Yushi mendengar suara yang tadi memanggilnya. Yushi juga tahu tentang pertengkaran antara Ayana dengan tunangannya yang menggema dari lorong yang cukup jauh darinya. Suara teriakan mereka yang besar terdengar di sepanjang area poliklinik, jadi mustahil bagi Yushi untuk tidak mengetahui itu.
Ia ingin sekali menghampiri Ayana, menyelamatkan gadis itu dari suasana yang buruk. Juga melindunginya dari tatapan orang-orang yang pasti membuat risih. Namun, ia tidak bisa. Ia tidak bisa membantu ketika Yuta, orang yang menemaninya hari ini mengatakan bahwa gadis itu sudah berlari entah ke mana.
Yushi ingin mengejar, namun sial ketika namanya malah dipanggil untuk melakukan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan kedua di hari itu ia lakoni dengan perasaan khawatir.
Dua hari ia tidak bertemu Ayana, sekalinya ingin bertemu ia malah mendengar kejadian yang tidak mengenakkan.
"Yushi, apa ada masalah?" tanya Julia ketika ia melihat bagaimana netra kosong itu bergerak tak karuan.
Mungkin Yushi tidak menyadarinya, karena anak itu memang sudah lama tidak merasakan apapun terjadi di matanya. Namun, netra coklatnya yang kosong terlihat bergetar. Dan, Julia tahu bahwa itu adalah raut kekhawatiran.
"Tidak ada apa-apa," jawab Yushi seadanya. Ia ingin pemeriksaan ini cepat selesai, ia ingin segera bertemu Ayana. Memeriksa keadaan gadis itu.
Julia melihat pada Yuta yang juga memberikan gelengan kepala padanya. "Baiklah, kalau begitu coba untuk fokuskan diri pada matamu. Saya akan mengarahkan sinar merah ke sana."
Yushi menurut. Untuk ke sekian kalinya, ia mencoba fokus dan melihat sinar yang Julia katakan. Namun, sekeras apapun Yushi mencoba, sinar itu tak kunjung terlihat. Yang ada hanyalah rasa sakit karena matanya terlalu lama dibuka dan terpapar sinar lampu.
Senyum miris tercipta di bibirnya. Sudah bertahun-tahun dan hasilnya tetap sama. Yushi jadi ragu kalau-kalau operasi pun tidak akan menghasilkan apa-apa baginya.
Melihat senyuman itu, Julia menurunkan senter kecilnya. Raut wajah yang tadi begitu fokus dan cermat mulai berganti dengan sendu. Julia tidak mengasihani Yushi, ia hanya merasa gagal.
Sudah banyak terapi dan perawatan yang ia berikan pada pemuda itu. Sudah banyak juga yang ia lakukan selama setahun ini demi kesembuhan Yushi. Namun hasilnya selalu nihil. Mata itu seakan-akan tidak ingin berfungsi lagi.
"Sama saja, ya?" tanya Julia dengan nada yang begitu rendah.
Yushi mengangguk, senyumnya terpatri begitu tipis. "Iya, sama saja."
Yuta yang menunggu di sana mulai mendekat. Ia duduk tepat di sebelah Yushi yang sudah selesai dengan pemeriksaannya.
"Sudah saya katakan, bukan? Ini semua percuma."
"Tidak ada yang percuma, Yushi. Kita mungkin hanya harus menunggu sedikit lebih lama," sela Yuta yang dibalas tawa geli dari Yushi.
"Harus selama apalagi saya menunggu, Yuta-san?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Star
FanfictionSejak kecelakaan yang merenggut penglihatannya, dunia Yushi mendadak berubah. Ia dibanjiri oleh perasaan kasihan oleh orang-orang. Yushi lelah dengan pandangan iba yang selalu mengarah padanya. Ia hanya ingin hidup normal. Tanpa iming-iming dan pand...