1

925 65 0
                                    

Yushi tidak tahu sejak kapan dunianya berubah menjadi segelap ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yushi tidak tahu sejak kapan dunianya berubah menjadi segelap ini. Hanya silau berkepanjangan yang dapat dilihatnya setiap kali membuka mata. Tidak ada lagi warna lain selain hitam dan putih dalam hidupnya. Padahal dulu Yushi senang sekali melihat berbagai macam warna yang berkeliaran setiap kali ia memandang.

Namun, semenjak kecelakaan yang ia alami beberapa tahun lalu membuatnya kehilangan kesempatan itu lagi. Dunia Yushi mendadak gelap, matanya hanya akan sakit dan berdarah jika terlalu lama dibuka. Bahkan, Yushi sudah tidak dapat merasakan apapun pada kelopaknya. Apakah dia sudah berkedip atau belum?

Kemampuan Yushi untuk melihat menghilang, bersamaan dengan ayah dan ibunya yang juga menghilang. Yushi tidak tahu ke mana mereka, orang-orang bilang mereka hanya sedang bekerja. Tapi, mengapa Yushi merasa bahwa keduanya sudah tidak ada lagi?

Ia sendirian. Menjalani hidup yang hanya berpatokan dengan sebuah tongkat pemandu jalan.

Yushi mengayunkan tongkatnya ke seluruh sisi di depan. Anak itu sedang berjalan-jalan sore, menikmati dinginnya angin sore yang ia tebak sedang mendung. Bibir keringnya bergerak, menciptakan senyum tipis ketika didengarnya suara anak-anak yang sedang bermain.

Tongkatnya ia gerakan untuk mencari sebuah bangku taman yang ia ingat berada di dekat ia berdiri saat ini. Dan ketika ia menemukannya, dengan hati-hati Yushi berusaha untuk duduk di bangku itu. Tongkatnya ia letakkan di sebelahnya, membuat tangan lentiknya menjadi kosong dari genggaman.

Sebenarnya sangat berat bagi anak itu untuk menerima keadaannya saat ini. Namun, ia masih merasa bahwa dirinya harus bersyukur karena masih diberikan nyawa. Setidaknya ia masih bisa menikmati angin sore, meskipun sudah tidak bisa lagi mengagumi langitnya.

"Permisi, saya boleh duduk di sini?"

Suara lembut dari seorang perempuan mengalun hingga ke rungu Yushi. Laki-laki itu hanya mengangguk, mempersilakan perempuan itu untuk duduk setelah ia menggeser tongkatnya.

Perempuan itu terdengar diam. Tidak ada ucapan atau obrolan basa-basi yang ditujukan padanya. Yushi merasa lega, setidaknya dia tidak harus berpura-pura ramah pada orang asing.

Yushi kembali pada kenyamanannya. Matanya ia tutup, karena sudah merasa terlalu silau dan kepalanya mulai pening menerima cahaya dari luar. Jadilah laki-laki itu menyandarkan punggungnya di bangku taman, sebelum akhirnya ia mendengar sebuah isakan yang lolos dengan jelas.

Yushi bingung bukan main. Ternyata, perempuan yang duduk di sebelahnya bukan diam, melainkan menangis. Membuat Yushi merasa sedikit panik, takut jika ternyata taman itu ramai dan akan ada orang yang melihat keduanya. Yushi takut kalau-kalau ia dituduh membuat perempuan ini menangis.

"Mbak, mbak gak apa-apa?" tanya Yushi penuh kehati-hatian.

Anggap saja Yushi sedang berimajinasi, tapi laki-laki itu sedang meyakini bahwa perempuan itu menggelengkan kepala. Suara isakan dari perempuan itu masih ada, namun terdengar begitu lirih dan pelan. Wah, Yushi jadi takut sendiri kalau ternyata yang duduk di sampingnya bukanlah manusia.

Blind StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang