4. Hari pertama

1.8K 137 3
                                    

Junkyu terbangun dikala manik indahnya yang awalnya tertutup itu kini terkena cahaya dari sang mentari yang kini menggantikan tugas dari sang rembulan untuk bertugas menyinari bumi.

Keningnya mengernyit sakit,  ia memegang kepalanya yang berdenyut - denyut sakit.  Ia memegang kepalanya,  namun sedetik kemudian tubuhnya bergetar kesakitan.

Ingin bangun,  namun pergerakan nya tertahan sebab rasa nyeri di area pinggang dan lubangnya.  Juga satu tangan kekar yang menahan pinggang rampingnya itu.

Membuatnya menoleh dan pipi gembilnya yang kini nampak merona bak buah persik yang baru saja matang.

" Tampan.  "  batin Junkyu.

" Tidak usah menatapku seperti itu, bangun. " ucap nya dingin namun dengan nada yang serak.

Manik Haruto menatap datar ke arah Junkyu yang mengerjap - ngerjapkan manik bundarnya itu secara perlahan.

Sret!

" Akh! Hiks.. " pekik Junkyu diiringi tangisannya yang seketika keluar.

Bagaimana tidak menangis,  jika ia saja didorong oleh sang suami dari atas tempat tidur hingga ke permukaan lantai.  Bahkan yang bertemu dengan permukaan kasar itu adalah pantatnya yang telah berhasil digempur oleh suaminya.

" hiks.. " tangis Junkyu pun kian terdengar semakin keras,  ia menangis sesegukan.

Sedangkan Haruto hanya diam dan beranjak bangkit dari tempat tidur dan berjalan santai melewati istri kecilnya itu ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang terasa lengket.

Meninggalkan Junkyu yang berusaha bangun dari jatuhnya itu.

~

Beberapa menit kemudian,  nampak Haruto yang keluar dengan handuk yang melilit dari pinggang hingga ke lututnya.

Memperlihatkan bisep gagahnya dan perut kotak - kotak miliknya yang terlihat menggugah iman para kaum submissive dan kaum hawa yang melihatnya.

Namun berbeda dengan Junkyu,  nampaknya si manis terlihat sibuk berusaha untuk berdiri. Membuat Haruto memutar bola matanya malas. 

Haruto kemudian tanpa aba - aba berjalan ke arah Junkyu yang berjalan secara tertatih - tatih itu,  kemudian menggendong si manis tanpa aba - aba sedikit pun. 

Membuat Junkyu terpekik kecil dan refleks memegang erat leher dari sang suami, sedangkan Haruto yang melihatnya itu pun tak peduli dan berjalan santai masuk kedalam kamar mandi dengan Junkyu yang berada di dalam gendongannya.

Haruto menurunkan Junkyu di bak mandi,  lalu ia malah ikut masuk kedalam bak mandi yang sudah terisi dengan air hangat.

" Ha-haru.. " cicit Junkyu dengan tubuhnya yang bergetar.

Haruto menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya,  namun sedetik kemudian ia pun paham dengan reaksi yang diberikan oleh Junkyu padanya.

Seringai timbul di wajah tampannya bak dewa Yunani itu,  kemudian tanpa aba - aba Haruto melumat bibir Junkyu dengan kasar. 

" Mphh..  " lenguh Junkyu.

Junkyu tanpa sadar memegang punggung dan bahu lebar sang dominan. Manik bundarnya kini berkaca - kaca dan akhirnya mengeluarkan air mata. 

Ciuman itu pun terlepas,  memperlihatkan benang saliva yang saling menjuntai dari mulut keduanya. 

Junkyu melenguh dengan raut wajah yang menghirup rakus udara disekitar karena ciuman kasar sang suami lakukan.

Dada si manis dipermainkan oleh sang dominan membuat si manis menangis sesegukan dan memberontak kecil berusaha melepaskan diri dari sang suami.

Terlihat disana,  kilatan yang berasal dari manik tajam seorang Watanabe Haruto. Dengan suara rendahnya yang berbicara hina diikuti bulir air mata semakin deras keluar dari binar si submissive yang memberontak.

" Lanjutkan tugas mu.  Anjing pintar. "

~

Selepas melakukan adegan intim selama tiga ronde di dalam kamar mandi dan juga di kasur,  kini Junkyu telah dibersihkan dan tidur dikamar yang sudah dibersihkan oleh Haruto sendiri. 

Dan saat ini si manis terlihat tertidur hanya memakai kemeja putih tanpa bawahan dan hanya diselimuti oleh selimut tebal.

Tubuh si manis juga terasa agak hangat,  mungkin hanya kelelahan. 

Dan kini Haruto sudah rapi dan setelan kerajaan kebanggaannya.  Ia akan memulai sarapan pagi di meja makan bersama dengan keluarga inti.

Menatap sekilas ke arah sang istri mungilnya,  Haruto kemudian pergi.

Ceklek!

Pintu tertutup,  bertepatan dengan isakan Junkyu dan bulir air mata yang berusaha ia tahan itu kini meluncur bebas membasahi wajah ayunya.

~

" Haru?  Dimana istrimu?  " tanya Lisa pada sang anak.  Karena tak melihat keberadaan Junkyu yang ada di meja makan.

Sedangkan sang kakek hanya diam dan menyesap teh herbalnya secara perlahan dan tenang. 

Haruto duduk di salah satu kursi di meja makan itu,  ia menatap sang ibu lalu menganggukkan kepala pelan dan mengucapkan kata terimakasih karena sang ibu menyediakan dirinya sepiring sarapan pada pagi hari ini.

" Hm..  Junkyu sedang istirahat dia sedang tidak enak badan. " ucap Haruto tenang.

Lisa menaikkan alisnya dan menatap si anak semata wayangnya itu dengan pandangan selidik sedangkan sang kakek nampak hanya mengangguk - anggukkan kepalanya mendengar jawaban sang cucu yang merupakan hal biasa yang dilakukan oleh pasangan yang baru saja menikah.

Beberapa detik menatap selidik ke arah anak semata wayangnya,  akhirnya Lisa paham dan menghela nafasnya perlahan.

" Jangan membuatnya hamil dalam waktu dekat. Kau tahu bukan,  Junkyu masih remaja yang menempuh pendidikan di Academy? " tanya Lisa

" Tentu, aku mengetahuinya. Tapi apa masalahnya.  Jika dia hamil aku bisa menyewa pengajar dari Academy untuk dia belajar setiap harinya. " tukas Haruto tenang.

Sedangkan Lisa mendengus malas,  ada saja jawaban anak ini.  Pikirnya.

" Sudah - sudah,  sebaiknya ayo kita mulai sarapan pagi hari ini.  Dan Haruto jika memang istrimu masih ingin beristirahat,  bangunkan dia dua jam lagi.  Karena waktu sarapan kerajaan akan habis. " ucap sang kakek.

Sedangkan Haruto menganggukkan kepalanya patuh,  mendengar perintah dari kakeknya.

Kemudian ketiga orang berbeda generasi itu nampak sibuk dengan makanan mereka masing - masing. Dengan tenang.

c h a p t e r  e m p a t  e n d

IMPOSSIBLE | HARUKYU [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang