🌪BAB 12 : Abang⛰️

672 38 2
                                    

~°•×Happy Readingו°~

>>Tandai Typo!<<

𝕵𝖆𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖑𝖚𝖕𝖆 𝖙𝖊𝖐𝖆𝖓 𝖇𝖎𝖓𝖙𝖆𝖓𝖌𝖓𝖞𝖆!!

*

*

*

*

*

*

*

Menit berganti jam, jam berganti hari, tak terasa sudah lima hari lamanya Aurel terkurung di ruangan sempit itu. Entah sampai kapan Rio akan mengurungnya, yang pasti perasaan Aurel tidak enak mengenai mimpi-mimpi yang akhir-akhir ini menghantui.

Mimpi mengerikan yang bahkan Aurel sendiri pun tidak ingat. Ralat, berusaha agar tidak mengingat. Aurel bahkan tidak ingin tidur demi tidak memimpikan hal yang sama berulang kali.

Perut Aurel berbunyi menandakan anak-anaknya sedang berdemo meminta makan, Aurel menatap ke arah nakas yang terdapat sebuah nampan berisikan makanan. Berdecih, dengan terpaksa Aurel memakan makanan tersebut. Sebisa mungkin Aurel menahan agar tidak mual, makanan yang ia makan selalu terasa hambar setiap harinya, tentu saja ini sebagai bentuk hukuman untuknya dari Rio.

Selesai makan, Aurel meminum susu vanilla hingga tersisa setengah. Kemudian, Aurel berjalan ke arah sofa di depan televisi lalu menyalakan benda elektronik itu.

🌪.......⛰️

Mari kita beralih pada lingkungan sekolah, tempat di mana Rio menimba ilmu. Saat ini Rio tengah berada di taman belakang sekolah, di salah satu tangannya terdapat sebuah pisau lipat yang Rio mainkan dengan santai tanpa memikirkan bahwa pisau itu bisa saja melukainya.

Melihat seekor tikus tanpa dasi, Rio langsung melempar pisau di tangannya tepat mengarah pada tikus tanpa dasi tersebut. Seketika darah mengalir dari tubuh si tikus hingga hewan favorit kucing itu kehilangan nyawa. Kaki Rio berjalan mendekati hewan tak bernyawa itu lalu mengambil pisau yang ia lempar tadi.

"Calon koruptor harus dibasmi, bukan?"

Senyum Rio terbit, namun bukannya terlihat tampan malah terlihat mengerikan. Tanpa perasaan Rio mengelupas kulit si tikus, setelah menguliti si tikus, kini Rio beralih mencongkel kedua bola mata hewan kecil di depannya.

Tatapan Rio terlihat jijik menatap kedua bola mata yang baru saja ia congkel. "Mata tikus berdasi lebih baik daripada tikus yang tak berdasi ini."

Membuang kedua kelereng kecil itu ke sembarang arah, Rio beralih memotong alat reproduksi tikus jantan itu dan setelahnya Rio membedah perut si tikus. Rio langsung menusuk organ-organ si tikus dengan brutal, ia tidak memedulikan wajah dan seragamnya yang sudah terkena darah dari hewan kecil di depannya.

Rio tersenyum puas menatap hasil karyanya. Tikus yang tak bersalah itu kini sudah tidak berbentuk lagi, organ dalamnya sebagian sudah hancur akibat tusukan Rio, kedua bola mata yang hilang, dan darah di mana-mana.

"Para tikus berdasi itu pasti akan senang mendapat hadiah seperti ini, 'kan?"

Senyum mengerikan terbit di bibir Rio kala membayangkan raut wajah para sampah yang ada di kantornya ketika mendapatkan hadiah darinya. Rio tidak sabar menghancurkan organ yang sudah pasti menghitam akibat kebanyakan dosa itu.

Transmigrasi: The ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang