"Pada akhirnya, tirai tertutup. Pemeran harus menunduk."
— Nadin Amizah —————————————————————————
Butuh waktu yang lama bagi setiap manusia untuk memeluk dirinya sendiri. Berlari dari keterpurukan yang mengejar setiap detiknya, membuat kaki lemas dan sekujur tubuh luka akibat terpelanting berkali-kali. Mengejar cahaya yang hanya setitik di ujung sana, mencoba untuk tidak lagi dipeluk oleh kegelapan dan rasa hampa.
Semua perjuangan tentang bertahan hidup adalah aktivitas yang dilakukan oleh manusia setiap menitnya. Mencoba untuk tetap berdiri meskipun tanah hanya sisa setapak. Mencoba untuk tidak goyah, padahal kaki sudah ditabrak ombak ribuan haksa. Manusia tetap berusaha agar hidupnya bisa bertahan, setidaknya sampai semua asa mereka tersampaikan.
Begitu pulalah yang anak laki-laki itu lakukan. Butuh waktu yang tidak sebentar dan usaha yang tidak sederhana untuk Yushi bisa berdiri di sana. Di depan sebuah ruang rawat yang di dalamnya terdengar ramai.
Tengah malam itu, dengan penuh gelisah dan hasrat yang terburu-buru, Yuta mengetuk pintu kamarnya. Laki-laki itu membangunkan Yushi dan menariknya paksa untuk pergi. Awalnya ia tidak tahu ke mana pria itu akan membawanya, hampir terpikirkan oleh Yushi bahwa Yuta ingin menculiknya dari Hana. Tapi, ketika mendengar sirine ambulans yang menderu kencang, barulah Yushi sadar ke mana ia diajak.
Kakinya tidak semena-mena masuk ke ruangan itu meskipun sudah berkali-kali Yuta mendorongnya. Yushi tidak ingin beranjak lebih jauh. Suasana di dalam sana menakutkan. Ia takut dengan kenyataan apa yang akan menyambanginya di dalam sana. Yushi takut.
Cahaya kecil baru ia sentuh seujung kuku. Masih hangat ia merasakan sebuah penerimaan, tidak baik rasanya jika semua itu harus lenyap secepat ini. Yushi masih ingin merasakannya untuk sedikit lebih lama, meskipun hanya semenit.
Suara decitan pintu yang terbuka membuat Yushi yang sejak tadi menunduk akhirnya mengangkat kepala. Mata kosongnya bergerak ke kanan dan kiri, seolah mencari orang yang baru saja keluar dari pintu itu.
Pundaknya memberat, seseorang telah menjatuhkan kepalanya di sana. Membuat Yushi akhirnya mengetahui siapa yang keluar dari ruangan itu dan menghampirinya.
"Riku..."
Hanya anggukan singkat, tapi Yushi seolah sudah paham dengan semua yang terjadi di dalam sana. Membuat tubuhnya kaku seketika dan jantungnya melemas. Rasanya seperti jiwanya disedot habis-habisan.
"Maaf."
Untuk sesaat, hanya hening dan dingin yang menyapa. Keduanya terpuruk bersama. Mereka kaku dan jatuh untuk sebuah kenyataan kelam yang menghampiri mereka tanpa aba-aba. Bahkan setelah indah dan bahagia yang baru saja mereka cicipi dalam hidup. Sebuah penerimaan dari seseorang yang tidak sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Star
FanfictionSejak kecelakaan yang merenggut penglihatannya, dunia Yushi mendadak berubah. Ia dibanjiri oleh perasaan kasihan oleh orang-orang. Yushi lelah dengan pandangan iba yang selalu mengarah padanya. Ia hanya ingin hidup normal. Tanpa iming-iming dan pand...