"Claudine, sudah ibu peringatkan sejak dulu. Sekarang kamu lihat sendiri, bukan?"
Nyonya Brandt melipat tangan, menatap keluar kaca dengan kerutan di keningnya. Ia jelas tidak suka dengan apa yang di lihatnya dari jendela, gadis di luar itu -- Layla llewellyn.
Claudine hanya duduk di sofa sambil menatap ibunya dan tangannya terus merajut syal dengan tenang.
"Ibu, kita datang ke Arvis untuk membicarakan pertunangannya. Sekarang kenapa ibu malah khawatir dengan gadis itu? "
Nyonya Brandt menggelengkan kepalanya dengan heran, mempertanyakan bagaimana bisa putrinya setenang itu dalam situasi seperti ini.
"Claudine, gadis itu sudah merangkak masuk. Perlahan lahan dia akan mengenakan pakaian yang sama denganmu, atau bisa saja duduk di tempat dudukmu!"
Claudine terdiam sejenak, namun tangannya terus merangkai syal di tangannya.
Ia tau, ucapan ibunya memang ada benarnya.
Walau pada kesannya, pria seperti Matthias tidak mungkin mempertaruhkan martabatnya demi seorang simpanan, namun melihat langsung kejadian beberapa waktu lalu, Matthias mulai terang terangan menunjukkan kedekatannya dengan Layla di Arvis, membuat Claudine mulai mempertimbangkan ucapan ibunya.
Terlepas dari apakah pertunangan itu berlandaskan cinta ataupun hanya bermaksud politik, tetap saja perlakuan Matthias beberapa waktu lalu sangatlah rendah. Bagaimana bisa dia membiarkan tunangannya menunggu di Arvis sedangkan dia pergi menjemput selingkuhannya di sekolah?
Claudine menatap rajutan syal merah di tangannya dan terlintas dibenaknya. Entah mengapa, nyonya Brandt mengingatkannya pada ibu kandungnya yang sakit sakitan. Mereka sama sama mendoktrin putrinya sedemikian rupa, membuat anaknya berambisius akan sesuatu, serta hidup dalam ancaman dan ketidakpastian.
Ia meletakkan syal rajutan itu di atas meja dan berjalan mendekat, menepuk pundak ibunya.
"Ibu, saya tidak akan mengecewakan ibu. Percayalah pada putri ibu"
Claudine tersenyum, mencoba menenangkan ibunya.
Ibunya menatapnya dengan tatapan tidak percaya sebelum menghela napas panjang.
".., Baiklah Claudine "
-----------------♦
Matahari begitu terik dan Claudine berjalan di bawah payungan seorang pelayan di belakangnya, ia berencana menyambut Matthias yang akan segera pulang berburu dengan teman temannya.
Kakinya berjalan menuju taman, memilih melihat bunga di sana sebelum menyadari ada orang lain yang berbincang di sana.
"Layla, tolong jangan terlalu dekat dengan Duke Herhardt. Semua pelayan membicarakanmu di dapur.."
Claudine menaikkan alisnya, dia merasa tidak sopan untuk menguping pembicaraan para pekerja dan berniat untuk berbalik pergi sebelum terdengar lagi sepintas dari pembicaraan mereka.
"Aku merasa tidak enak dengan Lady Brandt. Beliau sudah sering datang bersama keluarga ke sini untuk perihal pertunangan, sebaiknya kamu menjaga jarak dengan Duke"
Claudine seketika menghentikan langkah kala mendengar ucapan itu.
"Kita hanya orang kecil di sini, Layla. Kamu harus sadar pada posisi, ini juga demi kebaikanmu" Ucap sosok tersebut.
Seketika Claudine membalikkan kepalanya dan melangkah ke arah pekerja yang ada di balik bunga bunga itu. Di sana dia melihat Layla llewellyn, yang menunduk malu atas ucapan pamannya itu, paman Bill yang terlihat sedang menasehatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐋𝐢𝐯𝐞 𝐚𝐬 𝘊𝘭𝘢𝘶𝘥𝘪𝘯𝘦
Fanfiction(Name) dan Lisa adalah sepasang saudara tiri yang selalu bersaing dalam segala hal. Keberuntungan dan kemudahan selalu berada pada pihak Lisa, saat (Name) lah yang harus menanggung bagian berjerih lelah. Namun, semua berubah sejak (Name) terbangun...