34

144 24 4
                                    

Langkah Riku rasanya begitu berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Riku rasanya begitu berat. Dengan tangan yang ia sembunyikan di saku celana, pemuda itu hendak menyusul kekasihnya yang saat ini ada di taman rumah sakit. Bercanda dengan seorang pemuda yang Riku selalu inginkan tempatnya diam-diam.

Di tengah perjalanannya, Riku tiba-tiba saja berhenti di depan sebuah lorong yang terdapat beberapa poliklinik. Dan mata kucingnya dengan lurus menatap pada salah satu pintu yang di atasnya terdapat tulisan "Poli Onkologi" yang menggantung.

Dan tiba-tiba saja, ingatannya terjerumus pada salah satu memori yang membuat Riku tersenyum miris.

*****

Ayana baru saja keluar dari poli untuk melakukan pemeriksaan terhadap tubuhnya. Namun, ketika ia berbalik, gadis itu nampak cukup terkejut karena mendapati Riku, laki-laki yang menjadi tunangannya sejak lima bulan yang lalu sudah berdiri di depannya.

Pandangan pemuda itu nampak sangat dingin, membuat Ayana merasa terpojok hanya karena tatapannya yang tidak pernah bersahabat.

"Kamu menungguku?" tanya Ayana dengan suara yang begitu pelan.

"Menurutmu?"

Ayana mendongak, menatap Riku yang sedikit lebih tinggi darinya. Senyum kecil nampak terukir perlahan dari bibir gadis itu. "Terima kasih sudah menungguku."

"Jangan terlalu percaya diri. Aku hanya terpaksa," ucap Riku dengan pandangan teramat sinis sebelum akhirnya pemuda itu berbalik dan berjalan perlahan. Meninggalkan Ayana yang mulai melunturkan senyumnya.

Ayana menyusul Riku dengan sedikit berlari. Berkali-kali gadis itu mencoba menyamakan langkah kecilnya dengan langkah Riku yang besar dan cepat. Membuatnya merasa kelelahan sendiri karena memang saat itu tubuh Ayana sedang tidak sebaik biasanya.

"Riku, bisakah kamu berjalan sedikit lebih pelan? Aku...aku kelelahan," pinta Ayana dengan menahan lengan baju milik Riku, menbuat tunangannya itu berhenti dan berbalik ke arahnya.

Pandangan Riku nampak semakin sinis, membuat Ayana lagi-lagi menunduk karenanya. Gadis itu terlalu takut dengan pandangan yang menatapnya seolah ia adalah beban bagi Riku.

"Menyusahkan."

Dengan kasar Riku melepaskan tangan Ayana pada lengan bajunya. Tanpa mewujudkan permintaan kecil tunangannya, Riku justru berjalan kembali dengan langkah yang sama. Ia tinggalkan lagi Ayana yang hanya menatapnya dengan pandangan sendu.

*****

Hela napas yang teramat berat mengudara dari bilah manisnya. Riku tersenyum miris ketika kepalanya berhasil memutar ingatan dirinya dan Ayana. Gadis yang selalu ia anggap merepotkan di masa lalu. Gadis yang selalu membuatnya mendadak membenci semua kegiatan jika dilakukan bersama gadis penyakitan itu.

"Brengsek," umpat Riku untuk dirinya sendiri.

Tanpa mau berlama-lama mengutuk dirinya, Riku kembali melanjutkan langkah kakinya. Hingga suara langkah kaki yang terkesan terburu-buru ia dengar ketika berada di dekat meja resepsionis.

Blind StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang