Sudah lama Yushi tidak merasakan perasaan hangat di dalam hatinya. Selama bertahun-tahun, yang ada di dalam benak anak itu hanya perasaan sendu dan sepi. Dirinya hanya bisa menolak banyak kehadiran dan kehangatan yang datang padanya selama hampir lima tahun penuh.
Kasih sayang dari Hana, neneknya, mungkin bisa membuatnya merasa senang sesekali. Namun, perasaan itu hanya sementara. Hampa masih sering hinggap di benaknya setiap kali ia sendirian. Kalaupun bertemu dengan orang selain Hana, maka yang Yushi rasakan hanyalah sebuah iba yang diagung-agungkan.
Semua orang yang ia temui selalu mengatakan bahwa mereka mengasihani Yushi. Mereka bilang bahwa dirinya sangat menyedihkan. Sudahlah buta, orang tuanya juga menghilang entah ke mana.
Menyedihkan sekali, bukan?
Namun, semenjak kehadiran tidak terduga dari Ayana, perasaan-perasaan sepi itu perlahan memudar. Diganti dengan kehangatan yang hadir secara bertahap, tidak terlalu memaksa. Perasaan yang diberikan secara hati-hati oleh gadis itu agar selalu membuat Yushi nyaman.
Seperti sekarang, gadis yang sibuk mengoceh itu memberikan ramai pada hidup Yushi yang sepi.
Di temani dengan kue-kue kering buatan Arini, dua remaja itu nampak asik duduk berdua di halaman belakang. Hanya berlapiskan tikar bambu, keduanya duduk lesehan di atas tanah. Tepat di bawah pohon rambutan yang cukup rimbun daunnya.
"Oh iya, aku juga pernah tahu hilang di pantai," aku Ayana sembari tertawa kecil.
Pengakuan yang membuat Yushi melebarkan sedikit matanya tanpa sadar. Terkejut. "Kok bisa?"
"Entahlah, aku sudah sedikit lupa. Tapi kata ibu, itu karena aku asik berlarian dan main ke sana-sini. Terus, aku ketemunya di atas sampan nelayan, ketiduran karena capek, hahaha," gelak Ayana yang membuat Yushi juga tertawa kecil.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya. "Untung ketemu, ya."
Ayana mengangguk, gadis itu menggigit kue kering di tangannya. Mengunyahnya dengan khidmat, membiarkan rasa manis dari kue itu pecah di mulutnya.
Yushi hening. Ia masih sama, tidak banyak berbicara dan lebih sering mendengarkan cerita-cerita random dari Ayana. Anak itu hanya lupa caranya mengekspresikan diri setelah bertahun-tahun mengunci dirinya sendiri dalam ketakutan.
Berbeda dengan Ayana yang senang karena akhirnya ia memiliki teman untuk berbagi segala ceritanya. Karena selama hidupnya yang dicap hanya sebentar itu, ia sama sekali tidak bisa mengungkapkan banyak cerita pada seorang teman. Sehingga kehadiran Yushi sebagai pendengar yang baik sangat ia syukuri.
"Ayana, kamu pernah punya mimpi?"
Gadis yang sibuk mengunyah kue kering itu menoleh. Menatap tepat di netra kosong milik Yushi. Sambil berdeham, Ayana mengangguk. "Pernah."
"Apa itu?"
"Hidup normal."
Yushi diam, anak itu tidak langsung membalas jawaban Ayana. Dan seakan-akan mendukung suasana, angin mulai bergerak halus ke wajah keduanya. Memberikan sensasi yang cukup serius di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Star
FanfictionSejak kecelakaan yang merenggut penglihatannya, dunia Yushi mendadak berubah. Ia dibanjiri oleh perasaan kasihan oleh orang-orang. Yushi lelah dengan pandangan iba yang selalu mengarah padanya. Ia hanya ingin hidup normal. Tanpa iming-iming dan pand...