, yang ada dalam pikiran Winter hanyalah kejadian semalam, jadi rasanya tidak bernafsu untuk makan.

"File nya udah di print?" tanya Seulgi. Winter menggeleng, ia tidak pada suasana baik saat ini, sungguh. "printer gue rusak nanti ke tempat fotocopy aja". Fokus Winter kembali kacau, ia tidak menjawab sama sekali pernyataan Seulgi. Matanya sekilas melihat sosok Karina yang perlahan bangun dari tidurnya berjalan tertatih ke arah mereka berdua. Wajahnya mengernyit dengan sedikit minyak. Dalam hati Winter berucap, ini manusia atau dewi?

"Pagi Karinaaa" sapa Seulgi pada orang di sampingnya, lalu masuk ke dalam kamar, sementara Winter masih di luar, berdiri membeku.

"Hmm.." Hanya gumaman sebagai jawab dari sapaan Seulgi. Ia berdiri di samping Winter, menghirup udara segar dengan mata terpejam.

WRONG Graduation (WinRina/JiMinjeong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang