🔥BAB 13 : Takut❄

631 32 3
                                    

~°•×Happy Readingו°~

>>Tandai Typo!<<

𝕵𝖆𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖑𝖚𝖕𝖆 𝖙𝖊𝖐𝖆𝖓 𝖇𝖎𝖓𝖙𝖆𝖓𝖌𝖓𝖞𝖆!!

*

*

*

*

*

*

*

Akhirnya setelah satu Minggu Aurel terkurung dalam ruangan sempit itu, Aurel terbebas. Setidaknya dari ruangan sempit tersebut, meski sejujurnya Aurel sangat ingin bebas dalam hal lain juga.

Sekarang ini gadis bermata coklat madu itu tengah memakan buang mangga yang sudah dipotong dadu, matanya fokus menonton kartun keluaran negara tetangga di depannya. Suara langkah kaki tidak membuat Aurel mengalihkan pandangan, lagipula ia sudah tahu siapa yang berjalan, sudah pasti itu Rio. Tidak ada yang boleh memasuki kamarnya sesuka hati, tentu saja pengecualian untuk Rio.

Aurel mengernyit risih kala Rio memeluknya dari samping, ia berusaha melepaskan pelukan itu namun Rio malah semakin mengeratkannya. Tatapannya menajam melihat Aurel yang mengabaikan dirinya.

"Nava, jangan abaiin aku."

Nada merengek dari Rio nyaris membuat Aurel tersedak. Kedua mata kembar milik Aurel menatap Rio tidak percaya, wah, sepertinya ada yang salah dengan pendengarannya. Mana mungkin Rio si antagonis pria ini merengek padanya, sungguh tidak bisa dipercaya.

Kesal karena rengekannya diabaikan, Rio menggigit leher putih sang kembaran dengan kuat hingga di empunya memekik. Dorongan kuat di bahu Rio rasakan, senyum tipis terbit melihat tatapan kesal Aurel padanya.

"Sakit, woi! Awas aja kalo sampe merah."

Setelah mengatakan hal itu Aurel kembali fokus pada kartun dengan anak laki-laki bernama Boboiboy sebagai pemeran utamanya membuat Rio menggeram rendah.

Dia tidak suka diabaikan, terlebih oleh Aurel.

"Sekali lagi kamu ngabaiin aku, jangan salahim aku kalo kamu ga bisa ngelihat lagi ke depannya."

Ancaman dari Rio mampu membuat tubuh Aurel menegang, seketika ingatan saat dirinya melihat kekejaman Rio menghasilkan keringat sebesar biji jagung di dahinya. Ia takut, terpaksa ia menoleh kaku menatap Rio sembari menyengir.

"Jangan pake anceman, dong. Sini, tidur di sini." Aurel menepuk pahanya meminta Rio untuk berbaring dengan pahanya sebagai bantalan.

Rio tersenyum tipis, dirinya pun merebahkan diri di paha sang kembaran lalu menyembunyikan wajahnya di perut Aurel. Kedua mata Rio terpejam menikmati elusan Aurel pada kepalanya.

"Sebentar lagi peringatan hari kematian Daddy sama Mommy, lo tetep ga mau pergi ke sana?" Sembari terus mengelus kepala Rio, Aurel bertanya.

Dapat Aurel rasakan tubuh Rio menegang, lalu tak lama gerakan gelengan menjadi jawaban Rio atas pertanyaan Aurel. Senyum miris terbit di bibir Aurel, meski sudah berkali-kali, tapi tetap saja Aurel kecewa dengan jawaban Rio.

Dari dulu, setiap kali Aurel mengajak Rio untuk berziarah ke makam kedua orang tua mereka, Rio selalu saja menolak dengan wajah datar. Entah apa alasan Rio tidak ingin berziarah ke makam mereka.

Transmigrasi: The ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang