25

172 28 4
                                    

Yushi hanya diam di ruangan yang dingin itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yushi hanya diam di ruangan yang dingin itu. Ia duduk di sana dalam senyap yang begitu menyedihkan. Di genggamannya sudah ada tangan Ayana yang terbebas dari jeratan selang infus. Sedangkan di sampingnya, ia mendengar bunyi mesin EKG yang nyaring.

Ayana sudah dipindahkan ke ruangan ICU untuk dipantau dan ditangani lebih lanjut sesaat setelah Riku keluar dari ruang kemo. Dan seperti ucapan pemuda itu, Yushi diizinkan untuk menemui Ayana. Meskipun lelaki itu hanya memberinya waktu lima belas menit saja.

"Hei, aku sudah menepati ucapanku, 'kan? Aku menunggumu sampai kamu keluar dari ruangan kemo," ucap Yushi yang ia sendiri tidak yakin apakah Ayana mendengarnya.

"Tapi, kenapa kamu malah keluar dengan keadaan begini, Na?" lirihnya sendu.

Yushi memang tidak bisa melihat bagaimana keadaan Ayana dengan pasti saat ini. Namun, dari banyaknya suara mesin yang ia dengar membuat Yushi tahu bahwa temannya itu sedang tidak baik-baik saja. Ia sedang berjuang lebih keras dari hari biasanya. Dan, Yushi berdoa semoga gadis itu bisa melewati masa kritisnya.

Dengan erat, ia genggam tangan kurus dan dingin itu. Ia bawa untuk diletakkan di pipinya yang sedang hangat. Mencoba memberitahu bahwa Ayana tidak sendirian meskipun saat itu gadis itu sedang berjuang atas dirinya.

"Cepat bangun, Na. Cepat panggil aku lagi."

Laki-laki itu memejamkan matanya, turut berdoa bersama angin yang berhembus lembut dari air conditioner. Untuk kesekian kalinya setelah bertahun-tahun, Yushi meminta permintaan baik pada Tuhan.

Anak itu meminta agar temannya diberi kesehatan. Ia meminta agar dirinya diberi lebih banyak kesempatan untuk bersama Ayana. Ia meminta untuk terus bisa bergurau dan mendengar suara tawa gadis cantik ini.

Tidak banyak yang Yushi mau untuk kali ini. Ia hanya mau temannya segera bangun, segera membalas jika ia berbicara. Seperti biasa gadis itu bercengkrama dengannya, membahas banyak hal dengan ceria.

Hening menimpa ruangan itu. Yushi yang memang tidak sering berbicara membuat ruangan itu hanya berisik suara mesin. Dan saat-saat itulah yang membuat Yushi selalu merindukan tawa Ayana. Kepalanya seketika diisi oleh suara tawa yang berbinar dari gadis itu. Juga khayalnya yang selalu menduga-duga bagaimana wajah itu terpahat.

"Waktumu habis."

Yushi melepaskan genggamannya pada tangan Ayana. Ia juga berdiri, membiarkan Riku yang duduk menggantikan dirinya di sana. Dalam posisi ini, Yushi jadi menyadari sejauh apa tingkatan antara dirinya dengan Riku. Dan hal itulah yang membuat Yushi tidak ingin berharap lebih, meskipun sekarang ia sadar bagaimana perasaannya memandang Ayana.

Riku tidak mengucapkan hal lain selain mengingatkan bahwa waktu yang ia berikan untuk Yushi sudah habis. Perasaannya sedang tunggang langgang saat ini, sulit baginya untuk mencerna situasi yang terlalu tiba-tiba ini. Gadisnya yang dinyatakan koma tanpa tahu kapan sadarnya membuat Riku jatuh seketika.

Blind StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang