IMPOSSIBLE | HARUKYU [√]

10. Jamuan kerajaan

Sesampainya Junkyu dan Hyunsuk di istana, kini keduanya pun bergegas menuju kamar mereka masing - masing.

Senyum Junkyu terbit sangat cantik pada wajah ayu nya.  Ia membalas senyuman dan sapaan dari para pengawal dan pelayan kerajaan yang bertemu dengan dirinya di lorong kerajaan.

Ceklek!

" Puas tersenyumnya hm?  Jalang. "

Senyum Junkyu meluntur,  dikala maniknya menatap ke arah sang suami yang kini ntah kenapa bisa berada di dalam kamar mereka. 

Padahal seharusnya suami nya itu kan masih berada di kerajaan sebelah.  Karena rapat antar kerajaan. 

Haruto menatap datar ke arah istrinya yang menatap tanpa ekspresi. 

" Aku pulang cepat ke kerajaan karena ada jamuan kerajaan malam ini.  Kau bersiap.  Karena kau juga akan hadir nanti. " ucap dingin Haruto.

Sret! 

" Akh!  " jemari Junkyu ditarik kasar oleh Haruto,  membuat si manis kini menatap kini menatap ke arah manik sekelam malam milik raja muda itu.

" Kali ini kau aman jalang,  setelah makan malam.  Aku pastikan kau tak akan selamat dariku. " bisik Haruto di telinga Junkyu,  diikuti dengan gigitan kecil yang Haruto layangkan pada telinga Junkyu.

Haruto pun pergi ke arah kamar mandi,  meninggalkan Junkyu yang hanya terdiam menatap kosong kearah dinding. 

~

Makan malam antar kerajaan  yang diucapkan oleh Haruto pada Junkyu ternyata bukan sebuah kebohongan.  Hanya saja bukan dengan seluruh perwakilan dari kerajaan yang ada di belahan dunia. 

Melainkan hanya satu kerajaan yakni kerajaan K,  dan keluarga kerajaan itu merupakan saudara dari keluarga Watanabe sendiri. 

Yakni adalah keluarga Ezaki, Watanabe Hanari merupakan Adik perempuan dari Watanabe Hatashi yang menikah dengan Raja Ezaki sebelumnya, membuat dirinya mempunyai gelar Ezaki di depan namanya. 

Namun karena usia yang sudah lanjut,  adik dari Watanabe Hatashi harus lebih dahulu pulang kepangkuan sang pencipta. 

Walaupun Hanari telah tiada,  namun hubungan keluarga baik dari keluarga Watanabe dan keluarga Ezaki tentu sama - sama tak terputus antar satu sama lain. 

Ikatan kekeluargaan itulah,  membuat acara jamuan kerajaan itu dapat berlangsung. 

Benar,  jamuan kerajaan ini adalah hanya keluarga Watanabe dan keluarga Ezaki. 

" Cepat turun.  "

ucap Haruto pada Junkyu yang terlihat sibuk menarik - narik resleting baju lengan panjangnya yang didesain memiliki resleting dibelakang,  layaknya gaun wanita.

Junkyu menggigit bibirnya takut,  ia ingin meminta bantuan pada sang suami.  Namun sungguh,  Junkyu sangat tidak mempunyai nyali untuk itu.

Menghela nafas sebentar, Junkyu menoleh menatap Haruto yang akan beranjak keluar.

" H-haru..  " cicit Junkyu

Haruto berdeham,  lelaki tampan itu terlihat menaikkan alisnya tanda bertanya. 

" B-bantu aku menarik resleting baju ini. " ucap Junkyu.

Haruto berdiam, 

Ia menatap intens ke arah punggung mulus milik seorang Watanabe Junkyu.  Miliknya.

Menatap lama punggung mulus itu,  membuat tanpa sadar adik kecil milik Haruto kini terbangun.  Membuat sang pemilik kini menggeram kecil.

Padahal jika dihadapkan dengan para wanita malam,  yang bahkan pakaiannya dikategorikan sebagai pakaian sia - sia,  adik kecil Haruto bahkan tak terbangun sama sekali.

Tapi kenapa saat ia dihadapkan dengan punggung putih mulus milik Junkyu,  istrinya itu malah membuat adik kecilnya malah bangkit.

Haruto pun berjalan mendekat ke arah sang istri yang setia menanti nya.  Lalu menaikkan resleting baju lengan panjang milik sang istri kenakan.

Kemudian Haruto menggandeng lengan kecil milik Junkyu yang nampak terkejut kecil dengan gerakan tiba - tiba yang dilakukan oleh sang suami.

" Ingat, jangan melakukan hal - hal yang membuatku malu.  Atau aku akan menghukum mu jalang kecil.  " lirih Haruto pada telinga Junkyu lalu ia mengecup pipi gembil sang istri yang hanya dapat terdiam.

Kemudian Haruto pun berjalan bersama Junkyu yang ada pada gandengannya untuk turun ke meja makan.

~

" Ezaki Gara lama tak bertemu dengan mu.  Apakah kerajaan mu baik - baik saja?  " tanya Hatashi.

Ezaki Gara yang merupakan Raja kerajaan K yang sekarang itu menganggukkan kepalanya sopan. 

" Tentu Paman.  Berkat hubungan baik antar keluarga Watanabe dan Ezaki sudah membuat perekonomian dari dua kerajaan sama - sama berjalan dengan lancar. " ucap Raja Gara

Hatashi menganggukkan kepalanya,  maniknya teralihkan ke arah putri mahkota yang kini diajak bicara oleh Lalisa,  menantunya.

" Ezaki Hikaru, bagaimana pendidikanmu?  " tanya Hatashi.

Ezaki Hikaru,  merupakan putri tunggal sekaligus putri mahkota.  Karena memang istri dari Raja Gara meninggal setelah melahirkan gadis cantik itu. 

" Sangat baik,  Kakek.  " ucap Hikaru dengan senyumnya yang manis.

Beberapa menit kemudian datanglah Haruto yang menggandeng lengan Junkyu yang kini tersenyum menyapa semua orang dengan sopan.  Berbeda dengan Haruto yang menatap semua orang dengan tatapan datar nan dingin.

Hikaru yang menatap ke arah dua pasangan Raja dan Ratu muda itu terlihat menutup mulutnya yang menganga menggunakan tangan lentiknya.

" Cantik sekali... " lirih Hikaru menatap kecantikan alami milik seorang Kim Junkyu ahhh atau Watanabe Junkyu.

" Baiklah kini formasi kita sudah lengkap. " ucap Hatashi.

" Menantu mu sangat cantik sekali Lalisa. " ucap istri dari Raja Gara. 

Wanita yang memiliki umur satu tahun diatas Lisa itu tersenyum menatap bagaimana cantiknya seorang Watanabe Junkyu.

" Dia memang sangat cantik " ucap Lisa penuh senyum.

" Salam yang mulia Ratu,  saya putri mahkota kerajaan K.  Nama saya adalah Ezaki Hikaru.  " ucap Hikaru dengan penuh senyum.

" Aku tak disapa?  " tanya Haruto.

Senyum Hikaru luntur,  menatap ke arah sang sepupu dengan tatapan datar. 

" Malas.  Kau raja gila. " kesal Hikaru.

Sedangkan orang - orang yang ada di meja makan tertawa,  termasuk Junkyu.  Ia tak merasa cemburu karena memang kedekatan antara Haruto dan Hikaru bak Kucing dan Anjing.  Sama - sama saling bermusuhan  jika bertemu.

Namun tawa mereka berganti dengan suara pekikkan keras, ketika sosok Watanabe Junkyu jatuh tak sadarkan diri ke permukaan lantai.

Dengan wajahnya yang memucat.

c h a p t e r  s e p u l u h   e n d