28: Flashback Moment

131 24 3
                                    

Fukui, 15 tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fukui, 15 tahun yang lalu.

Hari itu, Riku terlihat begitu senang ketika akhirnya sang ibu pulang setelah sekian lama. Ia sangat rindu dengan ibunya, karena terakhir kali ia bertemu sang ibu adalah seminggu yang lalu.

Riku masih berusia 6 tahun ketika kaki kecilnya yang sibuk berlari akhirnya berhenti di anak tangga terakhir rumahnya. Matanya yang semula berbinar senang perlahan mengernyit dan memandang bingung sekumpulan orang yang berdebat di ruang tamu.

Di sana sudah berdiri sang Ayah yang memandang ibunya yang bersimpuh dengan penuh amarah. Sedangkan di samping sang Ibu, Riku melihat wajah yang asing. Seorang anak laki-laki yang sepertinya beberapa tahun lebih tua darinya terlihat berdiri di sana. Ia menenteng sebuah tas yang cukup besar di kedua tangannya.

"Siapa yang mengizinkanmu membawa anak ini ke rumahku, hah?!" bentak sang kepala keluarga pada istrinya yang hanya diam bersimpuh.

Suasana itu berhasil membuat Riku terkejut bukan main. Ia tidak mengerti dengan apa yang terjadi, mengapa ayahnya sangat marah? Padahal biasanya ayahnya itu selalu bersikap lembut dan manis pada ibunya.

"Sudah tidak ada lagi yang mengurusnya. Ayahnya sudah meninggal beberapa hari yang lalu," lirih wanita yang masih bersimpuh itu.

Ia tatap suaminya dengan tatapan memelas. Meminta izin agar ia bisa membawa anak laki-laki yang ada di sampingnya untuk hidup di rumah yang sama. "Aku mohon, izinkan dia tinggal bersama kita. Izinkan dia tinggal di dekatku."

"Persetan dengan ayahnya yang mati dan tidak ada yang bisa mengurusnya. Aku tidak sudi membawa masuk sampah sepertinya!"

"Suamiku, aku mohon. Aku mohon biarkan aku mengurusnya di rumah ini. Dia juga putraku, sama seperti Riku, anak kita."

Riku yang masih diam di tempatnya berdiri cukup kaget mendengar ucapan sang Ibu. Mungkin terasa aneh jika seorang anak yang masih kecil memahami bahwa ibunya memiliki anak selain dirinya. Tapi, Riku tidak memiliki pemikiran buruk saat itu. Ia malah senang karena dirinya akan memiliki teman bermain ketika ayah dan ibunya sibuk bekerja.

"Jangan kau bawa-bawa putraku dan menyamakannya dengan anak harammu itu! Riku terlalu berharga untuk disamaratakan dengan anak lusuh ini."

Sang istri berangsur mendekati kaki suaminya. Ia memeluk kaki itu dengan tangisnya yang mulai runtuh. Membuat dua anak laki-laki yang melihat itu terkejut. Riku ingin mendekati ibunya, namun melihat ayahnya yang marah membuat anak kecil itu takut untuk mendekat.

"Aku mohon, suamiku. Biarkan aku mengurusnya. Biarkan aku mengurus anak-anakku bersamaan, suamiku," pinta sang istri yang masih memeluk kaki suaminya.

Melihat bagaimana sang istri yang memelas dan memohon sebegitunya, sang suami akhirnya menghela napasnya pasrah. Ia lepas paksa pelukan sang istri dengan mendorongnya kuat, membuat wanita itu terjerungup ke lantai.

Blind StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang