3. Asshole!

418 43 1
                                    

"Argh!!!"

Bangun dengan nyawa masih separuh. Seluruh isi ruangan kini porak poranda. Gadis yang tidur selama 10 jam itu sedang tergesa-gesa. Alarm berbunyi sekitar satu jam yang lalu, namun ia tidak mendengar sama sekali.

Mandi secukupnya, bibir dipoles secepatnya. Baju entah yang mana, buku-buku tak tahu di mana. Winter terus-terusan menggerutu dengan sikapnya sendiri. Ia menyalahkan keadaan, dan "gimana sih ga dibangunin!"

Seulgi yang baru saja tiba, mematung. Apa maksud adiknya bicara seperti itu, "lah haha gue aja baru dateng, yee stres lu" ejek Seulgi, dengan santai masuk ke dalam kamar setelah melepas sepatu. Seseorang mengikut di belakangnya. Rambut dikucir rendah, tubuhnya berbalut kaus polos biru tua.

"Ah udah cepet pesenin gojek" kata Winter sembari memasukkan berkas-berkas ke dalam tas.

Kalimat dan perilaku Winter yang tergesa-gesa membikin Seulgi panik. Ia dengan polos mengeluarkan ponsel, tangannya bergetar karena gugup, "iya bentar bentar"

"Gue anter aja.."


Hening


Mereka bertiga bertahan pada keheningan kurang lebih 5 detik. Dan akhirnya Seulgi sepakat, "nah iya sono di anter Karina aja"

Winter yang panik tak sempat menolak. Tas sudah berada di punggung. Ia segera berlari mengikuti langkah Karina untuk masuk ke dalam mobil.

Seperti yang sudah-sudah. Tak ada pembicaraan di sana. Karina fokus menyetir. Dan Winter fokus mengembalikan ingatannya tentang rumus-rumus fisika. Baru semalam ia belajar, tapi pagi itu juga ia sudah lupa. Winter adalah kita semua.

--
--
--
--
--

Badan bergetar, keringat menetes di pelipis. Kertas dicoret berkali-kali. Setiap rumus sudah dicoba, tapi tak ada satupun yang cocok dengan jawaban pada kertas soal. Winter kalang kabut. Panik setengah mati. Dalam hatinya menggerutu, ini soal apa sialan!

Kepala mendongak, kedua mata tertuju pada jam di dinding. Jarum menunjuk pada pukul 9, yang berarti waktu mengerjakan tinggal 15 menit lagi.

Otak Winter semakin kosong. Belajar rasanya percuma. Ia menjauhkan kertas coretan. Kertas jawaban ditarik. Diisi asal dengan pola sesuka hati. Winter menyerah, ia hanya bisa berdoa bahwa karangannya adalah sebuah keajaiban, sehingga menunjuk pada jawaban yang benar.

Waktu selesai. Kertas ditumpuk. Winter keluar dari ruangan. Menghirup udara dalam-dalam. Menyegarkan pikiran sebelum kembali lagi dengan neraka yang lain.

Ia terpaksa duduk di lantai karena semua kursi telah terpakai. Di sampingnya, seorang gadis berkacamata bulat sempurna sibuk membuka modul dengan tangan menggenggam ponsel. Di saat itu Winter teringat jika sedari tadi ponselnya tidak ada di saku maupun tasnya.

Mulutnya terus menggumam, di mana si hp gue anjir. Rasa gugup untuk menjalankan tes selanjutnya lenyap diganti dengan ponsel yang hilang. Selalu saja ada halangan di dalam setiap kesusahan.

"Ah setan.." ucap Winter lirih.

Ia duduk kembali. Lemas dan tak berminat membuka materi. Persetan jika ia harus ditolak lagi. Percuma juga ia belajar jika tak ada yang bisa ia kerjakan. Winter melirik ke sampingnya, ingin rasanya berkenalan, tapi semua orang sibuk pada ponsel dan buku. Maka Winter memilih melamun dan ujian segera dilaksanakan.

Nasib buruk memang kelewat baik, selalu menemani Winter di mana pun. Ia tak henti-hentinya mengutuk diri sendiri. Ujian selesai dilaksanakan. Ponsel entah di mana. Dompet tertinggal. Terpaksa, ia harus pulang berjalan kaki.

Tempat pelaksanaan tes memang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Tapi, untuk berjalan tentu saja menguras banyak tenaga. Apalagi matahari tepat di atas kepala dan hari sedang panas-panasnya.

WRONG Graduation (WinRina/JiMinjeong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang